Sekelompok pengembang proyek energi surya Amerika Serikat, pada Selasa (21/6), mengatakan mereka bersama-sama akan menghabiskan sekitar $6 miliar untuk mendukung perluasan rantai pasokan panel surya domestik. Konsorsium Pembeli Tenaga Surya AS, yang mencakup pengembang AES Corporation AES.N, Clearway Energy Group, Cypress Creek Renewables dan DE Shaw Renewable Investments, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa dana tersebut akan mengatasi masalah rantai pasokan yang terjadi saat ini. Sejak awal pandemi, perusahaan-perusahaan yang membeli panel surya untuk pembangkit listrik besar telah berjuang mengatasi gangguan rantai pasokan global yang telah menaikkan biaya, serta potensi tarif Amerika terhadap panel impor dari Asia. Tarif pada produk tersebut, yang memasok sebagian besar proyek Amerika itu, akan membuat energi surya lebih mahal dan kurang kompetitif dengan daya yang dihasilkan oleh bahan bakar fosil. Konsorsium itu akan menginvestasikan $6 miliar, di saat yang sama mereka juga akan merekrut produsen panel surya dalam rencana strategis jangka panjang untuk memasok hingga 7 gigawatt (GW) modul surya per tahun mulai 2024 – yang dapat memberi daya pada kepada hampir 1,3 juta rumah. Amerika memasang 23,6 gigawatt kapasitas surya pada tahun 2021, menurut Asosiasi Industri Energi Surya. Impor dari Asia menyumbang sebagian besar permintaan panel dari pengembang fasilitas surya di Amerika. Sebagai tanggapan, sektor manufaktur domestik kecil dalam beberapa tahun terakhir telah berulang kali meminta pengenaan tarif pada panel buatan Asia, dengan alasan produk mereka tidak dapat bersaing dengan komponen murah buatan luar negeri. Presiden AS Joe Biden pada bulan ini membebaskan tarif panel surya dari empat negara di Asia Tenggara selama dua tahun, dan menerapkan Undang-Undang Produksi Pertahanan untuk memacu pembuatan panel surya di dalam negeri. [lt/em]
PBB: Dunia Maya dan Medsos Perburuk Dampak Ujaran Kebencian
Presiden Sidang Majelis Umum ke-76 PBB Abdulla Shahid pada Senin (20/6) mengatakan “dunia maya dan media sosial – dengan proliferasi disinformasi dan berita palsu – telah semakin memperburuk dampak ujaran kebencian ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Berbicara pada negara-negara anggota dalam sidang khusus majelis itu, yang sekaligus menandai Hari Internasional Melawan Ujaran Kebencian, Shahid menambahkan “tren berbahaya ini hanya berfungsi untuk memecah belah kita ketika persatuan dibutuhkan lebih besar dibanding sebelumnya.” Menurutnya, untuk mengatasi tantangan ini secara komprehensif, masyarakat internasional “harus memupuk kerja sama global dan bersatu, merangkul semangat kolektif yang dirancang PBB untuk dikembangkan, dan dicoba dirusak oleh ujaran kebencian. Ujaran kebencian adalah ancaman yang inheren pada nilai dan prinsip kita.” Penasihat Khusus PBB Untuk Pencegahan Genosida Alice Wairimu Nderitu secara khusus membacakan pesan dari Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Ia mengatakan “kata-kata dapat menjadi senjata dan menimbulkan kerusakan fisik,” dan menambahkan “eskalasi ujaran kebencian menjadi aksi kekerasan telah memainkan peran dalam kejahatan paling mengerikan dan tragis di zaman modern, dari anti-Yahudi yang mendorong holocaust, hingga genosida terhadap kelompok Tutsi di Rwanda pada 1994.” Nderitu juga mengatakan “internet dan media sosial telah memicu ujaran kebencian, memungkinkan hal itu menyebar seperti api melintasi perbatasan.” “Penyebaran ujaran kebencian terhadap kelompok minoritas selama pandemi COVID-19 membuktikan lebih jauh banyaknya masyarakat yang sangat rentan terhadap stigma, diskriminasi dan konspirasi yang dipromosikannya,” tegas Nderitu. [em/lt]
Pengembangan Perangkat Lunak Membuat Robot Makin Cerdas
Robot sudah lama dipakai di bidang manufaktur untuk melakukan tugas yang berulang secara cepat dan tepat. Kini para ahli mengembangkan perangkat lunak gratis untuk membuat perangkat robotika semakin cerdas, sehingga bisa memanen buah atau meraih barang secara lebih presisi.
