Jakarta, CNN Indonesia —
Keputusan Jepang membuang air limbah radioaktif dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudera Pasifik mendapat respons negatif dari sejumlah kalangan internasional. Pasalnya, banyak pihak waswas limbah Fukushima merusak lingkungan karena kandungan tritiumnya.
Dari hasil uji Tepco yang dirilis pekan lalu, air limbah Fukushima mengandung sekitar 63 becquerel tritium per liter. Becquerel adalah satuan radioaktif.
Lalu, apa itu tritium?
Profesor riset di Pusat Riset Teknologi Daur Bahan Bakar Nuklir dan Limbah Radioaktif Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan tritium adalah bentuk isotop hidrogen yang radioaktif.
“Meskipun secara alami ada dalam lingkungan dalam jumlah sangat kecil, tritium juga dapat dihasilkan secara buatan dalam berbagai aktivitas nuklir, seperti dalam pembangkit listrik tenaga nuklir atau dalam percobaan senjata nuklir,” kata Djarot saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (25/8).
Djarot mengatakan dampak tritium terhadap manusia terutama berkaitan dengan potensi paparan radiasi. Paparan radiasi tritium dapat terjadi melalui konsumsi makanan, minuman, atau pendedahan langsung kepada sumber tritium.
Namun, dampaknya pada manusia dapat bervariasi tergantung pada sejumlah faktor, termasuk jumlah paparan, lamanya paparan, dan jenis paparan (internal atau eksternal).
“Tritium mengeluarkan radiasi beta yang lemah, yang dapat merusak sel-sel dalam tubuh manusia jika partikel beta tersebut diserap oleh jaringan,” jelas Djarot.
“Namun, karena radiasi beta tritium lemah, dampak kesehatan biasanya lebih rendah dibandingkan dengan isotop radioaktif lainnya, seperti plutonium atau cesium,” imbuhnya.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Badan Perlindungan Radiasi Internasional (ICRP) telah menetapkan batasan paparan radiasi bagi pekerja yang terlibat dalam industri nuklir dan masyarakat umum. Dosis radiasi yang dianggap aman untuk masyarakat umum adalah sangat rendah dan diperkirakan tidak akan menyebabkan dampak kesehatan yang signifikan.
Bahayakah tritium?
Lautan memiliki cukup banyak radioaktivitas, jauh sebelum Jepang mulai melepaskan air limbah yang telah diolah ke Pasifik. Sebagian besar radioaktivitas berasal dari unsur-unsur yang muncul secara alami, tetapi juga diperkenalkan oleh kapal selam nuklir, uji coba senjata nuklir di masa lalu, dan pembuangan sebelumnya dari pembangkit listrik di seluruh dunia.
Di antara isotop radioaktif yang umum ditemukan di lautan adalah tritium. Tritium adalah isotop yang tidak dapat dihilangkan dari air limbah Fukushima, meskipun telah dilakukan pengolahan berulang kali.
Sistem pengolahan cairan canggih TEPCO mengurangi 62 dari 64 elemen radioaktif ke ambang batas yang dapat diterima di bawah standar keamanan internasional, kecuali tritium dan karbon-14. Air limbah yang telah diolah kemudian diencerkan hingga konsentrasi 1.500 becquerel (unit radiasi yang dilepaskan) per liter, yang merupakan sekitar sepertujuh dari tingkat radioaktivitas air minum berdasarkan pedoman Organisasi Kesehatan Dunia.
Menurut Komisi Layanan Nuklir Kanada, seseorang perlu mengonsumsi miliaran becquerel tritium sebelum merasakan dampak kesehatannya.
Jim Smith, profesor ilmu lingkungan di University of Portsmouth, mengatakan bahwa ikan dan makanan laut dari Jepang masih aman untuk dimakan dan dibudidayakan.
“Jika Anda makan ikan yang mengandung tritium, sebagian besar tritium akan masuk ke dalam tubuh sebagai air, seperti air yang masuk ke dalam tubuh kita,” kata Smith, mengutip TIME.
“Saat ikan tumbuh, tritium terakumulasi dalam otot, dan kemudian Anda memakan bentuk yang terikat secara organik. Hal ini memang meningkatkan tingkat apa yang kita sebut sebagai faktor radiotoksisitas, tetapi masih sangat rendah,” lanjut dia.
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230825155733-199-990527/mengenal-tritium-di-air-limbah-fukushima-berbahayakah