
Jakarta, CNN Indonesia —
Bos Tesla dan SpaceX, Elon musk, menantang CEO Twitter Parag Agrawal debat terbuka membahas akun bot atau robot yang dimiliki Twitter.
Kondisi ini berkenaan pembatalan Musk mengakuisisi Twitter senilai US$44 miliar yang berujung tuntutan ke meja hijau.
“Dengan ini saya menantang @paraga untuk debat publik tentang persentase bot Twitter,” kata Musk kepada 102 juta pengikutnya di akun Twitter dia.
“Biarkan dia membuktikan kepada publik bahwa Twitter memiliki lebih dari 5 persen pengguna harian palsu atau spam!” imbuh Musk.
Musk lalu membuat jajak pendapat tentang apakah netizen percaya argumen Twitter bahwa kurang dari lima persen pengguna aktif harian bulanan adalah “palsu/spam.”
Ada dua opsi dalam jajak pendapat, yaitu “Ya” dengan tiga emoji robot, yang tampak dengan sengaja menyiratkan setiap pengguna yang memilih opsi itu juga merupakan bot dan ‘Lmaoooo no’.
Sejauh ini nyaris 65 persen pengguna memilih “Lmaooo no” alias tidak percaya. Jajak pendapat berakhir pada hari Minggu dan hasilnya hampir condong ke arah Musk.
Dikutip The Verge, tampaknya tidak mungkin aksi terbaru Musk ini mendapat tanggapan langsung dari Agrawal atau ketua Twitter Bret Taylor, karena perselisihan yang sebenarnya dijadwalkan untuk sidang di pengadilan hanya dalam beberapa bulan ke depan.
Pengacara Twitter sudah menjelaskan apa yang dipikirkan perusahaan tentang tuduhan akun bot yang dimaksud Musk.
Dalam pengujian menggunakan situs bernama Botometer untuk mengungkapkan akun bot, Twitter sendiri banyak mereferensikan tweet miliknya dan dapat diperbarui untuk menyertakan pilihan hari ini.
Tim kuasa hukum hanya ahli dalam bidang hukum dan kontrak perusahaan, mereka mungkin tidak memiliki apa yang diperlukan untuk menjadikan argumen yang dieksekusi melalui meme, kutipan tweet, dan jajak pendapat.
Terpisah, Ketua Dewan Twitter Bret Taylor pada 5 Agustus kemarin menyebut klaim Musk “secara faktual tidak akurat, tidak cukup secara hukum, dan tidak relevan secara komersial”.
Dalam tanggapannya, Twitter mempermasalahkan analisis Musk tentang bot spam, dengan mengatakan bahwa “firehose” data yang ia gunakan “mencerminkan banyak akun Twitter yang tidak termasuk dalam mDAU” dan bahwa alat Botometer yang ia gunakan bergantung pada proses yang berbeda dari perusahaan untuk menentukan apakah suatu akun dapat berupa bot.
Dikutip CNN, Taylor menambahkan Botometer “awal tahun ini merancang Musk sendiri sebagai sangat mungkin untuk menjadi bot.”
Sebelumnya, berdasarkan analisis Musk menuduh Twitter selama minggu pertama Juli, bot spam menyumbang 33 persen dari akun yang terlihat di platform, dan sekitar 10 persen dari pengguna aktif harian Twitter yang dapat dimonetisasi, atau mDAU.
(can/fea)