Jakarta, CNN Indonesia —
Ahli taksonomi bambu di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Elizabeth Anita Widjaja memberikan nama spesies baru bambu yang ditemukannya dengan nama Presiden Jokowi Widodo (Jokowi). Apa alasannya?
Taksonomi merupakan cabang biologi yang menelaah penamaan, perincian, dan pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan dan pembedaan sifatnya.
Spesies bambu baru yang ditemukan pada 2022 ini diberi nama Bambusa Jokowii Widjaja. Nama ini terbagi menjadi tiga kata, yakni Bambusa sebagai marganya, Jokowi yang menandakan spesiesnya, dan Widjaja untuk menandai nama Elizabeth sebagai penemunya.
Penemuan bambu tersebut bertepatan dengan kunjungan Jokowi ke NTT pada tahun lalu dalam rangka meninjau Kampus Bambu Turetogo di Ngada, NTT.
“Itu yang ketemu pada waktu sehari sebelum Pak Jokowi mendarat, jadi tanggal 31 Mei 2022. Saya berikan nama Bambusa Jokowii,” kata Elizabeth, dalam acara Bambu Masa Lalu, Sekarang, dan Masa Depan yang diselenggarakan Yayasan KEHATI di Jakarta Selatan, Rabu (31/5).
Jokowi kala itu bersama Ibu Negara Iriana Jokowi mengunjungi Kampus Bambu Turotego pada Rabu (1/6).
“Untuk bambu yang saya temukan di Flores, di daerah Sikka, kenapa kita memberikan nama Pak Jokowi karena masyarakat Flores waktu itu bangga sekali Pak Jokowi mau datang ke Flores,” ucap dia.
“Sejak presiden pertama (Sukarno) dipenjara di Ende sampai sekarang itu tidak ada presiden yang datang. Jadi mereka benar-benar bangga Pak Jokowi mau datang ke situ,” tuturnya.
Elizabeth sebetulnya ingin mengumumkan temuan baru ini pada sebelum gelaran Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN. Namun, proses review publikasi hingga saat ini masih belum selesai.
Bambu Jokowi sendiri ditemukan di wilayah Larantuka, Flores Timur sampai Sikka.
“Di Larantuka ternyata bambu yang mau saya temukan di Sika itu ada di perbatasan Larantuka juga. Itu ketemu di Balu, di Hewa, lokasinya. Jadi penyebarannya itu ternyata Flores Timur tapi sampai Sika, Sikanya itu juga di ujung dekat Flores Timur. Di tempat lain sampai saat ini belum ditemukan,” tuturnya.
Dikutip dari situs BRIN, Elizabeth merupakan Peneliti Utama Senior taksonomi bambu di Herbarium Bogoriense, Divisi Botani, Pusat Penelitian Biologi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI, yang kini dicaplok BRIN), Bogor.
Dia sangat tertarik dengan bambu Indonesia dan bambu Malesia pada umumnya, dan mempromosikan pembudidayaan bambu untuk pencegahan erosi.
Fokus bambu
Yayasan KEHATI sendiri memiliki perhatian khusus terhadap tanaman bambu, salah satunya lewat konservasi melalui penanaman bambu (skema Hutan Kemasyarakatan-HKM), tantangan dan potensinya di Manggarai Timur.
Misalnya, pada September 2022, yayasan bekerjasama dengan Balai Penerapan Standar Instrumen Lingkungan Hidup dan Kehutanan (BPSILHK) dan Koperasi Syariah Wana Makmur Lestari menanam 11 ribu bibit bambu tabah di Kawasan Hutan dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Rarung, Lombok Tengah.
“Yayasan KEHATI bersama CIMB Niaga dan BPSILHK mendorong pelestarian bambu tabah berbasis masyarakat dan pengembangan diversifikasi produk di kawasan KHDTK Rarung. Masyarakat terlibat aktif dalam pelestarian hutan,” ujar Rony Megawanto, Direktur Program Yayasan KEHATI pada 26 September 2022, dikutip dari situs resminya.
Hingga saat itu, ada sekitar 18.700 dari target penanaman sebanyak 30.000 bibit bambu tabah dalam jangka waktu 3 tahun telah ditanam di KHDTK Rarung Lombok Tengah.
(lom/asa/arh) https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230531130428-199-956224/spesies-baru-bambu-diberi-nama-jokowi-pakar-ungkap-alasannya