Liputan6.com, Jakarta – Instagram mulai meminta anak-anak untuk memverifikasi usia mereka menggunakan selfie. Langkah ini merupakan bagian dari udaha Instagram untuk mengidentifikasi remaja dengan benar, dan membatasi anak-anak (pengguna di bawah umur) dalam menggunakan aplikasi.
Ada dua cara baru yang dilakukan Instagram untuk memverifikasi usia pengguna. Pertama adalah dengan mengunggah foto selfie di aplikasi Instagram–menggunakan platform asal Inggris, Yoti.
Yoti menganalisis selfie untuk menentukan rentang usia, dengan akurasi sekitar 98-99 persen. Platform ini bekerja dengan memeriksa fitur wajah pengguna dalam video selfie dan membuat perkiraan usia.
Setelah Instagram dan Yoti memverifikasi usia pengguna, video tersebut akan dihapus. “Kami mewajibkan orang berusia minimal 13 tahun untuk mendaftar ke Instagram,” kata Instagram sebagaimana dikutip dari The Sun, Selasa (5/7/2022).
Instagram menjelaskan, di beberapa negara, usia minimum untuk memakai aplikasi lebih tinggi. Ketika perusahaan tahu jika seseorang masih remaja (13-17 tahun), Instagram akan memberikan mereka pengalaman yang sesuai dengan usianya.
“Seperti memasukkan mereka ke akun pribadi, mencegah kontak yang tidak diinginkan dari orang dewasa yang tidak mereka kenal, dan membatasi opsi yang dimiliki pengiklan untuk menjangkau mereka dengan iklan,” papar Instagram.
Cara kedua adalah Instagram akan meminta teman pengguna untuk memverifikasi usia. Orang yang mendampinginya harus berusia 18 tahun dan tidak melakukan jaminan untuk orang lain pada saat bersamaan.
Mereka juga harus memenuhi “perlindungan lain” yang tidak dirinci oleh Instagram. Selain itu, pengguna juga dapat memanfaatkan metode lain dengan hanya memverifikasi usia dengan kartu identitas diri.
Teknologi baru ini awalnya diluncurkan di AS, dan kemungkinan akan mendarat di Inggris. Namun, belum ada penjelasan, apakah metode ini akan berlaku di negara lain atau tidak.
“Memahami usia seseorang secara online adalah tantangan yang kompleks dan berskala industri,” ujar Instagram.
“Kami ingin bekerja dengan orang lain di industri kami, dan dengan pemerintah, untuk menetapkan standar yang jelas dalam memverifikasi usia secara online,” pungkasnya.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Instagram Uji Coba Ubah Semua Unggahan Video Jadi Reels
Instagram dikabaran sedang menguji coba untuk membuat semua unggahan video di platformnya, menjadi berbentuk Reels di aplikasi.
Mengutip Engadget, Sabtu (2/7/2022), hal ini seperti diungkap oleh konsultan media sosial Matt Navarra dalam sebuah tangkapan layar yang diunggahnya ke Twitter.
Dalam tangkapan layar itu, terlihat sebuah notifikasi yang menunjukkan bahwa unggahan video akan dibagikan dalam bentuk Reels.
Nantinya, apabila akun pengguna bersifat publik, maka semua orang yang menemukan video pengguna, dapat memakainya audio aslinya untuk membuat Reels Instagram mereka sendiri.
Jika akun pengguna pribadi, hanya teman yang akan bisa melihat Reel tersebut. Namun, pengguna lain masih bisa membuat remix dengan Reel itu dan mengunduhnya sebagai bagian dari remix mereka.
Satu-satunya cara untuk memastikan tidak ada yang bisa menggunakan Reels pengguna untuk remix adalah dengan mematikan opsi di Pengaturan atau menonaktifkannya untuk setiap video yang diunggah.
Kepada Gizmodo melalui email pekan ini, Meta pun mengonfirmasi tentang uji coba tersebut.
“Ini adalah sesuatu yang kami uji (dan telah dilakukan!) sebagai bagian dari komunitas global kami,” kata juru bicara Meta selaku perusahaan induk dari Instagram.
Mereka mengatakan, perubahan ini “sebagai bagian dari upaya kami untuk menyederhanakan dan meningkatkan pengalaman video di Instagram.”
