
Jakarta, CNN Indonesia —
Sepanjang sejarah, manusia ternyata kerap berusaha menciptakan serum anti-bohong untuk interogasi. Seperti apa cara kerja obat-obatan tersebut?
Ide untuk membuat serum anti-bohong sudah ada sejak zaman Romawi. Penyebab munculnya ide itu adalah asumsi bahwa manusia akan lebih jujur ketika di bawah pengaruh.
Serum anti-bohong sendiri merujuk kepada sejumlah obat pengalih pikiran yang bertujuan membuat pengonsumsinya tidak bisa berbohong. Ide ini pun kerap dipakai di film-film bergenre spionase.
Realitasnya, tidak ada obat yang cukup kuat untuk mencengkeram pikiran manusia sehingga ia tidak bisa berbohong.
Dikutip dari Science Alert, David Brown selaku reporter The Washington Post dalam bukunya pada 2006 menyatakan,
“jawaban pencarian itu adalah: tidak. Tidak ada senyawa farmasi saat ini yang efeknya terbukti konsisten atau dapat diprediksi meningkatkan pengungkapan kebenaran.”
Sodium thiopental yang selama ini dikenal sebagai serum anti-bohong pun sebetulnya hanya memperlambat kecepatan pengiriman pesan dari sumsum tulang belakang ke otak.
Alhasil, pengonsumsinya akan kesulitan mengerjakan tugas tahap tinggi seperti berkonsentrasi ke dalam satu aktivitas semisal jalan lurus. Konsentrasi seperti itulah yang dihilangkan oleh serum tersebut.
Dengan begitu, berbohong menjadi sulit namun bukan hal yang tidak mungkin dilakukan.
Termasuk sodium thiopental, berikut obat-obat yang disebut serum ‘anti-bohong’:
1. Sodium Pentothal
Sodium pentothal merupakan salah satu tipe obat bius tidur. Obat yang disebut ‘downers’ ini menyerang sistem syaraf pusat depresi. Downers lalu memperlambat proses tubuh untuk mentransfer informasi ke dalam otak.
Biasanya, obat ini digunakan untuk pereda rasa sakit, relaksasi otot, dan menurunkan tekanan darah. Namun penggunaan yang berlebihan bisa berakibat kematian seperti para selebritis yakni Marilyn Monroe, Judy Garland, dan Jimi Hendrix.
Pada 2007, obat ini sempat digunakan kepolisian New Delhi, India untuk mengungkap kasus pembunuhan berantai Noida. Pihak kepolisian menggunakannya kepada pengusaha kaya Moninder Singh Pandher dan pelayannya, Surinder Koli.
Di bawah pengaruh obat ini, keduanya mengaku telah merayu anak-anak untuk datang ke rumah, memerkosa, dan lalu membunuhnya.
Hingga 2011, obat ini biasa digunakan untuk anestesi. Pasalnya, pasien biasanya tidak sadarkan diri dalam 30-45 detik usai mengonsumsi obat ini. Namun di Amerika Serikat (AS), obat ini sudah dilarang digunakan.
2. Scopolamine
Scopolamine pertama kali dipromosikan oleh Robert House sebagai serum anti-bohong pada awal Abad ke-20. Obat ini juga lah yang pertama kali mengadopsi nama ‘serum anti-bohong’.
Beberapa departemen kepolisian AS menggunakan obat ini kepada para tersangka pada tahun 1920an dan 1930an.
Scopolamine menjadi serum anti-bohong yang dipilih banyak orang karena obat ini juga menghapus memori pengonsumsinya sehingga mereka tak tahu apa yang telah dikatakan usai sadar.
Obat ini berasal dari biji tanaman yang ada di Kolombia. Di era Nazi, obat ini digunakan di interogasi.
Namun di era sekarang, Scopolamine digunakan untuk mencegah tremor para pengidap Parkinson.
3. Sodium Amytal atau Amobarbital
Sodium Amytal juga merupakan tipe obat bius tidur. Penggunaannya lazim selama Perang Dunia II sebagai obat anti-kecemasan bagi para prajurit dengan gangguan psikologis yang disebut shell shock (gangguan saraf karena pertempuran).
Namun seperti serum anti-bohong lainnya, sodium amytal adalah obat penenang yang kuat, dan efek samping itu dikombinasikan dengan diskoordinasi dan gangguan kognitif yang ditimbulkannya adalah alasan mengapa tentara berhenti menggunakannya.
Konsumsi Sodium Amytal perlu diperhatikan. Pasalnya, konsumsi dengan dosis berlebihan bisa membahayakan nyawa.
Bagi orang dewasa, dosis maksimal Sodium Amytal hanya satu gram. Obat ini tidak lagi digunakan sebagai serum anti-bohong karena pengonsumsinya terkadang mengembangkan memori yang keliru setelah fakta.
4. Ethyl Alcohol
Alkohol sejak 2.000 tahun lalu telah diketahui dapat membuat pengonsumsinya bicara blak-blakan. Paling tidak itu diketahui lewat peribahasa Italia, ‘in vino veritas’ yang berarti ‘di dalam wine ada kebenaran’.
Tidak masalah diminum dengan perantara lain atau dalam bentuk murninya, ethanol atau ethyl alkohol dapat membuat pengonsumsinya rentan membeberkan rahasia.
Deretan obat di atas sejatinya tidak benar-benar bertindak sebagai serum anti-bohong. Meskipun demikian, potensi untuk menciptakan obat tersebut tetap terbuka.
“Ada banyak sirkuit syaraf yang sedikit lagi hampir dapat kita manipulasi, hal-hal yang mengatur rasa takut, kecemasan, teror dan depresi,” kata Mark Wheelis, profesor dan pakar bidang sejarah perang biologis dan kontrol senjata biologis University of California, seperti dilansir Business Insider.
“Kita belum memiliki resep untuk mengontrol hal-hal itu, tetapi potensinya benar-benar bisa dilihat. Akan mengejutkan saya jika kita benar-benar tidak mengidentifikasi beragam obat yang mungkin bisa digunakan untuk menginterogasi,” tandas dia.