Jakarta (ANTARA) – Samsung Electronics Indonesia berupaya meningkatkan kualitas dunia pendidikan vokasi di Indonesia melalui program Samsung Tech Institute (STI).
STI melalui mitra sekolah kejuruan dan setara sekolah menengah memberikan kesempatan bagi para siswa untuk memiliki keahlian yang sesuai dengan kebutuhan industri, serta mampu memperbesar peluang kerja ketika mereka lulus.
“Tantangan SMK di Indonesia saat ini adalah bagaimana menjawab tantangan dunia kerja dengan mencetak lulusan yang siap kerja. Itulah sebabnya, sejak tahun 2017 Samsung merancang program Samsung Tech Institute yang sesuai dengan kebutuhan sekolah kejuruan di Indonesia dalam meningkatkan kompetensi siswa dan para tenaga pendidiknya,” kata Head of Corporate Citizenship Samsung Electronics Indonesia Ennita Pramono dalam siaran pers STI pada Jumat.
Baca juga: Menko PMK: Pendidikan dan pelatihan vokasi untuk ciptakan SDM unggul
Peningkatan kompetensi itu dilakukan melalui kurikulum, pengajaran, training guru, praktik kerja lapangan, dan bahkan peluang perekrutan di Samsung dan mitranya sehingga begitu lulus alumni STI bisa langsung bekerja
Prospek kerja yang lebih cerah bagi lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) membuat minat masyarakat menyekolahkan anaknya di sekolah vokasi meningkat. Riset yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2021 lalu menunjukkan bahwa 82 persen responden tertarik melanjutkan pendidikan ke SMK karena peluang kerja yang bagus (57,8 persen) dan pilihan jurusan yang banyak (51,95 persen).
Pendidikan vokasi seperti SMK memang dirancang untuk menghasilkan lulusan siap kerja. Tapi tanpa kompetensi yang mumpuni, lulusan SMK hanya makin menyumbang angka pengangguran terbuka yang saat ini sudah terbilang tertinggi (10,38 persen), menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022 .
Peningkatan kualitas pendidikan vokasi di SMK adalah kunci untuk mengurangi pengangguran seperti dikatakan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia Kiki Yuliati.
“Salah satunya melalui kolaborasi antara dunia pendidikan dan industri. Kami mengapresiasi langkah konsisten Samsung melalui program Samsung Tech Institute untuk mencetak lulusan SMK yang siap kerja dengan bekal keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan industri,” ujar Kiki.
Kiki meyakini jika langkah ini bisa diikuti lebih banyak perusahaan, dunia pendidikan vokasi di Indonesia akan mampu mencetak anak-anak muda yang handal dan siap kerja, bukan penyumbang angka pengangguran.
BPS mencatat jumlah SMK baik negeri dan swasta di Indonesia mencapai 14.198 sekolah dengan total siswa mencapai 5 juta lebih siswa. Namun sebagai penyumbang angka pengangguran terbuka yang tinggi, masih panjang jalan sekolah vokasi untuk menjadi solusi mengatasi masalah pengangguran. Inisiatif STI itu sekaligus mendukung program link and match yang digaungkan oleh pemerintah sejak tahun 2017.
Berdiri sejak 2013 dengan nama Rumah Belajar Samsung, program STI disempurnakan pada 2017 dengan memperkaya kurikulum dan memperluas target penerima manfaat yaitu SMK di Indonesia guna menghasilkan lulusan yang dapat diserap langsung oleh industri.
SMK yang menjadi mitra STI harus memiliki paling tidak satu dari empat jurusan: Teknik Komputer, Teknik Audio Video, Teknik Elektronika, dan Rekayasa Perangkat Lunak. Para mitra ini akan mendapatkan beberapa keuntungan berupa kurikulum sinkronikasi, guest lecture, TOT (guru), PKL (service center & in-store), peluang kandidat pegawai berdasarkan kebutuhan industri, serta panduan sarana dan prasarana.
Siswa di Samsung Tech Institute juga berkesempatan mendapatkan pelatihan coding dan programming melalui program Samsung Innovation Campus (SIC). Mereka yang lolos sampai fase bootcamp akan mendapatkan sertifikat keikutsertaan, sertifikat PKL, dan pelatihan bagi para guru pembimbing.
Dalam kurun waktu 2017-2022 Samsung Tech Institute sudah meluluskan total 4.106 siswa. Khusus tahun 2022, Samsung Tech Institute meluluskan sebanyak 1.370 siswa dari 42 SMK di seluruh Indonesia melalui Uji Kompetensi Keahlian (UKK), yang dilaksanakan pada Maret-Juni 2022.
Baca juga: Astra Honda rilis program vokasi SMK berbasis “teaching factory”
Baca juga: Gernas BBI Sulbar perkuat kemitraan pendidikan vokasi dan UMKM
Baca juga: Dua mahasiswa Poliban raih juara 3 bidang informatika di ajang KMIPN
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
COPYRIGHT © ANTARA 2022