Melintasi medan sulit dengan motor terbang seperti dalam fiksi ilmiah “Star Wars” atau menghindari macet dengan taksi terbang sudah bisa dirasakan sebagian konsumen lewat Detroit Auto Show yang baru berakhir. Dalam waktu dekat, banyak kendaraan ini diharap bisa menjadi kendaraan sehari-hari.
Category: Teknologi
Musk Berikan Testimoni di Hadapan Pengacara Twitter Jelang Sidang Oktober
CEO Tesla Elon Musk selama beberapa hari ke depan dijadwalkan untuk bertemu dengan para pengacara Twitter, untuk menjawab berbagai pertanyaan menjelang sidang pada bulan Oktober mendatang. Sidang itu akan menentukan apakah ia harus melanjutkan perjanjian senilai $44 miliar untuk mengakuisisi media sosial itu, setelah berusaha mundur dari kesepakatan yang telah dibuat sebelumnya. Sesi yang akan diadakan pada Senin (26/9), Selasa (27/9) dan kemungkinan diperpanjang hingga Rabu (28/9) itu, tertutup untuk umum. Hingga Minggu (25/9) malam, belum jelas apakah Musk akan tampil secara tatap muka atau lewat video dalam sesi tersebut. Persidangan sengketa antara Musk dan pihak Twitter sendiri akan dimulai pada 17 Oktober di Pengadilan Chancery Delaware selama lima hari. Musk, yang merupakan pria terkaya di dunia, pada April sepakat untuk membeli Twitter dan menjadikan platfor media sosial tersebut sebagai perseroan terbatas, menawarkan harga $54.20 per saham dan berjanji akan melonggarkan pengawasan konten dan memberantas akun-akun palsu. Saham Twitter ditutup pada harga $41.58 pada Jumat (23/9). Musk pada Juli lalu mengindikasikan bahwa ia ingin mundur dari perjanjian itu. Hal tersebut mendorong Twitter untuk mengajukan gugatan hukum untuk memaksanya melanjutkan proses akuisisi. [vm/rs]
Arab Saudi Siap Kirim Astronaut Perempuan ke Luar Angkasa pada 2030
Arab Saudi, pada Kamis (22/9), mengatakan akan meluncurkam program pelatihan khusus dengan tujuan mengirim astronaut-astronautnya sendiri – termasuk astronaut perempuan – ke luar angkasa, pada tahun depan. Negara kerajaan itu secara aktif mempromosikan sains dan teknologi sebagai bagian dari rencana Visi 2030 yang luas untuk merombak perekonomian dan mengurangi ketergantungannya pada minyak. Visi 2030, yang diperjuangkan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, juga menyerukan integrasi lebih besar bagi perempuan ke dalam angkatan kerja di negara Muslim konservatif itu. Pada tahun 2018, Arab Saudi telah mencabut larangan mengemudi kendaraan bagi perempuan, yang sudah diberlakukan puluhan tahun. Komisi Luar Angkasa Arab Saudi dalam sebuah pernyataan mengatakan “Program Astronaut Arab Saudi, yang merupakan bagian integral dari Visi 2030 yang ambisius, akan mengirim astronaut Arab Saudi ke luar angkasa untuk membantu melayani umat manusia secara lebih baik.” “Salah seorang astronaut nantinya adalah perempuan Arab Saudi, yang misinya ke luar angkasa akan mewakili sejarah pertama bagi kerajaan ini,” tambah pernyataan itu. Orang Arab atau Muslim pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa adalah Pangeran Sultan bin Salman dari Arab Saudi. Ia merupakan saudara tiri putra mahkota, seorang pilot Angkatan Udara, dan bagian dari tujuh anggota awak misi Discovery NASA pada tahun 1985. Ia menjabat sebagai kepala Komisi Luar Angkasa Arab Saudi dari tahun 2018-2021, dan kini ditunjuk menjadi penasehat Raja Salman. Negara-negara tetangga Arab Saudi, seperti Uni Emirat Arab (UEA), juga memiliki program luar angkasa terkemuka di dunia Arab setelah meluncur satelit ke orbit Mars pada Februari 2021. UEA juga berencana meluncurkan pesawat penjelajah bulan pertamanya pada November mendatang. Jika misi tersebut berhasil, UEA dan Jepang – yang akan menyediakan pendaratan – akan bergabung dengan Amerika Serikat, Rusia dan China sebagai negara-negara yang berhasil menempatkan pesawat ruang angkasa di permukaan bulan. [em/jm]
Pakar: AS Tertinggal dari China dalam Teknologi Penting
