Petugas pemadam kebakaran yang memerangi kebakaran hutan terbesar di California tahun ini bersiap menghadapi badai petir dan kondisi yang panas dan berangin, yang berpotensi menyebabkan api meluas pada Minggu (31/7), di saat mereka berusaha melindungi masyarakat di tempat terpencil. Kebakaran McKinney membara tak terkendali di Hutan Nasional Klamath, California Utara. Juru bicara Dinas Kehutanan Amerika Serikat, Adrienne Freeman, mengatakan badai di sebelah selatan negara bagian Oregon akan menimbulkan kekhawatiran besar pada Minggu (31/7). “Lahan sangat kering dan bisa terbakar dari petir,” kata Freeman. “Sel-sel petir itu datang dengan angin kencang yang bisa menghembuskan api ke segala arah.” Kebakaran itu meluas hingga lebih dari 207 kilometer persegi, hanya dua hari setelah merebak di wilayah tak berpenduduk di Siskiyou County, menurut laporan mengenai insiden itu pada Minggu (31/7). Penyebabnya masih dalam penyelidikan. Di Montana barat laut, kebakaran yang merebak di padang rumput dekat kota Elmo, telah meluas hingga 44 kilometer per jam, setelah memasuki hutan. Petugas damkar bekerja di sepanjang tepi kobaran api pada Minggu (31/7). Dan pesawat diperkirakan akan terus dikerahkan untuk mengguyur air guna memperlamban penyebaran api, kata Sara Rouse, juru bicara tim antar instansi yang bertugas menangani kebakaran. Suhu tinggi dan angin kencang diramalkan akan terjadi, tambahnya. Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim telah membuat AS bagian barat lebih hangat dan lebih kering dalam 30 tahun belakangan. Perubahan iklim juga akan terus menyebabkan cuaca lebih ekstrem dan kebakaran hutan yang lebih sering dan menghancurkan. [vm/ft]
Category: Lingkungan Hidup
PBB Akui Hak Atas Lingkungan yang Bersih dan Sehat
Majelis Umum PBB, Kamis (28/7), menyetujui resolusi yang mengakui hak atas lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut resolusi itu sebagai keputusan bersejarah. Hasil pemungutan suara di badan dunia beranggotakan 193 negara adalah 161 mendukung dan tidak ada yang menolak, dengan delapan negara menyatakan abstain. Mereka yang abstain adalah China, Rusia, Belarus, Kamboja, Iran, Suriah, Kirgistan, dan Ethiopia. “Perkembangan penting ini menunjukkan bahwa negara-negara anggota dapat bersatu dalam perjuangan kolektif melawan tiga krisis di planet ini, yakni perubahan iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi,” kata wakil juru bicara Guterres, Farhan Haq. Resolusi tersebut, yang didasarkan pada teks serupa yang diadopsi tahun lalu oleh Dewan HAM yang berbasis di Jenewa, menyerukan kepada semua negara, organisasi internasional, dan bisnis untuk meningkatkan upaya untuk memastikan lingkungan yang sehat bagi semua orang. Guterres memperingatkan bahwa adopsi resolusi itu hanyalah permulaan. Ia mendesak semua negara untuk membuat hak atas lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan “menjadi kenyataan bagi semua orang, di mana saja,” kata Haq. Tidak seperti resolusi Dewan Keamanan, resolusi Majelis Umum tidak mengikat secara hukum. Rusia dan negara-negara lain yang abstain mengatakan hak atas lingkungan yang bersih, sehat dan berkelanjutan hanya bisa menjadi hak yang diakui secara hukum jika dimasukkan dalam perjanjian internasional. Meskipun demikian, resolusi Majelis Umum itu dipuji banyak pihak sebagai tonggak sejarah, termasuk oleh Inger Andersen, direktur eksekutif Program Lingkungan PBB yang berbasis di Nairobi. Andersen mengatakan, setelah 50 tahun berjuang, harapan itu akhirnya terwujud. “Sejak Deklarasi Stockholm 1972, hak itu telah diintegrasikan ke dalam konstitusi, hukum nasional dan perjanjian regional,” kata Andersen. “Pada Oktober 2021, hak itu diakui oleh Dewan HAM PBB. Keputusan hari ini membuat hak itu mendapat pengakuan universal.” [ab/ka]
Gempa Kuat di Filipina Utara, 4 Tewas, 44 Terluka
