Salah satu proyek yang digelar para pakar itu adalah mengembangkan piranti lunak bahasa untuk ponsel pintar. Aplikasi itu pada dasarnya adalah kamus bahasa Inggris, Apache online.
Wilhelm Meya adalah CEO The Language Conservancy (TLC), organisasi yang mengembangkan piranti yang disebut Rapid Word Collection. Ia mengatakan, proyek ini terealisasi berkat partisipasi para tetua Apache, salah satu subsuku Indian di Amerika.
”Para tetua dikumpulkan dalam kelompok yang terdiri dari tiga atau empat orang. Mungkin ada sepuluh kelompok yang mengerjakan berbagai kategori berbeda pada waktu yang sama dalam sebuah proyek. Dan mereka diberi topik seperti hal-hal yang mungkin Anda temukan di dapur. Dan jika kita semua duduk dan membicarakan serta membuat daftar semua hal yang akan Anda temukan di dapur, kita mungkin akan menemukan 30 atau 40 kata. Dan masing-masing kata tersebut direkam, diketik dan dimasukkan ke dalam database, dan itu diselaraskan dengan rekaman audionya juga,” jelasnya.
Menurut Meya, kemajuan teknologi telah memungkinkan organisasinya membuat kamus dalam waktu luar biasa cepat.
“Teknologi telah membantu kita memanfaatkan dan menyelamatkan bahasa lebih cepat daripada sebelumnya. Misalnya, sekarang kita dapat membuat kamus untuk komunitas dari awal dalam waktu 12 bulan, padahal biasanya diperlukan waktu 20 tahun untuk dapat melakukan hal tersebut. Jadi hal ini luar biasa dan sangat penting. Hal ini memungkinkan kami memelihara kelanggengan bahasa yang nyaris punah dengan cepat dan membangun infrastruktur yang dibutuhkan agar dapat bertahan di masa depan,” jelasnya.
Kecepatan ini sangat penting, karena waktu memang mendesak. Di Amerika Serikat dan Kanada, generasi terakhir penutur asli bahasa-bahasa suku Indian sudah memasuki usia senja. Menurut TLC, 143 dari 219 bahasa suku pribumi terancam punah di Amerika Serikat, sementara 75 dari 94 bahasa serupa menghadapi risiko sama di Kanada.
Sebagai informasi saja, bahasa-bahasa tersebut hanyalah sebagian kecil dari 400 hingga 500 bahasa Pribumi yang digunakan di kedua negara sebelum kedatangan orang Eropa dan berkurangnya populasi penduduk asli sekitar 500 tahun yang lalu.
Tidak hanya kamus Apache online yang dikembangkan TLC, tapi juga kamus-kamus bahasa pribumi lainnya, seperti Tahltan.
Pauline Hawkins, yang mengajar bahasa Tahltan, mengaku senang dengan kehadiran kamus online bahasa pribumi. Ia mengatakan, dulu orang tuanya ikut membantu membuat kamus cetak Tahltan pertama pada tahun 1980-an.
“Saya sangat bersemangat dan sangat senang melihat kamus ini karena Tahltan bukanlah bahasa utama saya. Kamus ini akan sangat membantu saya untuk belajar lebih banyak dan memperluas kosa kata saya.” [ab/uh]