Pemerintah Jepang menyatakan pada hari Minggu (31/3) bahwa tim ahli mereka telah berdialog dengan para kolega dari China untuk mencoba meredam kekhawatiran Beijing terkait pembuangan air limbah radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi ke laut.
Pembuangan limbah itu ditentang oleh kelompok-kelompok nelayan dan negara-negara tetangga dari Jepang, khususnya China, yang melarang semua impor makanan laut Jepang. Kebijakan pemerintah China ini berdampak langsung pada para petani kerang dan eksportir dari Jepang ke China.
Menurut Kementerian Luar Negeri Jepang, dalam dialog yang digelar pada Sabtu (30/3) di Kota Dalian, bagian timur laut China, para pejabat Jepang menyatakan bahwa pihaknya telah memberikan penjelasan yang berbasis sains tentang bagaimana pembuangan telah dilakukan dengan aman sesuai rencana. Namun, tidak dijelaskan secara detail mengenai apa saja pembahasan yang dilakukan oleh pakar dari kedua negara tersebut.
Pernyataan tersebut merupakan pengakuan publik pertama dari pemerintah Jepang setelah dilakukannya pertemuan antara Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida dan Presiden China Xi Jinping pada bulan November lalu yang dilanjutkan dengan pertemuan informal yang dilakukan oleh para ahli. Namun, tidak dijelaskan secara detail mengenai pembahasan yang dilakukan oleh para ahli dari kedua negara.
Gempa bumi dan tsunami pada tahun 2011 merusak catu daya dan fungsi pendingin reaktor PLTN Fukushima, menyebabkan melelehnya tiga reaktor serta terakumulasinya air limbah radioaktif dalam jumlah besar.
Setelah disimpan selama lebih dari satu dekade, PLTN Fukushima mulai membuang air limbah yang telah diolah dan mengencerkannya dengan air laut pada 24 Agustus lalu. [ti/ka]