![](https://akcdn.detik.net.id/visual/2019/02/22/ef0ca8a3-2b34-4767-a780-a46e0863bad7_169.jpeg?w=650)
Jakarta, CNN Indonesia —
Di saat tawon betina melindungi diri dengan menyengat lawannya dengan racun, apa yang bisa dilakukan sang jantan untuk melindungi diri dari predator? Penis memberi jawabannya.
Sebuah penelitian yang diterbitkan di Jurnal Cell pada 19 Desember menunjukkan beberapa tawon jantan dapat lolos dari kematian dengan menggunakan alat kelamin yang tidak berbisa tetapi sangat berduri.
Duri tersebut ada pada dua sisi penis tawon mason (Anterhynchium gibbifrons) jantan.
Beberapa tawon menggunakan duri seperti itu untuk menahan betina di tempat selama kawin, tetapi tawon mason sebaliknya. Ia mengacungkan penis runcing mereka hanya ketika dihadapkan dengan predator.
Salah satu penulis studi dari Sekolah Pascasarjana Ilmu Pertanian di Universitas Kobe di Jepang, Misaki Tsujii sedang mempelajari siklus hidup tawon mason ketika dia tiba-tiba merasakan “rasa sakit yang menusuk” di jarinya.
Dia, yang lama menangani tawon jantan yang diyakini tidak berbahaya, mengaku terkejut dengan sensasi sengatan jantan di jarinya.
Tsujii dan rekan penulisnya Shinji Sugiura, seorang profesor di Sekolah Pascasarjana Ilmu Pertanian Universitas Kobe, merancang percobaan untuk melihat apakah tawon dapat menggunakan alat kelaminnya untuk menangkis pemangsa yang mungkin mereka temui di alam liar.
Mereka membawa katak pohon Jepang (Dryophytes japonic) ke lab, menempatkannya dalam wadah berisi tawon mason jantan, memasang kamera, dan melihat reaksi.
Ketika katak pohon membuka mulutnya untuk melahap tawon, serangga merespons dengan membentak katak dengan rahang bawah dan menusuk katak dengan duri di alat kelaminnya.
Namun, sebagian besar upaya pertahanan tawon sia-sia, karena hampir 65 persen serangga akhirnya dimangsa predator. Tetapi dalam 35,3 persen kasus, katak pohon memuntahkan tawon yang memberontak dan membiarkannya.
Tim mengulangi percobaan ini dengan tawon jantan yang alat kelaminnya dihilangkan dan menemukan semua serangga yang tidak memiliki alat kelamin dengan cepat ditelan, meskipun tawon terus menggigit katak dengan rahang bawahnya.
“Oleh karena itu, duri alat kelamin jantan tampaknya berperan dalam mencegah katak pohon menelan tawon jantan,” tulis para penulis.
Meski demikian, keefektifan duri kelamin tawon jantan tidak ada artinya jika dibandingkan dengan penyengat tawon betina yang sebenarnya.
Sebagai permulaan, katak pohon mencoba memakan tawon betina, dan ketika mereka menyerang, mereka memuntahkan betina sekitar 87,5 persen.
Para ilmuwan juga mengekspos tawon mason jantan dan betina ke predator kedua, katak kolam berbintik hitam (Pelophylax nigromaculatus). Namun, katak ini kebal terhadap pertahanan jantan dan betina, dan dengan cepat melahapnya.
“Katak kolam mungkin memiliki toleransi sengatan yang tinggi,” kata Sugiura kepada LiveScience.
“Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa katak tambak bahkan bisa memakan lebah berbisa,” sambungnya.
Selain itu, katak kolam hidup di tanah dan lebih jarang bertemu tawon mason, karena bunga favorit tawon tumbuh di tanaman merambat. Jadi tawon mason mungkin tidak berada di bawah tekanan kuat untuk mengembangkan pertahanan.
Para penulis menduga banyak tawon jantan lain dengan “sengatan semu” pada alat kelamin yang dilengkapi duri untuk pertahanan diri.
(can/arh)