Laju deforestasi di hutan hujan Amazon Brazil melambat hampir 50 persen dibandingkan tahun lalu, menurut data satelit pemerintah yang dirilis Rabu. Penurunan tersebut merupakan yang terbesar sejak 2016, saat metode pengukuran saat ini mulai digunakan.
Dalam 12 bulan terakhir, hutan hujan Amazon kehilangan 4.300 kilometer persegi, area yang kira-kira seukuran dengan Rhode Island di Amerika. Angka penurunan tersebut mencapai hampir 46 persen dibandingkan periode sebelumnya. Tahun pengawasan deforestasi Brazil berlangsung dari 1 Agustus hingga 30 Juli.
Namun, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk menghentikan kerusakan terseebut. Pada Juli, penebangan pohon meningkat 33 persen dibandingkan tahun lalu. João Paulo Capobianco, Sekretaris Eksekutif Kementerian Lingkungan Hidup, menjelaskan dalam konferensi pers di Brasília bahwa lonjakan ini disebabkan oleh pemogokan para pejabat di lembaga lingkungan federal.
Angka-angka tersebut masih bersifat awal dan diambil dari sistem satelit Deter yang dikelola oleh Institut Nasional untuk Penelitian Luar Angkasa, yang digunakan oleh lembaga penegak hukum lingkungan untuk memantau deforestasi secara langsung. Perhitungan yang lebih akurat mengenai penggundulan hutan biasanya dirilis pada November.
Presiden Luiz Inácio Lula da Silva berkomitmen untuk mencapai “nol deforestasi” pada 2030. Masa jabatan Lula saat ini akan berakhir pada Januari 2027. Sejak pemerintahan Presiden sayap kanan Jair Bolsonaro berakhir pada 2022, penggundulan hutan Amazon mengalami penurunan signifikan. Selama pemerintahan Bolsonaro, hilangnya hutan mencapai level tertinggi dalam 15 tahun.
Sekitar dua pertiga dari hutan Amazon berada di Brazil. Amazon adalah hutan hujan terbesar di dunia, dengan luas dua kali lipat dari India. Hutan tersebut menyerap banyak karbon dioksida, yang membantu menghambat pemanasan iklim. Selain itu, Amazon menyimpan sekitar 20 persen dari cadangan air tawar dunia dan memiliki keanekaragaman hayati yang masih belum sepenuhnya dipahami oleh ilmuwan, termasuk setidaknya 16.000 spesies pohon.
Selama periode yang sama, penggundulan hutan di sabana luas Brazil, yang dikenal sebagai Cerrado, meningkat sebesar 9 persen. Hilangnya vegetasi asli mencapai 7.015 kilometer persegi, area yang 63 persen lebih besar dari kerusakan di Amazon.
Cerrado, sabana dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia, masih jauh dari mendapatkan perlindungan yang setara dengan hutan hujan di utara. Sebagian besar produksi kedelai Brazil, yang merupakan ekspor terbesar kedua negara itu, berasal dari area milik swasta di Cerrado.
“Cerrado telah menjadi ‘bioma yang dikorbankan.’ Topografinya cocok untuk produksi komoditas berskala besar dan mekanis,” kata Isabel Figueiredo, juru bicara lembaga nirlaba Society, Population and Nature Institute kepada The Associated Press.
Baik warga Brazil maupun komunitas internasional lebih peduli dengan hutan daripada sabana dan lanskap terbuka, katanya, meskipun ekosistem ini juga sangat beragam hayati dan penting untuk keseimbangan iklim. [ah/ft]