Sedikitnya empat orang tewas, Rabu (27/7) setelah gempa kuat melanda Filipina utara. Survei Geologi Amerika mengatakan pusat gempa berkekuatan 7 itu berada di provinsi Abra di pulau Luzon, pada kedalaman 10 kilometer. Pihak berwenang Filipina mengatakan sedikitnya 44 orang terluka dalam bencana tersebut. Pihak berwenang mengatakan puluhan bangunan runtuh atau rusak parah di seluruh provinsi Abra. Foto-foto yang diunggah Wakil Gubernur Abra Joy Bernos di akun Facebook-nya menunjukkan penduduk dan staf berdiri di luar rumah sakit. Lubang tampak menganga di depan Gedung itu. Getaran gempa terasa hingga ibu kota, Manila, sekitar 300 kilometer selatan pusat gempa. Kepada wartawan pada konferensi pers, Presiden Ferdinand Marcos, Jr. mengatakan bahwa gempa itu “sangat kuat” dan menyebabkan lampu gantung di kantornya bergoyang. Presiden Marcos mengatakan dia akan terbang ke provinsi Abras Kamis untuk memeriksa kerusakan. Filipina terletak dalam wilayah “Cincin Api” Pasifik yang aktif secara seismik, sekelompok gunung berapi dan garis patahan seismik yang mengelilingi bagian besar wilayah Samudra Pasifik. Negara itu juga dihantam setiap tahun oleh sekitar 20 badai dan topan, menjadikannya salah satu negara paling rawan bencana di dunia.[ka/ab]
Kebakaran Lahan di California Menyebar ke Yosemite, Ribuan Penduduk Dievakuasi
Pihak pemadam kebakaran mengerahkan pesawat udara tanker, buldoser, dan sejumlah petugas untuk melawan kobaran api yang membesar secara cepat di sebelah barat Taman Nasional Yosemite pada Minggu (7/24). Api secara tiba-tiba membesar dan menyebabkan kebakaran dan menjadikannya salah satu yang terbesar pada tahun ini dan memaksa ribuan orang untuk dievakuasi. Dipicu oleh panas yang ekstrem dan tanaman kering, kebakaran yang dijuluki Oak Fire ini mulai terjadi sejak Jumat (22/7) dan mendekat sampai sekitar 0,8 kilometer dari Mariposa Pines, kota berpenduduk 1.400 jiwa. Kebakaran tersebut kini hanya berjarak 16 kilometer dari Yosemite, yang terkenal dengan pohon sequioa raksasa dan tua di dalamnya. Pada Minggu pagi, api sudah melalap sekitar 5.789 hektar lahan, lebih dari setengah luas kota Paris, dan sama sekali belum dapat dipadamkan, demikian keterangan yang disampaikan Departemen Kehutanan dan Perlindungan Kebakaran Hutan California. Lebih dari 3.000 orang telah diperintahkan untuk mengungsi, dan 2.000 orang lainnya kini tinggal di wilayah yang rawan dari kebakaran tersebut dan sewaktu-waktu mereka dapat diperintahkan untuk mengungsi, ujar juru bicara departemen tersebut. [jm/ps]
Karena Dukungan Tak Memadai, Bank-bank Sampah Kesulitan Bertahan
Meski dianggap memiliki nilai ekonomi dan menjadi solusi permasalahan sampah, banyak bank sampah kesulitan beroperasi maksimal karena tidak mendapat dukungan memadai dari masyarakat dan pemerintah. Sejumlah bank sampah terpaksa mengubah strategi atau menggelar berbagai cara untuk bisa bertahan.
Biden Umumkan Sejumlah Langkah Sederhana untuk Perangi Perubahan Iklim
Presiden Amerika Serikat Joe Biden, pada Rabu (20/7), mengumumkan sejumlah langkah baru yang sederhana untuk memerangi perubahan iklim dan menjanjikan langkah-langkah lain yang lebih kuat. Ia mengatakan, “ini adalah keadaan darurat dan saya akan memandangnya demikian.” Meski demikian, Biden tidak mengumumkan status darurat iklim resmi, seperti yang diharapkan Partai Demokrat dan kelompok-kelompok peduli lingkungan, setelah seorang senator Demokrat dengan suara yang menentukan justru menggugurkan harapan untuk menggolkan sebuah rancangan undang-undang guna menanggulangi perubahan iklim secara menyeluruh. Biden sendiri mengisyaratkan bahwa pengumuman itu bisa terjadi. “Jelasnya,” kata Biden, “perubahan iklim adalah keadaan darurat, dan dalam beberapa minggu ke depan saya akan menggunakan kekuasaan saya sebagai presiden untuk mengubah kata-kata ini menjadi langkah resmi pemerintah, melalui pernyataan, perintah eksekutif dan kekuasaan pengaturan yang sesuai, yang dimiliki seorang presiden.” Biden menyampaikan janjinya di lokasi bekas pembangkit listrik tenaga batu bara di negara bagian Massachusetts. Bekas pembangkit listrik Brayton Point di kota Somerset itu beralih menjadi pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai, di mana Biden memilihnya sebagai perwujudan simbolik transisi ke energi bersih yang ia upayakan namun sulit diwujudkan dalam 18 bulan pertama masa pemerintahannya. Langkah eksekutif yang diumumkan itu akan meningkatkan industri