Dalam pertemuan pejabat-pejabat yang masih berkuasa maupun yang sudah lengser dan eksekutif sektor swasta, Jumat (16/9), di Washington, kekhawatiran mencuat bahwa Amerika tertinggal dari China dalam pengembangan beberapa teknologi penting, dan bahwa Amerika menghadapi masa depan yang tidak pasti di mana negara-negara lain bisa menantang dominasinya sejauh ini dalam pengembangan komunikasi dan teknologi komputasi yang mutakhir. Pertemuan itu diselenggarakan Proyek Studi Kompetitif Khusus (SCSP). Upaya yang dipelopori mantan CEO Google Eric Schmidt itu bertujuan “memastikan bahwa Amerika diposisikan dan diatur untuk memenangkan persaingan tekno-ekonomi antara sekarang dan 2030, masa penting untuk membentuk masa depan.” Sentimen yang muncul di kalangan peserta adalah kemampuan bangsa ini untuk bisa memenangkan kompetisi itu, terancam. Hanya beberapa hari sebelum KTT, SCSP merilis laporan yang memprediksi apa yang akan terjadi jika China unggul dalam teknologi global. Laporan itu membayangkan masa depan di mana China, bukan Amerika, meraup pendapatan triliunan dolar dari kemajuan teknologi baru. Negara itu menggunakan pengaruhnya untuk menyatakan bahwa otokrasi, bukan demokrasi, adalah bentuk pemerintahan yang unggul. Akhirnya, laporan itu memperingatkan, bahwa di bawah skenario seperti itu, teknologi militer Amerika akan kalah dari China dan pesaing lain, dan China mungkin dalam posisi untuk memutus pasokan “mikroelektronika dan input teknologi penting lainnya.” [ka/pp]
Biden Dorong Pemakaian Mobil Listrik di Detroit Auto Show
Presiden Joe Biden, pada Rabu (14/9), mengumumkan penggelontoran dana sebesar $900 juta untuk membangun stasiun pengisi daya listrik bagi kendaraan listrik (EV) di 35 negara bagian. Langkah tersebut merupakan bagian dari prakarsa ambisius pemerintahannya yang menargetkan jumlah mobil listrik yang terjual mencapai 50 persen dari total penjualan mobil di AS pada tahun 2030. “Perjalanan darat di jalan raya Amerika akan sepenuhnya memakai mobil bertenaga listrik,” kata Biden dalam acara pameran mobil North American International Auto Show di Detroit, Michigan. Pendanaan itu merupakan bagian dari $7,5 miliar yang dialokasikan oleh Undang-Undang Prasarana Bipartisan 2021 untuk membangun sebuah jaringan nasional yang terdiri dari setengah juta stasiun pengisi daya untuk mobil listrik. Undang-undang itu juga menyisihkan dana sebesar $7 miliar untuk memastikan rantai pasokan terhadap produk mineral yang penting untuk memproduksi baterai EV, dan $10 miliar untuk angkutan umum dan bus yang ramah lingkungan. Dalam hal kendaraan listrik, AS masih tertinggal dari China dan sejumlah negara Eropa, menurut laporan Global EV Outlook 2022 yang dirilis Badan Energi Internasional. Ketika jumlah penjualan kendaraan listrik di AS melonjak dua kali lipat mencapai 630.000 unit pada 2021, jumlah penjualan produk serupa di China jauh di atas angka tersebut yaitu mencapai 3,3 juta unit. Jumlah penjualan kendaraan listrik di China itu berkontribusi terhadap separuh total penjualan kendaraan listrik secara global. Pada tahun yang sama, jumlah penjualan kendaraan listrik di Eropa sendiri meningkat hingga 65 persen mencapai 2,3 juta unit. [ps/jm/rs]
AS Dakwa Tiga Peretas Iran dalam Kasus Peretasan ‘Gaya Ransomware’
Departemen Kehakiman Amerika Serikat mengajukan sebuah dakwaan kriminal pada Rabu (14/9), menuduh tiga warga negara Iran meretas jaringan internet dari ratusan korban di AS dan di seluruh dunia, dalam apa yang oleh para pejabat tersebut gambarkan sebagai kampanye dunia maya “gaya-ransomware”. Ransomware adalah perangkat lunak berbahaya (malware) yang bisa mencuri dan atau memblok akses ke data atau sistem komputer. Dalam serangan ransomware, pelaku mengenkripsi sejumlah file yang ada di dalam komputer korban dan lalu meminta pembayaran dalam mata uang kripto sebagai imbalan untuk mengembalikan kembali file tersebut. Meskipun dakwaan itu tidak menuduh peretas bertindak atas nama pemerintah Iran, sejumlah lembaga penegak hukum AS merilis peringatan bersama tentang “kegiatan siber berbahaya yang terus