Advertisement
Reels dan Video
Saat ini, Instagram masih memberikan opsi kepada pengguna apakah mereka ingin mengunggah konten video sebagai sebuah “post” atau Reels.
Post akan muncul di feed utama yang diisi dengan konten-konten dari akun yang diikuti pengguna (ditambah iklan). Di sisi lain, Reels, akan memiliki feed terpisah yang lebih mirip seperti TikTok.
Video siapa pun dapat muncul kapan saja di feed Reels yang dihasilkan secara algoritma oleh pengguna, dan audio dari satu Reel bisa menjadi soundtrack untuk Reels lainnya.
Seperti dicatat oleh TechCrunch, langkah ini bukanlah sesuatu yang mengejutkan mengingat video ala TikTok dengan cepat menjadi populer di Instagram dan Facebook.
Mark Zuckerberg, dalam laporan pendapatan kuartal keempat perusahaan di 2021 mengatakan, Reels adalah format konten dengan pertumbuhan tercepat di Meta.
Chief Product Officer Meta Chris Cox juga mengatakan bahwa Reels adalah “titik terang” bagi perusahaan, dalam sebuah memo baru-baru ini yang dibagikan kepada karyawan.
Cox juga menambahkan dalam memo itu bahwa salah satu proyek yang ingin difokuskan oleh Meta di paruh kedua tahun 2022 adalah memonetisasi Reels secepat mungkin.
Reels Bikin Orang Habiskan Waktu Lebih Lama di Instagram
Sebelumnya, Meta, mengklaim bahwa konten video pendek mereka, Reels, sukses membuat mendorong pengguna untuk menghabiskan waktu lebih banyak di media sosialnya, Instagram.
Melalui laporan pendapatan di kuartal pertama (Q1) 2022, Meta menyebutkan, Reels membuat pengguna Instagram menghabiskan waktu 20 persen lebih lama di Instagram, dan 50 persen lebih lama di Facebook.
Meski begitu, mereka tidak merinci berapa banyak waktu yang digunakan oleh pengguna, dengan keberadaan Reels. Meta hanya mencatat, fitur ini memiliki kinerja yang baik di Facebook.
Mengutip Tech Crunch, Rabu (4/5/2022), CEO Meta Mark Zuckerberg, mengatakan meski Reels belum menghasikan pendapatan sebaik Stories, namun mereka optimistis untuk meningkatkannya di masa depan.
Zuckerberg juga mengatakan, berdasarkan pengalaman perusahaan untuk Stories, mereka juga tidak menghasilkan uang seperti feed utama, namun meningkat dari waktu ke waktu.
Selain melihat peningkatan tren video pendek, Meta juga melihat kemajuan dalam rekomendasi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), yang mendorong lebih banyak konten baik di Reels maupun unggahan.
Advertisement
Strategi Menghadapi TikTok
Zuckerberg menjelaskan, feed berubah dari yang dikuratori secara eksklusif oleh lingkaran sosial pengguna, menjadi direkomendasikan oleh AI.
“Mampu secara akurat merekomendasikan konten dari seluruh dunia yang tidak Anda ikuti secara langsung membuka banyak video dan postingan menarik dan bermanfaat yang mungkin Anda lewatkan,” ujar Mark Zuckerberg.
Zuckerberg juga mengklaim, AI yang mereka bangun bukan hanya sistem rekomendasi untuk video berdurasi pendek.
“Tetapi juga mesin penemuan yang dapat menunjukkan kepada Anda semua konten paling menarik yang telah dibagikan orang-orang di seluruh sistem kami,” imbuhnya.
Reels sendiri merupakan salah satu strategi Meta untuk menghadapi persaingan di konten-konten video pendek dengan platform berbagi video asal Tiongkok, TikTok.
Tak hanya Meta, Google pun juga mencoba menantang TikTok dengan merilis fitur serupa yaitu YouTube Shorts. YouTube pun dilaporkan mulai melakukan uji coba untuk menampilkan iklan di konten Shorts.
Infografis Mekanisme Virtual Police Awasi Pengguna Media Sosial. (Liputan6.com/Trieyasni)
Advertisement