Sampah plastik masih terus menjadi permasalahan lingkungan di Indonesia. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebut total sampah nasional pada 2021 mencapai 68,5 juta ton. Dari jumlah itu, sebanyak 17 persen, atau sekitar 11,6 juta ton, disumbang oleh sampah plastik.
Data yang tak kalah mengkhawatirkan juga disampaikan Badan Pusat Statistik (BPS) 2021 yang menyebutkan limbah plastik Indonesia mencapai 66 juta ton per tahun. Indonesia pun dinobatkan sebagai negara penghasil sampah plastik laut terbesar ke dua di dunia, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jambeck pada 2018.
Maraknya sampah plastik, tak lepas dari banyaknya anggapan yang salah terkait penggunaan ulang kemasan plastik. Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin menegaskan, air kemasan galon guna ulang aman untuk digunakan, baik oleh anak-anak dan ibu hamil.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Menurutnya, isu-isu seputar bahaya penggunaan air kemasan air guna ulang yang dihembuskan pihak-pihak tertentu adalah hoaks “Air kemasan galon guna ulang itu aman,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia Prof DR dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD-KHOM. Menurutnya, belum ada bukti air galon guna ulang menyebabkan penyakit kanker. “Sekitar 90-95 persen kanker itu dari lingkungan. Terlalu banyak paparan-paparan gaya hidup seperti kurang olahraga dan makan makanan yang salah, merokok, dan lain sebagainya. Jadi belum ada penelitian air galon itu menyebabkan kanker,” ujarnya.
Fokus pada Proses
Di sisi lain, Ketua Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), Rizal Edy Halim, meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) agar tidak hanya melabeli satu jenis kemasan plastik saja, tapi harus dilakukan terhadap semua kemasan. Karena semua kemasan plastik, sejatinya berpotensi mengandung zat-zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan.