Di saat PBB memperingatkan akan adanya banjir yang lebih “hebat” yang akan mempengaruhi ketahanan pangan di Afghanistan dalam beberapa bulan mendatang, para ahli mengatakan negara itu memerlukan perencanaan jangka panjang untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim.
PBB mengatakan, banjir yang terjadi di sejumlah provinsi di timur laut dan barat laut Afghanistan dalam dua minggu terakhir, berdampak pada lebih dari 80.000 orang di negara tersebut.
Pejabat Taliban di provinsi Ghor mengatakan pada hari Kamis (23/5), banjir pekan lalu menewaskan sedikitnya 50 orang di provinsi itu dan merusak lebih dari 4.000 rumah dan toko.
Menurut PBB, banjir di sejumlah provinsi di Afghanistan timur laut: Badakhshan, Takhar dan Baghlan pada tanggal 10 dan 11 Mei lalu telah menewaskan 347 orang dan melukai 1.651 orang.
Banjir tersebut menghanyutkan 7.800 rumah, membunuh hampir 14.000 hewan ternak dan merusak sekitar 24.000 hektar lahan di tiga provinsi di Afghanistan itu.
Krisis iklim yang memburuk menyebabkan “pola cuaca tidak menentu” yang mana telah menjadi “sesuatu yang umum” di Afganistan, menurut (Program Pangan Dunia WFP).
“Orang-orang yang terkena dampak tinggal di distrik-distrik dengan kerawanan pangan yang lebih tinggi,” kata Ziauddin Safi, juru bicara WFP di Afghanistan. Ia menambahkan, “banjir disebabkan oleh curah hujan yang tidak biasa, setelah musim dingin yang kering, sehingga tanah sulit menyerap air hujan yang disebabkan oleh krisis iklim.”
“Sayangnya, WFP memperkirakan lebih banyak banjir akan terjadi di masa depan,” tambah Safi.
Afghanistan menjadi salah satu negara di dunia yang paling rentan terdampak oleh perubahan iklim, walaupun negara tersebut hanya sedikit mennghasilkan emisi gas rumah kaca.
Menurut Indeks Risiko INFORM 2023, Afghanistan berada di peringkat keempat dalam daftar negara paling berisiko terkena krisis.
Afghanistan juga merupakan salah satu negara yang paling rentan dan tidak siap menurut Indeks Adaptasi Global Notre Dame.
Najibullah Sadid, seorang ahli perairan Afghanistan di Universitas Stuttgart, Jerman, mengatakan kepada VOA bahwa Afghanistan memerlukan rencana jangka panjang untuk memitigasi efek dari perubahan iklim namun negara tersebut juga kekurangan sumber daya untuk mencapai tujuan itu.
“Sayangnya, tanpa bantuan ekonomi internasional, menerapkan proyek [untuk memitigasi efek perubahan iklim] di Afghanistan itu menjadi mustahil,” ungkap Sadid.
Ia menambahkan bahwa Afghanistan memerlukan dukungan dari Dana Iklim Hijau PBB dan Dana Kerugian untuk Negara Berkembang. [ps/ka/rs]