Elon Musk akan Berbicara Langsung dengan Karyawan Twitter
Pengusaha dan investor Elon Musk akan berbicara dengan para karyawan Twitter pekan ini. Ini akan menjadi pertemuan pertama Musk dengan mereka sejak ia mengajukan tawaran $44 miliar untuk mengambil alih Twitter pada April lalu, kata seorang sumber pada Senin (13/6), mengutip email dari Kepala Eksekutif Twitter Parag Agrawal kepada staf. Pertemuan itu dijadwalkan berlangsung pada Kamis (16/6), dan Musk akan menerima pertanyaan langsung dari karyawan Twitter, kata sumber itu. Sejak tawaran pengambilalihan oleh Musk, banyak karyawan Twitter yang menyatakan khawatir perilaku miliuner yang tak bisa diprediksi itu dapat mengganggu stabilitas bisnis perusahaan media sosial tersebut dan merugikannya secara finansial. Pekan lalu, Musk memperingatkan Twitter bahwa ia mungkin akan meninggalkan tawarannya untuk mengakuisisi perusahaan tersebut jika Twitter gagal memberinya data mengenai spam dan akun palsu yang ia minta. [uh/ka]
Twitter Rencanakan RUPS Agustus Soal Penjualan ke Elon Musk
Para eksekutif di platform media sosial Twitter pada Rabu (8/6) memberitahu karyawan bahwa mereka berencana mengadakan rapat umum pemegang saham pada awal Agustus terkait penjualannya yang bernilai $44 miliar ke Elon Musk. Para pengacara Musk memperingatkan Twitter pada hari Senin bahwa ia mungkin membatalkan akuisisi itu jika perusahaan tersebut gagal memberikan data yang ia inginkan mengenai spam dan akun palsu. Twitter telah menyatakan pihaknya terus bekerja “secara konstruktif” untuk menuntaskan transaksi pembelian dan berbagi informasi dengan Musk. Sebagian dari data itu adalah firehose, seperangkat data berisi seluruh cuitan di platform itu yang dianalisis dengan parameter yang berbeda-beda, seperti perangkat pengguna atau profil akun yang mengeluarkan cuitan, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut. Twitter menjual data ini ke perusahaan-perusahaan pemantau media sosial sebagai bagian dari bisnis lisensinya tetapi berencana untuk menyerahkannya kepada Musk secara gratis sebagai bagian dari pertukaran informasi, kata para sumber. Firehose tidak mengandung informasi rahasia, seperti detail pribadi pengguna Twitter yang tidak dibuat publik atau seberapa sering mereka memverifikasi akun mereka, lanjut para sumber. [uh/lt]
Terbukti Cemarkan Nama Baik, Pengadilan Australia Jatuhkan Denda $515.000 pada Google
Pengadilan Australia pada Senin (6/6) memerintahkan Google untuk membayar denda sebesar $515.000 kepada seorang mantan anggota parlemen senior setelah membuktikan bahwa “kampanye tanpa henti, rasis, kasar dan penuh fitnah” yang dilakukan seorang komentator di YouTube terhadap politisi tersebut mendorongnya untuk mengundurkan diri dari dunia politik. Pengadilan Federal Australia mendapati bahwa Alphabet Inc’s GOOGL.O Google – yang memiliki situs berbagi konten YouTube – memperoleh ribuan dolar setelah memasang dua video yang menyerang wakil perdana menteri New South Wales, negara bagian terpadat di Australia. Sejak diunggah pada akhir tahun 2020 lalu, video itu ditonton hampir 800.000 kali. Video yang dibuat oleh komentator politik, Jordan Shanks, mempertanyakan integritas anggota parlemen John Barilaro. Tanpa memberikan bukti apapun, Shanks juga melabeli Barilaro sebagai “korup” dan memanggilnya dengan sebutan rasis yang merupakan “ujaran kebencian,” ujar hakim Steve Rares dalam sidang pengadilan pada Senin. Rares menggarisbawahi bahwa ketika Barilaro mengundurkan diri dari politik pada Oktober 2021, hal tersebut terjadi karena ia “trauma dengan kampanye Google dan Shanks, dan hal itu membuatnya meninggalkan jabatan publik sebelum waktunya.” “Saya mendapati bahwa perilaku Google dalam proses ini tidak pantas dan tidak dapat dibenarkan,” tegasnya. Juru bicara Google belum memberi komentar perihal kasus tersebut. Sementara juru bicara Shanks, yang menjadi terdakwa bersama Google hingga mencapai penyelesaian tahun lalu, belum dapat dihubungi untuk dimintai komentar. [em/rs]
Truk Swakemudi Penuh Lebih Cepat Terwujud
Truk angkutan barang yang bisa berjalan sendiri secara sepenuhnya tampak akan lebih cepat terwujud dibanding mobil swakemudi penuh. Tapi kalangan pemerhati masih mengkhawatirkan masalah keselamatan truk otonom, dan juga potensi hilangnya profesi pengemudi truk.
Robot Asisten untuk Dampingi Warga Lansia
Pandemi menambah rasa isolasi banyak warga lansia, karena tak bisa dikunjungi keluarga. Pada saat bersamaan, sebagian akhirnya dipaksa mengatasi kegagapan teknologi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Sebagian juga menggunakan teknologi robot asisten yang menambah kualitas hidup di hari tua
Robot Kolaboratif Kemungkinan akan Merevolusi Industri Makanan
Robot yang dapat bekerja berdampingan dengan manusia, yang biasa disebut robot kolaboratif, kemungkinan akan merevolusi industri makanan. Perusahaan-perusahaan teknologi mengatakan, permintaan akan robot seperti itu melonjak tinggi di sektor tersebut.