Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten sepeda listrik Gaya Abadi Sempurna (SLIS) ramai-ramai dilego oleh investor dalam setahun terakhir, meskipun memiliki prospek masa depan yang relatif cerah di tengah dorongan masif pemerintah untuk percepatan adopsi kendaraan listrik (EV).
Aksi jual di saham ini sempat melambat dalam satu hingga tiga bulan terakhir, namun kembali ramai dilepas oleh investor dalam sepekan.
Saat ini saham SLIS tercatat melemah 23,08% dalam sepekan terakhir, turun 62,50% sejak awal tahun dan telah jeblok hingga 92,41% dalam setahun terakhir.
Dalam tiga belas hari perdagangan terakhir atau sejak tanggal 26 September 2022 lalu, saham ini hanya mampu menguat di dua hari, sisanya berakhir di zona merah bahkan beberapa di antanya berakhir di zona merah.
Kesilapan Direktur Perusahaan Bikin Investor Gusar
Sebelum tanggal 26 September, saham SLIS sempat kembali ramai dikoleksi oleh investor dan memangkas pelemahan akibat aksi jual deras dalam setahun terakhir. Pada pertengahan September lalu, saham SLIS secara konsisten ditutup di zona hijau. Tercatat sejak tanggal 13 hingga 22 September atau dalam tujuh hari perdagangan, saham SLIS melonjak 138% dari harga Rp 189 menjadi Rp 450 per saham.
Namun aksi borong investor berakhir, setelah SLIS mengungkapkan kepada publik bahwa direktur perusahaan bernama Wilson secara tidak sengaja membeli saham perusahaan dan langsung menjual kembali kepemilikan saham tersebut.
Kejadian itu diungkapkan pada tanggal 26 Agustus di keterbukaan informasi dan membuat saham perusahaan langsung dilepas investor dan menyentuh auto rejection bawah (ARB) di hari yang sama. ARB tersebut berlanjut dalam beberapa hari setelahnya dan menjadi bahan bakar utama aksi jual saham SLIS baru-baru ini.
Sementara itu “ketidaksengajaan transaksi” yang dilakukan Wilson terjadi pada tanggal 15 September dan juga bahan aksi reli tengah bulan lalu.
Pemilik Sempat Jadi Salah Satu Orang Terkaya RI
Meski telah melemah signifikan, saham EV ini sempat menjadi primadona dan diburu investor pada tahun 2021 lalu. SLIS diketahui mulai melantai di BEI pada 7 Oktober 2019 dan ditawarkan di harga Rp 115/saham dan berhasil mengumpulkan Rp 57,50 miliar dana publik.
Saham ini langsung melonjak di awal listring dan stabil di kisaran harga mendekati Rp 5.000/saham mulai akhir tahun 2019 hingga akhir kuartal pertama 2021. Level harga tersebut berarti sama dengan kenaikan sekitar 4.200%.
Reli selanjutnya lebih fantastis lagi yang dimulai jelang akhir kuartal pertama hingga mencapai puncaknya pada penutupan perdagangan 12 Agustus di harga Rp 14.450 per saham. Artinya kala itu valuasi perusahaan sempat menembus Rp 28,9 triliun.
Valuasi raksasa tersebut membuat pemilik perusahaan sempat menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia, meskipun tidak bertahan lama dan hanya di atas kertas.
Tjoa King Hoa merupakan Komisaris Utama SLIS yang secara langsung menggenggam 3,75% saham perusahaan, namun kepemilikan tidak langsungnya mencapai 67,69% lewat PT Selis Investama Indonesia (SII) yang merupakan pengendali perusahaan. Berdasarkan prospektus IPO perusahaan Tjoa King Hoa memegang 95% saham SII.
Dengan kepemilikan saham total sebanyak 71,44%, kekayaan Tjoa King Hoa di atas kertas pada saat SLIS menyentuh harga tertinggi mencapai Rp 20,64 triliun. Angka tersebut masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia.
Sebagai perbandingan menggunakan nilai tukar Rp 14.300 kala itu, kekayaan tersebut setara dengan US$ 1,44 miliar. Berdasarkan daftar 50 orang terkaya RI versi Forbes, angka tersebut mampu masuk di peringkat 32, di atas kekayaan taipan RI ternama lain seperti Murdaya Poo dan Hary Tanoe.
Akan tetapi, karena kekayaannya hanya di atas kertas, fluktuasi saham membuat kekayaannya juga ikut lenyap seketika. Saat ini dengan porsi kepemilikan sama, kekayaan Tjoa dari saham SLIS hanya bersisa Rp 428 miliar saja.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Artikel Selanjutnya
IHSG Balas Dendam, tapi Apa Kuat ke 7.000 Lagi?
(fsd)