Apple baru saja memiliki paten baru untuk teknologi yang memungkinkan gawai iPhone dapat digunakan untuk mengetik di tengah hujan dengan lebih optimal. Paten tersebut dikeluarkan oleh Kantor Paten dan Merek Dagang AS yang …
Sayurbox gaet Dompet Dhuafa sediakan hewan kurban bebas PMK
Menjelang Hari Raya Idul Adha, perusahaan rintisan agritech Sayurbox menggaet Dompet Dhuafa menyediakan hewan kurban yang bebas dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Nantinya pembelian hewan kurban itu bisa dilakukan secara …
Peretas Klaim Curi Data Warga China, Jual Online
Seorang peretas yang mengaku telah mencuri data pribadi dari ratusan juta warga China kini menjual informasi tersebut secara online. Sampel dari 750.000 data yang diunggah secara daring oleh peretas menunjukkan nama warga, nomor ponsel, nomor KTP, alamat, tanggal lahir, dan laporan polisi yang pernah diajukan. Kantor berita AFP dan pakar keamanan siber telah memverifikasi sebagian data itu sebagai betul, tetapi cakupan seluruh basis data sulit ditentukan. Data curian itu diiklankan dalam forum akhir bulan lalu tetapi hanya diambil oleh pakar keamanan siber pekan ini. Database 23 terabyte itu, yang diklaim peretas berisi catatan satu miliar warga China, dijual dengan harga 10 bitcoin (sekitar $200.000). “Sepertinya itu dari berbagai sumber. Sebagian dari sistem pengenalan wajah, sebagian lain tampaknya data sensus,” kata Robert Potter, salah seorang pendiri perusahaan keamanan siber Internet 2.0. China melakukan pengawasan nasional secara luas yang menyedot sejumlah besar data dari warganya, seolah-olah untuk tujuan keamanan. Tumbuhnya kesadaran publik akan privasi data, memunculkan undang-undang perlindungan data yang lebih kuat yang menarget individu dan perusahaan swasta dalam beberapa tahun ini. Namun begitu, tidak banyak yang bisa dilakukan warga untuk mencegah negara mengumpulkan data tentang mereka. [ka/ab]
Lebih Banyak Penduduk di Sydney Terancam Banjir Bandang
Lebih banyak penduduk di Sydney, kota terbesar Australia, telah diberitahu atau bersiap untuk mengungsi dari rumah mereka di tengah banjir besar, yang kembali terjadi dan dipicu hujan lebat. Badan penanggulangan bencana Selasa (5/7) mengeluarkan perintah evakuasi dan waspada bagi 50.000 penduduk di Sydney, ibu kota negara bagian New South Wales, naik dari 32.000 penduduk pada Senin. Sel badai yang kuat telah mencurahkan hujan deras selama beberapa hari, menyebabkan bendungan dan sungai meluap, membanjiri jalan dan membanjiri ratusan rumah di dan sekitar Sydney. Pekerja darurat melakukan beberapa penyelamatan semalam pada orang-orang yang terjebak dalam rumah atau mobil mereka yang terjebak di jalan yang banjir. Perdana Menteri negara bagian New South Wales Dominic Perrottet Selasa mendesak warga agar tidak berpuas diri. “Banjir ini masih jauh dari selesai,” katanya kepada wartawan. Negara bagian New South Wales telah mendeklarasikan bencana alam bagi 23 wilayah di seluruh negara bagian itu, yang memberi wewenang bantuan keuangan untuk penduduk yang terimbas. Badai itu menyulitkan upaya menarik kapal kargo yang hanyut di lepas pantai Sydney sejak Senin. Upaya menderek kapal itu dan 21 awaknya ke pantai gagal ketika angin kencang dan ombak besar menyebabkan tali penarik putus. Sydney menghadapi peristiwa banjir besar keempat sejak Maret 2021. Kerugian diperkirakan miliaran dolar. [ka/ab]