Sekolah-sekolah di Bangladesh, pada Minggu (5/5), dibuka kembali dan pembelajaran dilanjutkan pada akhir pekan setelah gelombang panas yang menyengat yang terjadi satu minggu lalu memaksa sekolah-sekolah tutup. Bangladesh mengalami suhu yang melonjak hingga lebih dari 40 derajat Celcius.
Negara itu sempat ragu untuk membuka kembali sekolah bagi sekitar 33 juta siswa di tengah tekanan untuk mempersiapkan siswa menghadapi ujian, sementara gelombang panas terburuk dalam 70 tahun terakhir itu telah menyebabkan suhu melonjak mencapai 43,8 Celsius pada minggu lalu.
Banyak orang meninggal dunia di negara tersebut akibat suhu panas. Para pakar memperingatkan, suhu panas bisa memperburuk dan memperlebar kesenjangan pembelajaran antara negara-negara berkembang dan maju di kawasan tropis.
Bangladesh, yang mengadopsi hari kerja Minggu hingga Kamis, akan mengadakan kelas pada Sabtu sampai pemberitahuan lebih lanjut, kata kementerian pendidikan. Menteri Pendidikan Mohibul Hasan Chowdhury mengatakan, jika perlu sekolah akan dibuka pada Jumat untuk menyelesaikan kurikulum.
Para orang tua menyambut baik keputusan tersebut.
Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim menyebabkan gelombang panas lebih sering, parah, dan berkepanjangan selama musim panas.
Badan PBB untuk Urusan Anak-anak memperkirakan satu dari tiga anak, atau hampir 20 juta anak, di dataran rendah Bangladesh menanggung beban paling berat akibat perubahan iklim setiap hari.
Secara terpisah, kebakaran yang terjadi di tengah gelombang panas pada Sabtu (4/5) dan menyebar ke Sundarbans, hutan bakau terbesar di dunia yang menjadi rumah bagi harimau Royal Bengal, dapat dikendalikan pada hari Minggu, kata para pejabat.
Gelombang panas yang hebat telah menyebabkan kekurangan air dan seringnya pemadaman Listrik. Yang terdampak adalah sektor pakaian jadi utama yang menyumbang lebih dari 80% ekspor dan pengecer pasokan seperti H&M, Walmart, dan Gap Inc. [ka/rs]
https://www.voaindonesia.com/a/suhu-panas-turun-bangladesh-kembali-buka-sekolah/7599338.html