Jakarta, CNN Indonesia —
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut sejumlah wilayah di Indonesia, termasuk Jakarta, berpotensi diguncang gempa kuat akibat aktivitas banyak segmen di zona sesar aktif.
Sebelumnya, gempa dengan Magnitudo 7,8 mengguncang Turki hingga Suriah di awal Februari. Akibatnya, korban jiwa dari dua negara itu menembus angka 50 ribu.
Otoritas kegempaan AS (USGS) menyebut sumber gempa adalah Patahan Anatolia Timur (East Anatolian Plate). Gempa bumi di zona itu pun memecahkan seluruh segmennya.
Ada enam segmen dalam satu patahan Anatolia Timur tersebut, yaitu segmen Turkoglu, Golbasi, Yarpuzlu, Lakehazar, dan Gorzali. Total panjang patahan Anatolia Timur sendiri sepanjang 300 km.
Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, mengungkap “peristiwa serupa bisa saja terjadi di Indonesia”.
“Semua paparan ini bukan untuk menakuti. Tapi untuk edukasi. Kepala daerah harus memperhatikan tata ruang, building code. Sekolah, rumah sakit harus aman dari gempa,” ujar dia, dalam acara Seminar Nasional dengan topik ‘Mitigasi Bencana Secara Cepat sebagai Upaya Antisipasi Dini Untuk Memahami Potensi Bahaya Gempa Bumi dan Resikonya’ secara daring di Sekolah Partai PDIP Lenteng Agung, Jakarta, Kamis (2/3).
Dwikorita pun berharap peristiwa di Turki bisa memberi peringatan untuk Indonesia mewaspadai potensi gempa multi-segmen yang sangat mungkin terjadi.
Pihaknya mendorong penguatan kajian getaran tanah (Ground Motion) sebagai cara memperkuat peringatan dini gempa.
Alhasil, tata ruang kota juga bisa disiapkan. Tak hanya itu, Dwikorita juga mendesak penegakan aturan konstruksi bangunan tahan gempa dengan building code.
“Pemda untuk segera mengecek bangunan, konstruksinya apakah sudah tahan gempa. Pupera dan kampus teknik bisa bantu. Kalau ketahuan ada tak tahan gempa, mohon perkuat. Ada teknologinya,” kata Dwikorita.
“IMB dan tata ruang ditetapkan ketat. Kalau zona merah jangan dibangun, sebab nanti jadi kuburan massal. Zona orange dan kuning, boleh dibangun namun syaratnya harus ketat,” jelasnya.
Dwikorita pun merinci zona-zona berpotensi gempa multisegmen tersebut:
1. Zona Sesar Cimandiri
Menurutnya, Sesar Cimandiri terletak di Jawa Barat dan berada dekat dengan Jakarta.
Di zona ini, kata Dwikorita, terdapat Segmen Cimandiri yang menyebar dari Palabuhan Ratu dan Sukabumi, Nyalindung-Cibeber dan Rajamandala yang berarah Timur Laut – Barat Daya dan menerus ke Teluk Palabuhan Ratu.
Selain itu, zona sesar utama Cimandiri ini sangat berdekatan dengan jalur Sesar Citarik dan Sesar Cipamingkis yang semua merupakan jalur sesar aktif.
“Gempa kuat dapat terjadi saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks semacam ini,” kata Dwikorita.
2. Sesar Palu Koro
Dwikorita juga menyebut zona Sesar Palu Koro di Sulawesi yang juga berpotensi menghasilkan gempa. Zona tersebut memiliki Segmen Palu, Saluki, Moa, dan Kuleana yang berarah Selatan – Utara dan menerus ke Teluk Palu.
Zona segmen sesar utama Palu- Kuleana ini berdekatan dengan Segmen Sesar Palolo A dan Palolo B yang semua merupakan segmen sesar aktif.
3. Sesar Semangko
Lebih lanjut, aktivitas multisegmen juga ada di zona Sesar Semangko, khususnya Kota Bandar Lampung dan Kotaagung.
Ini dekat Segmen Kumering Utara, Kumering Selatan, Semangko Barat, dan Semangko Timur mengarah ke barat laut – tenggara dan menerus ke Teluk Semangko.
Zona sesar utama Semangko ini, kata Dwikorita, dekat debgan jalur Sesar Semangko Graben dan Sesar Ujung Kulon yang semuanya merupakan sesar aktif.
“Gempa kuat dapat terjadi dan saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks seperti di Jalur Sesar Semangko di Selat Sunda ini.”
4. Sesar di Aceh
Banda Aceh pun, kata dia, tak luput dari ancaman gempa dari sesar aktif ini. Pasalnya, ada Segmen Aceh dan Seulimeum yang berdekatan dengan jalur Sesar Pidie Jaya, Batee, Tripa, dan Peusangan yang merupakan jalur sesar aktif.
“Gempa kuat dapat terjadi saling picu di zona tektonik yang aktif dan kompleks di wilayah ini,” ucap Dwikorita.