Jakarta, CNN Indonesia —
Para ahli dari Universitas Bern dan Universitas Zurich membuka kemungkinan air terdapat di planet yang sama sekali berbeda dari Bumi. Hal itu bisa terjadi karena adanya peran atmosfer yang berisi hidrogen dan helium.
“Salah satu alasan air bisa berbentuk cair seperti di Bumi adalah karena atmosfernya,” kata Ravit Helled, Profesor teori astrofisika dari Universitas Zurich seperti dikutip dari situs resmi Universtas Bern.
Helled mengatakan efek rumah kaca yang muncul dari atmosfer itu menjaga panas dengan jumlah yang tepat supaya terbentuk kondisi memungkinkan untuk samudera, sungai, dan hujan. Ia juga mengungkapkan atmosfer Bumi dahulu kala sangat berbeda dengan sekarang.
Ketika planet terbentuk dari ledakan gas dan debu kosmik, terbentuk lah atmosfer yang berisikan mayoritas hidrogen dan helium yang disebut atmosfer primordial. Dalam perkembangannya, Bumi kehilangan atmosfer primordial tersebut.
Ia menduga ada planet lain yang juga memiliki atmosfer primordial sehingga menghasilkan efek rumah kaca mirip seperti atmosfer Bumi saat ini. “Karena itulah kami ingin mengetahui apakah atmosfer ini bisa membantu membuat kondisi yang dibutuhkan untuk air mencair,” kata Helled.
Dia pun beserta para koleganya melakukan eksperimen. Ia dan tim membuat model planet tak terhingga dan mensimulasikan perkembangannya selama jutaan tahun. Mereka tidak hanya menghitung atmosfer planet-planet itu melainkan intensitas radiasi yang diterima dan panas yang dimunculkan planetnya.
Di Bumi, panas geotermal hanya memainkan peran kecil terhadap kondisi di permukaan. Namun di planet dengan atmosfer primordial yang lebih besar, bisa saja perannya lebih signifikan.
Mengutip Live Science, hasil penelitian Helled dan rekan-rekannya cukup mengejutkan. Planet di luar Bumi bisa saja cukup hangat untuk menjaga kehadiran air cair selama 10 miliar tahun.
“Apa yang kami temukan dalam banyak kasus adalah atmosfer primordial hilang karena radiasi yang intens dari bintang planet-planet itu, terutama di planet yang dekat orbitnya dengan bintang masing-masing. Tetapi, dalam kasus dengan atmosfer yang tetap, kondisi bagi air cair bisa terjadi,” Marit Mol Lous yang terlibat dalam riset ini.
Lebih lanjut, Christoph Mordasini yang juga terlibat dalam penelitian ini mengatakan, hasil temuan di atas cukup mengejutkan. Pasalnya, para astronom berharap bisa menemukan air yang cair di wilayah sekitar bintang, yang menerima radiasi dalam jumlah yang cukup.
“Tidak terlalu banyak sehingga air tidak mendidih. Juga tidak terlalu sedikit sehingga air membeku,” katanya.
“Hasil penelitian ini bisa melebarkan cakrawala kita dalam pencarian kehidupan alien. Berdasarkan hasil ini, bisa saja kehidupan itu muncul di planet mengambang yang tidak mengorbit di bintangnya,” imbuh Mordasini.
Namun demikian, Mordasini juga mengakui hasil penelitiannya masih harus dipertimbangkan. Pasalnya, sebuah planet membutuhkan atmosfer dengan jumlah yang tepat agar bisa mempertahankan air dalam jangka waktu yang lama.
“Kami tidak tahu selazim apa hal itu terjadi. Bahkan, dalam kondisi yang tepat, belum jelas juga bagaimana kehidupan akan muncul di sana. Itu adalah pertanyaan bagi ahli astrobiologi,” tandasnya.