Sekitar 15 kilometer dari Johnson Space Center, sebuah gereja di daerah Houston menyempatkan diri selama pelajaran Alkitab hari Rabu dan kebaktian Minggu malam untuk berdoa bagi dua anggota yang tidak dapat hadir.
Memang, tidak mungkin bagi astronaut NASA Barry “Butch” Wilmore dan Tracy Dyson untuk datang ke Gereja Baptis Providence itu. Mereka sedang berada di antariksa, mengorbit planet bumi. Lebih khusus lagi, kedua anggota ini bekerja bersama di Stasiun Antariksa Internasional (International Space Station/ISS).
Seperti banyak astronaut sebelumnya, mereka membawa serta iman mereka saat mereka meluncur ke luar angkasa.
“Tuhan menggunakan kita semua dengan cara yang sangat baik, dan saya pikir saya mendapatkan sukacita terbesar dari apa yang saya lakukan dalam hal itu,” kata Dyson, ketika menceritakan tentang pekerjaannya di podcast “Bible Project” menjelang peluncurannya pada bulan Maret lalu dengan pesawat antariksa Soyuz milik Rusia.
Misi enam bulan Dyson baru dijadwalkan berakhir pada September mendatang, tetapi Wilmore dan sesama pilot uji NASA lainnya, Suni Williams, seharusnya sudah kembali ke bumi beberapa minggu yang lalu.
Mereka tinggal lebih lama dari yang direncanakan menyusul kegagalan roket pendorong dan kebocoran helium pada penerbangan awak perdana kapsul Starliner milik Boeing. Wilmore dan Williams mengatakan mereka yakin kapsul itu akan membawa mereka pulang dengan selamat. Kini para teknisi masih meneliti data uji Starliner.
Belum ada tanggal kepulangan, yang berarti kekhawatiran jemaat telah mereda untuk saat ini karena mereka aman di stasiun antariksa, kata Tommy Dahn. Ia adalah pendeta di gereja Pasadena, Texas, tempat Dyson beribadah sebagai anggota baru dan Wilmore sebagai anggota majelis di gereja itu.
Hari-hari peluncuran dan kepulangan merupakan saat-saat yang meningkatkan kecemasan dan doa mereka.
“Kami pasti akan berjaga-jaga saat kami mengetahui kapan itu akan terjadi,” kata Dahn, yang berhubungan dekat dengan Wilmore dan istrinya selama misi ini berlangsung.
Wilmore berhenti sejenak sebelum menaiki Starliner pada setiap upaya peluncuran, berdoa bersama teknisi dan Williams. Dia mengakui risiko penerbangan antariksa – terutama pada penerbangan uji seperti yang dilakukannya.
“Keluarga kami telah menjadi bagian dari ini sejak awal. … Sejauh menyangkut persiapan, mereka sudah siap. Kami percaya pada Tuhan yang berdaulat. Apa pun rencananya, kami siap untuk itu, apa pun itu,” katanya kepada wartawan sebelum penerbangan.
Iman Wilmore bahwa Tuhan yang memegang kendali memberikan kedamaian yang luar biasa bagi keluarganya, kata istrinya, Deanna Wilmore, melalui pesan teks. Dia merasa puas di stasiun antariksa, tidak khawatir atau gelisah, katanya.
“Kami tidak mengatakan bahwa ini berarti tidak akan terjadi hal buruk atau Starliner akan membawa Barry pulang dengan selamat, tetapi apa pun yang Tuhan lakukan, akan menjadi kebaikan bagi kami dan kemuliaan-Nya,” tambahnya.
Program antariksa AS telah mencapai prestasi yang menakjubkan dan tragedi yang mengerikan.
Mantan astronaut NASA Mike Hopkins sadar bahwa eksplorasi antariksa berisiko tinggi, tetapi dia tidak merasakan beban penuhnya sampai penugasan pertamanya. Sebuah perusahaan asuransi jiwa menegaskan hal itu sebelum peluncuran roket Soyuz yang membawanya pada September 2013, kata Hopkins, mengenang saat ketika dia diberitahu bahwa mereka tidak menjual asuransi untuk astronaut.
Hopkins menyadari bahwa dia belum siap secara spiritual. Di sela-sela pelatihan, dia mulai berpindah kongregasi menjadi Katolik, sebuah keyakinan yang telah dianutnya sejak dia mulai berkencan dengan istrinya yang menganut Katolik tetapi dia bersikeras tidak akan pernah bergabung ke gereja itu.
“Itulah gagasan menjadi astronaut dan menyadari risiko yang kami ambil,” katanya. “Rasanya ada sesuatu yang hilang bagi saya.” Ketika dia menerima Komuni untuk pertama kalinya, dia dipenuhi dengan kejernihan dan kedamaian yang ingin dia bawa ke luar angkasa. Dengan bantuan para pastor di gerejanya, Hopkins memperoleh izin untuk membawa satu mangkuk hosti yang telah dikonsekrasi. Dia memberikan Komuni setiap minggu untuk dirinya sendiri dan pada hari-hari ketika dia melakukan spacewalk (pekerjaan di luar pesawat atau stasiun antariksa) yang lama dan intens.
