Sebuah survei di Inggris menemukan, banyak guru di negara itu merasa tidak nyaman dengan siswa mereka yang menggunakan teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI).
Hasil survei yang dilakukan RM Technology terhadap 500 guru sekolah menengah di Inggris menunjukkan, 9 persen guru mengaku tidak dapat membedakan pekerjaan yang dilakukan oleh siswa dan pekerjaan yang dihasilkan oleh program kecerdasan buatan.
Hasil survei itu juga menunjukkan bahwa 41 persen guru mengatakan mereka menginginkan regulasi yang lebih baik terkait kecerdasan buatan, sementara lebih dari sepertiga dari mereka atau 69 persen menginginkan adanya intervensi pemerintah.
Namun, banyak pelajar di Inggris mengaku tidak keberatan mengenai penggunaan teknologi kecerdasan buatan bila menyangkut pekerjaan rumah.
“Saya sering menggunakannya untuk PR (pekerjaan rumah), alat revisi. Jadi jika saya membutuhkan dukungan tambahan dan saya tidak ingin bertanya kepada guru, saya akan menggunakannya. Saya bisa menggunakan teknologi ini kapan pun saya membutuhkannya,” kata Miya Croft, seorang pelajar.
Temannya, Kyle Harris, setuju. Ia kerap memanfaatkan teknologi ini untuk mengerjakan PR yang terkait bahasa.
“Menurut saya, sebagian besar anak sekolah menggunakan teknologi kecerdasan buatan terutama untuk PR,” kata Harris.
Mel Parker, konsultan RM Technology, adalah mantan guru matematika dan mantan kepala sekolah. Ia percaya teknologi baru ini dapat digunakan untuk meningkatkan pendidikan, tetapi ia juga percaya bahwa pemerintah terlalu jauh tertinggal dalam menetapkan pedoman baru bagaimana teknologi itu dapat digunakan.
Parker mengatakan baik guru maupun siswa harus memahami aturan saat menggunakan kecerdasan buatan.
“Bagaimana mereka bisa belajar dari teknologi kecerdasan buatan, bagaimana mereka bisa mendapatkan pemahaman konsep yang lebih baik? Apa sebenarnya yang disebut curang dan apa praktik yang baik?” kata Parker.
Menurut Parker, kekhawatiran mengenai teknologi kecerdasan buatan muncul karena banyak guru belum dilengkapi dengan pengetahuan yang memadai. Mereka, katanya, membutuhkan bantuan dan bimbingan untuk memahami apa kegiatan siswa yang tergolong curang dan apa yang tidak terkait pemanfaatan teknologi ini. [ab/uh]