Jakarta, CNN Indonesia —
Ikan red devil atau biasa disebut oscar menjadi predator yang kerap memangsa ikan di Danau Toba, Sumatra Utara.
Sebaran ikan red devil ini sebenarnya sudah menjadi persoalan bagi nelayan di sana. Ikan itu dianggap merusak ekosistem di wilayah danau terluas di Indonesia tersebut.
Sebuah video singkat di akun TikTok @samosir45 menyuguhkan penampakan ikan red devil menyantap habis bangkai ikan yang sengaja disimpan di dasar Danau Toba.
Gerombolan ikan red devil dalam hitungan detik langsung mendeteksi mangsa dan menyantap bangkai ikan itu. Video pendek berdurasi kurang dari 30 detik itu ditonton 403 ribu orang lebih.
Ikan red devil (Amphilophus labiatus) ini mulanya berasal dari wilayah Amerika Tengah dan sebagian dari Asia. Awalnya ikan ini masuk ke Indonesia sebagai ikan hias yang dijual dengan harga yang cukup mahal.
Dalam Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia, Balai Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia disebutkan red devil merupakan jenis ikan yang sangat rakus, sehingga bisa mengganggu kehidupan ikan lain di suatu perairan.
Beberapa pihak bahkan ada yang menyamakan dengan ikan arapaima dan piranha karena sifat ikan yang tergolong invasif.
Di sejumlah daerah di Indonesia, penyebutan ikan ini bermacam-macam. Di antaranya ikan oscar, setan merah, louhan merah dan nonong.
Penelitian yang dilakukan oleh Chairulwan Umar, Endi Setiadi Kartamihardja, dan Aisyah ini juga mengungkap awal mula ikan ini akhirnya banyak tersebar di sejumlah perairan di Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis tim peneliti, red devil memakan tumbuhan, moluska dan ikan. Dengan demikian ikan ini masuk dalam kategori omnivora-karnivora yang memanfaatkan ikan sebagai pakan utama, sehingga mampu mendesak perkembangan jenis ikan lainnya yang ada di perairan itu.
Tim menduga, ikan red devil merah masuk ke perairan umum tidak disengaja atau lolos dari keramba jaring apung yang terbawa bersamaan dengan benih yang ditebar.
Peneliti mencatat red devil fish masuk ke Indonesia sekitar 1990-an, dibawa dari Malaysia dan Singapura, disebar di beberapa waduk buatan di Indonesia. Namun tim juga menduga red devil sempat sengaja dilepaskan di ekosistem perairan di Indonesia oleh para penggemar ikan hias.
Pelepasan ikan ke perairan umumnya tanpa pengkajian, hasilnya, ikan tumbuh dengan cepat dan melimpah hingga mendominasi perairan tersebut.
Ikan yang awal mulanya ditemukan di Nikaragua dan Costa Rica ini, bisa hidup di perairan tropis dengan suhu air 21 sampai 26 derajat celcius, dengan kandungan pH sekitar 6.0-8.0, menurut laporan Fish Keeping World.
Peneliti menilai red devil juga disebut mudah berkembang biak karena betina bisa mengeluarkan ribuan telur, dan dapat bertelur sepanjang tahun.
Pemerintah sampai-sampai mengeluarkan kebijakan yang menyatakan ikan ini termasuk spesies yang merugikan.
Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan RI Nomor 19/ Permen-KP/2020, iklan iblis merah termasuk salah satu ikan yang merugikan sehingga dilarang untuk dimasukkan, dibudidayakan, diedarkan, dikeluarkan/ dilepasliarkan ke dalam wilayah perairan Indonesia.
(can/mik)