“Itu sangat menentukan suasana untuk memulai hari,” katanya. “Kemudian, Anda hanya menjalani proses langkah demi langkah dalam melaksanakan pekerjaan di pesawat antariksa tetapi melakukannya dengan mengetahui bahwa Kristus bersama saya.”
Astronaut lain yang telah menerima Komuni di luar angkasa termasuk astronaut Apollo 11 Buzz Aldrin setelah mendarat di bulan bersama Neil Armstrong pada tahun 1969.
Pastor Wencil Pavlovsky dari Gereja Katolik St. Paul the Apostle di daerah Houston, membantu mantan astronaut Mark Vande Hei membawa Komuni ke orbit. Vande Hei berada di stasiun antariksa pada tahun 2017 ketika Paus Fransiskus meneleponnya.
Pavlovsky mengatakan melayani astronaut tidak jauh berbeda dengan memberikan pelayanan kepada umat lainnya, “Menurut saya, iman dalam kehidupan astronaut sangatlah penting. Mereka menghadapi dan menangani hal-hal yang tidak dapat kita pahami. Mereka harus tetap berpikir jernih. Mereka harus tetap fokus pada kehidupan mereka. Dan saya pikir itulah makna hakiki dari iman.”
Terkait dengan itu, ada fenomena yang disebut oleh filsuf Frank White sebagai Overview Effect, yaitu efek ketika pandangan terhadap bumi berubah setelah dilihatnya dari luar angkasa.
Tiga puluh enam umat Paroki St. Paul the Apostle telah menjadi astronaut, kata Pastor Pavlovsky. Didirikan pada tahun 1960-an untuk melayani komunitas antariksa yang berkembang, gereja tersebut merangkul sejarahnya, termasuk dengan jendela kaca patri yang dirancang dari gambar Teleskop Hubble dan koleksi kenang-kenangan perjalanan para astronaut ke antariksa.
NASA mengatakan izin bagi astronaut untuk membawa serta benda-benda keagamaan ke antariksa membantu mereka yang taat beragama untuk tetap terhubung dengan komunitas iman mereka. Berkat Dyson dan Wilmore, jemaat Gereja Baptis mereka, yang berjumlah sekitar 250 orang pada hari Minggu tertentu, memiliki kesempatan yang unik.
Setelah Wilmore tiba di stasiun antariksa pada awal Juni lalu, dia dan Dyson tampil langsung melalui video di kebaktian Minggu Gereja Baptis Providence dan “memberikan tur” di stasiun antariksa, kata Pendeta Dahn. Wilmore memberikan sebuah pelajaran sebelum dia dan yang lainnya di stasiun antariksa memimpin jemaat untuk menyanyikan lagu “Amazing Grace.”
“Ini agak mendebarkan,” kata Dahn, seraya menambahkan bahwa pikiran tentang Tuhan muncul dengan mudah saat para astronaut memperlihatkan bumi melalui jendela stasiun antariksa. Seperti orang Kristen konservatif lainnya, dia percaya bahwa Tuhan adalah pencipta alam semesta seperti yang digambarkan dalam Alkitab, bukan Big Bang atau teori lainnya.
Pastor Wencil Pavlovsky menambahkan, “Gereja adalah pusat segala kebijaksanaan, dan para ilmuwan berasal dari sekolah-sekolah gereja. Apakah bumi itu datar? Apakah bumi berputar mengelilingi matahari? Apakah matahari bergerak? Semua pertanyaan itu muncul dari gereja dan dari para ilmuwan yang merupakan orang-orang gereja, dan pertanyaan-pertanyaan itu dijawab oleh gereja.”
Wilmore menggunakan pengalamannya di luar angkasa untuk meningkatkan pemahaman orang tentang kepercayaan Kristen mereka, kata Pendeta Dahn, sambil mencatat keterlibatannya sebagai pembicara dalam pelayanan Answers in Genesis (“Jawaban dalam Kejadian”), yang mengelola Museum Penciptaan dan Bahtera Nabi Nuh, tempat-tempat wisata umat Kristen di negara bagian Kentucky.
Hanya sedikit orang yang dapat melakukan apa yang dilakukan oleh Dyson dan Wilmore, meskipun mereka sendiri mungkin tidak mengatakannya, kata Corey Johnson, pendeta lain di Gereja Baptis Providence. Ia mengenang bagaimana Wilmore mengorganisasi sekelompok relawan untuk membangun pagar di rumahnya, dan bagaimana Dyson dengan senang hati membacakan buku untuk putranya saat dia berkunjung ke rumah Dyson.
“Mereka adalah individu-individu yang sangat berbakat,” katanya, tetapi “ada lebih banyak hal tentang mereka daripada apa yang mereka lakukan untuk pekerjaan sehari-hari mereka,” pungkas Corey Johnson. [lt/ab]