Hujan badai yang langka melanda Uni Emirat Arab pekan lalu. Hujan tersebut tercatat sebagai yang terlebat di negara itu dalam 75 tahun terakhir. Apa sebenarnya penyebab badai yang melumpuhkan Dubai itu?
Category: Timur Tengah
Hujan Deras Sebabkan Banjir di Uni Emirat Arab dan Sekitarnya
Hujan deras mengguyur Uni Emirat Arab, Selasa (16/4), membanjiri sebagian besar jalan bebas hambatan dan membuat banyak kendaraan ditinggalkan pemiliknya di jalanan di berbagai penjuru Dubai. Sementara itu, jumlah korban meninggal dalam…
Iran akan Bebaskan Empat Aktivis Lingkungan yang Dihukum Sebagai Mata-Mata
Empat aktivis lingkungan yang telah mendekam di penjara selama lebih dari lima tahun setelah divonis atas tuduhan berlaku sebagai mata-mata, akan dibebaskan menyusul pengampunan dari pemimpin tertinggi Iran, demikian dilaporkan media pemerintah…
Iran Masuk Daftar Negara-negara yang Kekurangan Air
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan dalam laporan tahunannya mengenai akses air bahwa dunia sedang “menghadapi krisis air” dan memasukkan Iran sebagai salah satu negara yang mengalami “kekurangan air yang parah.” Laporan Pembangunan Air…
Meta Hapus Akun Pemimpin Iran dari Instagram dan Facebook
Meta, pada Kamis (8/2), mengatakan pihaknya telah menghapus akun milik pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di platform Facebook dan Instagram karena dianggap melanggar kebijakan konten perusahaan itu. “Kami telah mencopot akun-akun…
Iran Berhasil Luncurkan Tiga Satelit ke Luar Angkasa di tengah Konflik dengan Barat
Iran, pada Minggu (28/1), mengatakan mereka berhasil meluncurkan tiga satelit ke luar angkasa. Itu merupakan upaya terbaru dari sebuah program yang menurut Barat akan meningkatkan kemampuan rudal balistik Teheran. Kantor berita milik…
Kanada Berhenti Mendanai Riset Kolaborasi Asing yang Berisiko Mengancam Keamanan Nasional
Pemerintah Kanada mengumumkan pada Selasa (16/1) bahwa pihaknya akan membatasi pendanaan penelitian untuk mencegah China, Iran dan Rusia memperoleh teknologi canggih yang dikembangkan oleh kampus-kampus Kanada, dengan alasan masalah keamanan nasional. Ottawa…
Delegasi Pembicaraan Iklim PBB Sepakat Beralih dari Bahan Bakar Fosil
Dubai, UEA — Hampir 200 negara pada Rabu (13/12) sepakat untuk beralih dari bahan bakar fosil yang menyebabkan pemanasan global, yang merupakan pertama kalinya mereka membuat janji penting dalam beberapa dekade perundingan iklim PBB. Meskipun banyak yang memperingatkan bahwa perjanjian tersebut masih memiliki kekurangan yang signifikan. Perjanjian tersebut disetujui tanpa protes yang dikhawatirkan banyak orang, dan lebih kuat dari rancangan yang diajukan pada awal pekan, yang membuat marah sejumlah negara. Namun perjanjian ini tidak menyerukan penghentian penggunaan minyak, gas, dan batu bara secara bertahap, dan hal ini memberikan ruang gerak yang signifikan bagi negara-negara dalam “transisi” untuk meninggalkan bahan bakar tersebut. Dalam beberapa menit setelah pembukaan sesi pada Rabu, Presiden COP28 Sultan al-Jaber menyetujui dokumen utama tersebut, sebuah evaluasi tentang betapa tidak sejalannya dunia dalam hal iklim dan bagaimana cara untuk bangkit kembali, tanpa memberikan kesempatan bagi para pengkritik untuk berkomentar. Dokumen tersebut merupakan bagian penting dari perjanjian Paris tahun 2015 dan tujuan yang disepakati secara internasional untuk mencoba membatasi pemanasan hingga 1,5 derajat Celcius di atas masa pra-industri. Target tersebut disebutkan sebanyak 13 kali dalam dokumen inventarisasi, dan al-Jaber berulang kali menyebutnya sebagai “bintang utara”. Sejauh ini suhu dunia telah memanas sebesar 1,2 derajat Celsius sejak pertengahan tahun 1800-an. Beberapa menit setelah al-Jaber menyelesaikan dokumen tersebut, pemimpin delegasi Samoa, Anne Rasmussen, atas