berlanjut” oleh pelaku yang berafiliasi dengan Korps Garda Revolusi Islam Iran. Sementara itu, Departemen Keuangan AS memasukkan alamat bitcoin yang terkait dengan dua terdakwa ke dalam daftar hitam. Laporan keamanan siber itu dikeluarkan bersama oleh lembaga penegak hukum AS, Australia, Inggris, dan Kanada. Dalam sebuah pernyataan video, Direktur FBI Christopher Wray mengatakan, laporan itu menggarisbawahi “ancaman lebih luas” yang ditimbulkan oleh pelaku kejahatan siber Iran. “Bagi para pelaku, mereka tidak mengenal yang namanya batasan. Sebagai contoh, mereka menjadikan rumah sakit khusus anak-anak di Boston sebagai target pada musim panas 2021,” ujar Wray. Tiga warga negara Iran itu, yang diidentifikasi bernama Mansour Ahmadi, Ahmad Khatibi Aghda dan Amir Hossein Nickaein Ravari, dituduh melakukan “peretasan dan pemerasan ala ransomware” antara Oktober 2020 hingga Agustus 2022, menurut dakwaan setebal 30 halaman yang diajukan pada Rabu. Ketiga orang tersebut kini masih buron dan diyakini berada di Iran, menurut pejabat penegak hukum AS. Departemen Luar Negeri AS menjanjikan hadiah sebesar $10 juta bagi pihak manapun yang mampu memberikan informasi soal ketiga terdakwa tersebut. [ps/jm/rs]
Pemerintah Klaim Sudah Identifikasi Peretas “Bjorka”
Menko Polhukam Mahfud MD hari Rabu (14/9) mengklaim bahwa pemerintah telah mengidentifikasi peretas data pemerintah bernama Bjorka.
Bicara di Kongres, Pelapor: Standar Keamanan Twitter Tertinggal 10 Tahun
Seorang mantan kepala keamanan Twitter mengatakan kepada anggota-anggota Kongres bahwa standar keamanan siber dan privasi perusahaan media sosial raksasa itu tertinggal sepuluh tahun.
‘Whistleblower’ Twitter Sampaikan Peringatan Keamanan di hadapan Kongres AS
Peiter “Mudge” Zatko, whistleblower atau pelapor tindak pidana di platform media sosial Twitter, akan membawa kasusnya ke hadapan Kongres Amerika Serikat pada Selasa (13/9). Zatko sebelumnya telah memperingatkan tentang adanya kekurangan dalam sistem keamanan, ancaman privasi dan pengawasan yang lemah di perusahaan media sosial itu. Senator yang akan mendengar kesaksian Zatko khawatir dengan sejumlah tuduhan yang diutarakan olehnya di saat kekhawatiran soal isu keamanan pada perusahaan teknologi raksasa kini tengah meningkat. Zatko, pakar keamanan siber yang disegani, adalah kepala sistem keamanan Twitter sampai ia dipecat pada Januari lalu. Ia menyampaikan sejumlah tuduhan tersebut kepada Kongres dan regulator federal, dan menyatakan bahwa platform media sosial yang berpengaruh itu telah menyesatkan regulator tentang sistem keamanan siber yang mereka miliki dan upayanya dalam mengendalikan jutaan akun palsu. Kesaksiannya pada Selasa merupakan penampilan kedua Zatko di Capitol Hill. Pada tahun 1998, ia bersaksi di depan panel Senat bersama dengan sesama anggota kolektif peretas yang memperingatkan tentang bahaya keamanan internet yang muncul pada masa itu. Senator Dick Durbin dari Partai Demokrat, yang memimpin panel itu, mengatakan jika klaim Zatko akurat, “hal tersebut kemungkinan berarti privasi data dan risiko keamanan dari pengguna Twitter di seluruh dunia berada dalam bahaya.” Tuduhan yang dikemukakan Zatko juga memiliki andil dalam sengketa antara miliarder Elon Musk dan Twitter. CEO Tesla itu sedang berupaya membatalkan kesepakatan bernilai $44 miliar untuk membeli Twitter. Twitter menggugat untuk memaksa Musk menepati kesepakatan tersebut. Hakim Delaware yang mengawasi kasus itu memutuskan pekan lalu bahwa Musk dapat memasukkan bukti baru terkait tuduhan Zatko dalam persidangan berisiko tinggi yang akan dimulai pada 17 Oktober mendatang. [ps/rs]
Isu Keamanan Siber Kembali Mengemuka dengan Peretasan Bjorka
Peretasan oleh Bjorka menjadi perhatian banyak pihak, termasuk ancaman pembukaan berbagai informasi penting, hingga dokumen rahasia Istana. Meski pemerintah membantah informasi yang diungkap adalah rahasia atau penting, banyak pihak berharap pembobolan data itu menjadi pelajaran bagi pemerintah RI.