Sebuah kapal nelayan bermuatan penuh tiba pada waktu pagi menjelang di Geraldton, Australia Barat. Muatannya kali ini tidak biasa. Tali, jaring, plastik dan kayu, semuanya menumpuk tinggi. Semua itu adalah sampah yang dikumpulkan sukarelawan selama beberapa hari di Pulau Abrolhos, 60 kilometer dari pesisir Geraldton.
Sampah tersebut tidak dibawa ke tempat pembuangan akhir, melainkan diserahkan ke seniman profesional dan amatir.
“Saya mencari tutup botol dan potongan sampah untuk membuat karya seni,” kata seniman Paige Kirby. Seniman lainnya, Glenda Blyth, mengemukakan, “Tali ini begitu berbeda dari apapun yang pernah saya lihat. Jadi saya pikir ini akan menjadi keranjang yang cantik.”
Hasilnya sangat indah, juga bisa dikenakan. Seperti yang dibuat oleh seniman Verity Pearce, yang tahun ini membuat karya yang ia sebut Nixie, si peri air. Karyanya berupa tutu (rok balet) kecil dengan atasan korset, yang seluruhnya terbuat dari tali, jaring serta sedikit kawat.
Pembersihan laut difokuskan pada pengumpulan plastik yang menimbulkan kerusakan.”Potongan-potongan kecil plastik inilah yang mengapung di lautan. Hewan-hewan memakan potongan ini, burung-burung menyantapnya. Mereka kini menemukan potongan-potongan kecil plastik di dalam perut burung,” kata Pendiri Flotsam and Jetsam, Pia Boschetti.
Proyek pembersihan ini bernama Flotsam and Jetsam. Penyelenggaranya meyakini mereka melakukan perubahan yang berarti untuk pantai-pantai di pulau tersebut.
Boschetti menambahkan, “Ketika kami pertama kali memulai Flotsam, perlu satu hari untuk mengisi kapal kami yang berawak 17 sukarelawan. Sekarang kami mungkin memiliki hingga 30 sukarelawan, dan perlu tiga hari untuk mengisi kapal dengan sampah dalam jumlah yang sama. Jadi bagi saya, ini menunjukkan sampahnya lebih sedikit, kami benar-benar melakukan pemberrsihan.”
Inilah cara mengubah sampah menjadi barang berharga yang memberi manfaat bagi lingkungan. [uh/ab]
https://www.voaindonesia.com/a/sampah-di-lautan-bisa-diolah-jadi-karya-seni-/6636760.html