nama negara-negara kepulauan kecil, mengeluh bahwa mereka bahkan tidak hadir ketika al-Jaber mengatakan kesepakatan telah selesai. Kesepakatan itu juga mencakup seruan untuk melipatgandakan penggunaan energi terbarukan dan menggandakan efisiensi energi. Pada awal perundingan, konferensi tersebut mengadopsi dana khusus untuk negara-negara miskin yang terkena dampak perubahan iklim dan negara-negara tersebut memberikan dana sebesar hampir AS $800 juta. Kesepakatan tersebut menyatakan bahwa transisi akan dilakukan sedemikian rupa sehingga dunia mencapai nol emisi gas rumah kaca pada tahun 2050 dan polusi karbon mencapai puncaknya pada tahun 2025, namun memberikan ruang gerak bagi negara-negara seperti China untuk mencapai puncaknya belakangan. [ns/jm]
Negara-negara Sepakati Transisi Dari Bahan Bakar Fosil dalam KTT Iklim PBB
Para delegasi dari hampir 200 negara hari Rabu sepakat pada KTT iklim PBB di Dubai untuk beralih dari penggunaan bahan bakar fosil. Kesepakatan itu dicapai setelah perundingan dua pekan dan ditujukan pada…
Di COP28, Ukraina dan Palestina Sampaikan Argumen Masing-masing
Dubai, UEA — Tidak terpengaruh oleh perang di dalam negeri, delegasi dari Ukraina dan wilayah Palestina berpartisipasi secara aktif di KTT Iklim atau COP28. Mereka bertekad untuk menarik perhatian tidak hanya pada ancaman lingkungan yang dihadapi tanah air mereka, tetapi juga untuk menekankan posisi mereka dalam komunitas global. Ukraina, yang menghadiri konferensi internasional COP yang kedua, menggunakan paviliunnya di Dubai untuk menyoroti kerusakan lingkungan yang parah akibat invasi Rusia dan mengusulkan langkah-langkah pencegahan terhadap ekosida dalam skala global. Ruslan Strilets, Menteri Perlindungan Lingkungan dan Sumber Daya Alam Ukraina, mengatakan kepada VOA bahwa tujuan delegasi tersebut tidak hanya menunjukkan dampak perang terhadap lingkungan dan iklim, namun juga untuk menyatukan dan melibatkan komunitas internasional dalam mencapai keadilan dan perdamaian. Ukraina berkomitmen untuk memerangi perubahan iklim, tambah Strilets. “Meskipun terjadi perang, Ukraina sedang menyelesaikan pengembangan arsitektur iklimnya dan secara konsisten memenuhi komitmen iklimnya. Pada COP28, kami ingin mengumpulkan lebih banyak mitra di seluruh negara kami demi masa depan yang lebih hijau bagi Ukraina dan seluruh dunia,” katanya. Eksposisi paviliun Ukraina disusun menjadi tiga blok utama. Satu blok menceritakan ledakan dahsyat di bendungan Pembangkit Listrik Tenaga Air Kakhovka pada bulan Juni, yang membanjiri puluhan kota dan desa serta merenggut lebih dari 50 nyawa. Blok kedua menggambarkan upaya Ukraina untuk segera membangun kembali apa yang telah dihancurkan oleh perang, dan blok ketiga merinci dampak buruk perang terhadap lingkungan. Di paviliun Palestina, Ahmed Abuthaher, Direktur Jenderal Otoritas Kualitas Lingkungan yang berbasis di Tepi Barat mengatakan kepada VOA bahwa delegasinya berada di Dubai “untuk memberitahu masyarakat agar memandang kami sebagai aktivis kemanusiaan dan konferensi ini adalah untuk kemanusiaan.” “Untuk perubahan iklim, kami perlu memiliki akses yang mudah terhadap sumber daya keuangan. Kami mengalami kekurangan air dan di beberapa daerah terjadi penggurunan,” katanya, seraya mengungkapkan harapan akan bantuan dari Dana Kerugian dan Kerusakan yang diumumkan pada hari pertama konferensi. Laporan pada bulan Juni 2022 yang disiapkan oleh Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB menyatakan bahwa 78% air pipa di Gaza tidak layak untuk dikonsumsi manusia. Menurut halaman pavilion Palestina di web resmi COP28, para pemimpin Palestina menyadari bahwa upaya kolektif lintas sektor sangat penting untuk memenuhi komitmen iklim konferensi tersebut dan memastikan masa depan yang berkelanjutan dan berketahanan. [lt/em]