Jakarta, CNN Indonesia —
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika Usman Kansong resmi menjadi Doktor Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI).
Usman mengajukan judul Mediatisasi Populisme Islam di Pilkada DKI 2017: Pendekatan Strukturasi dalam sidang pada Senin (18/7) di FISIP UI.
Dalam sidang yang diketuai Semiarto Aji Purwanto, Usman (52) mempresentasikan disertasinya dan meladeni pertanyaan dari lima penguji. Kelimanya adalah Billy K. Sarwono, Ibnu Hamad, Sirojudin Abbas, Irwansyah, dan Inaya Rakhmani.
Untuk keperluan disertasinya, Usman meneliti tiga media yakni Republika, Metrotvnews.com, dan Detik.com. Menurutnya, media ikut berkontribusi dalam meneguhkan polarisasi baik saat bersifat netral, berpihak kepada populisme islam, atau anti.
“Media berkontribusi meneguhkan polarisasi. Jika dia netral itu seperti membiarkan, sementara yang pro berarti melegitimasi populisme. Sedangkan yang anti tidak memberikan kesempatan bagi kelompok populisme,” katanya.
Usman mengatakan dirinya merekomendasikan agar para elite politik tidak menggunakan populisme Islam dalam arti yang negatif. Dia menilai populisme akan baik jika pengelolaannya tepat.
Dirinya mencontohkan lewat pemilihan Presiden AS ketika Barack Obama bertarung melawan John McCain. “McCain juga menggunakan hal yang sama ketika ada seseorang yang bilang Obama itu teroris, muslim. Tetapi McCain bilang bahwa Obama orang Amerika,” katanya.
Dalam sidang tersebut, Usman juga meladeni beberapa pertanyaan dari penguji. Salah satunya tentang validitas data yang dikumpulkan.
Pasalnya, Usman mewawancarai sejumlah narasumber justru jauh setelah Pilkada DKI berlalu. Terkait hal ini, Usman mengaku selalu mengonfirmasi langsung kepada sumber dan teks.
“Misalnya Eep Saefullah, saya wawancara dan dia membuka laptop berisi data-data tahun itu. Misal ketika ditanya soal pentingnya media menurut tim pak Anies, kami punya surveinya,” kata Usman.
Pada rekomendasinya, Usman meyakini media arus utama (mainstream) bisa menjadi ruang publik. Menurutnya, di sana dapat terjadi diskusi dan bukan konfirmasi seperti di media sosial.
“Jika di media sosial, kita hanya mengonfirmasi hal-hal yang kita setujui dan menyingkirkan yang tidak. Kalau di media mainstream, akan terjadi diskusi,” katan dia, yang juga eks Direktur Komunikasi Politik Tim Kampanye Nasional Jokowi-KH Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 itu.
Usai rangkaian pertanyaan itu, Promotor dalam promosi doktoral itu, Ilya R. Sunarwinadi, menyatakan bahwa Usman “menjadi doktor dalam bidang ilmu komunikasi sehingga saudara [Usman] memperoleh seluruh hak dan kehormatan yang dicakup oleh gelar itu sesuai adat dan kebiasaan yang berlaku”.
Dikutip dari laman Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), konsep utama populisme adalah ‘the people’ yang memiliki simbol rakyat dengan segala kepentingan dan aspirasinya di tengah kegagalan sistem dan pemerintah.
Namun, konsep itu dipakai kalangan kanan dengan menunggangi isu keagamaan, seperti kemerosotan moral, ketidakberpihakan terhadap umat muslim dengan tujuan akhir pendirian negara Islam (Jati, 2017).
(lth/lth)