Jakarta, CNN Indonesia —
Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), Reini Wirahadikusumah memamerkan sumbangsih kampusnya dalam proyek pembangunan Observatorium Riset Nasional Timau, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Mulanya Reini menjelaskan program pendidikan astronomi untuk masyarakat yang dilakukan Observatorium Bosscha. Kemudian ia menyinggung peran ITB dalam pembangunan Observatorium Timau yang diklaim terbesar se-Asia Tenggara itu.
“Ini kita ITB boleh lah dapat credit. ITB banyak berperan dalam persiapannya (Observatorium Nasional Timau, red) sampai sekarang, walaupun tidak ada nama ITB di sana, tapi kita semua bekerja sama,” ujarnya dalam peringatan 100 Tahun Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, Senin (30/1).
Ia menjelaskan bentuk sumbangsih ITB kepada masyarakat di kawasan Observatorium Nasional Timau di antaranya lewat perolehan energi surya hingga air bersih untuk masyarakat di sekitar kawasan.
Pembangunan Observatorium Nasional Timau menghabiskan anggaran hingga Rp340 miliar itu dibangun di atas tanah seluas 40 hektare, di Kawasan Hutan Lindung Gunung Timau pada ketinggian 1.300 meter di atas permukaan laut.
Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Robertus Heru mengatakan proyek itu diprediksi akan rampung pada 2023.
“Sekarang teleskopnya sudah sampai di Surabaya, mestinya sudah ke Kupang, secara teknis akhir bulan Februari selesai,” kata Heru kepada CNNIndonesia.com, Senin (10/1).
Ia menjelaskan pembangunan proyek itu juga melibatkan pakar bidang astronomi baik itu dari Jepang dan bantuan dari peneliti ITB.
“Di kita sebagai owner sebagai project engineernya. Itu semua melibatkan pakar dari Jepang dan dari ITB,” tuturnya.
Di samping itu ia menjelaskan diameter teropong pabrikan Jepang itu berukuran 3,8 meter sehingga makin besar penglihatan bintang yang sebelumnya hanya terlihat redup.
Lebih lanjut Heru menjelaskan bangunan Observatorium Timau memiliki kesamaan dengan Observatorium Bosscha di Bandung, Jawa Barat.
“Bangunannya nanti menyerupai Observatorium Bosscha, namun teleskopnya jauh lebih gede daripada di Bosscha. Ini akan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara,” tuturnya.
Timau sendiri dipilih bukan tanpa alasan. Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam unggahan di Instagram resminya mengatakan lokasi di Gunung Timau merupakan wilayah yang punya durasi langit cerah paling lama di Indonesia.
“Telah dilakukan studi selama 5 tahun fraksi malam terhadap langit di Indonesia. Hasilnya, wilayah kupang memiliki langit cerah paling banyak dalam setahun dibanding tempat-tempat lain di Indonesia,” ujar penutur dalam unggahan video itu.
(can/lth)