pembangkit listrik tenaga angin lepas pantai di Teluk Meksiko dan sisi tenggara Amerika Serikat. Langkah itu juga akan memperluas upaya untuk membantu masyarakat menghadapi kenaikan suhu melalui berbagai program yang dikelola Badan Manajemen Kedaruratan Federal, Departemen Kesehatan dan Layanan Masyarakat AS, serta lembaga lainnya. Kunjungan Biden ke lokasi itu dilakukan ketika suhu sangat panas yang bersejarah ‘memanggang’ Eropa dan AS. Suhu udara mencapai 46 derajat Celcius di Portugal selagi kebakaran hutan melanda Spanyol dan Prancis. Sementara Inggris, pada Selasa (29/7), mencatatkan rekor suhu tertinggi yang pernah terekam. Setidaknya 60 juta warga Amerika dapat menjalani hari dengan temperatur tinggi selama beberapa hari ke depan ketika kota-kota di seluruh Amerika menghadapi gelombang panas yang lebih parah dan lama, yang disebut para ilmuwan disebabkan oleh pemanasan global. [rd/em]
Industrialisasi Picu Kenaikan Permukaan Laut Tercepat dalam 4.000 Tahun
Perubahan iklim menyebabkan permukaan laut naik lebih cepat dari sebelumnya dalam 4.000 tahun terakhir, demikian menurut penelitian baru yang dilakukan di gua-gua laut di Mallorca, Spanyol. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Science Advances itu menemukan bahwa tinggi permukaan laut sebelum era industrialisasi mungkin tetap stabil sejak 2.840 tahun sebelumnya. Sebelum itu, terdapat periode selama 420 tahun di mana permukaan air laut naik 0,54 milimeter per tahun. Patut dicatat, tingkat kenaikan permukaan laut di era modern jauh lebih cepat. Sepanjang tahun 1993 sampai 2018, permukaan laut naik 3,5 milimeter per tahun. “Temuan ini benar-benar hanya mengonfirmasi betapa luar biasa perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia saat ini dan betapa cepatnya kenaikan permukaan laut,” kata ahli kelautan Rutgers University, Jennifer Walker, yang tidak terlibat dalam penelitian itu. Mengetahui betapa bervariasinya tinggi permukaan laut, sebelum terjadinya perubahan iklim, penting untuk dapat memahami bagaimana kenaikan permukaan laut saat ini berlawanan dengan pasang surut alami. Industrialisasi dan emisi gas rumah kaca yang menyertainya dimulai bersamaan ketika orang-orang mulai mencatat tinggi permukaan laut, yaitu sekitar 100-150 tahun lalu. Tapi beberapa tempat tertentu menyimpan ‘catatan’ alami permukaan laut yang dapat menjangkau ribuan tahun lalu. “Selama beberapa puluh tahun terakhir, khususnya, ada lebih banyak rekonstruksi perubahaan tinggi permukaan laut relatif [di masa lalu]. Dan itu semua sangat berguna untuk memahami jenis konteks latar belakang akan apa yang kita saksikan sekarang,” kata Walker. Dalam penelitian terbaru, ahli geologi Bogdan Onac dari University of South Florida dan rekan-rekannya menggunakan rekam jejak alami permukaan laut yang terawetkan di dalam gua-gua laut di Mallorca, Spanyol. Gua-gua itu dipenuhi stalaktit – batuan lancip yang terbuat dari tumpukan mineral yang menggantung dari langit-langit gua – yang tercelup dalam air laut. Ketika menguap, air laut yang menempel pada stalaktit itu menyisakan kerak mineral tipis persis pada ketinggian permukaan laut. Karena pasang surut mengubah tinggi permukaan laut menjadi naik-turun, kerak mineral itupun lama-kelamaan menumpuk menjadi batuan mineral dalam bentuk bola football yang melingkupi stalaktit. Tumpukan kerak mineral yang paling tipis menandakan titik pasang dan surut air laut pada masanya, sementara kerak paling tebal menunjukkan tinggi permukaan laut rata-rata. Data menunjukkan, tinggi permukaan laut tampak stabil dengan margin delapan sentimeter di Mallorca selama 3.000 tahun sebelum dimulainya revolusi industri. Sebelum itu, permukaan laut sempat meningkat selama 400 tahun dalam kecepatan yang setidaknya enam kali lebih lambat dibanding saat ini. Temuan yang sama dengan menggunakan rekam jejak alami juga ditemukan dalam penelitian sebelumnya, meski catatan tinggi permukaan laut yang melampaui 2.500 tahun lalu tidak terlalu pasti. Onac berharap para pengambil kebijakan dapat memanfaatkan temuannya. [rd/em]
Beberapa Bagian Eropa Dilanda Gelombang Panas
Beberapa bagian Eropa, termasuk Inggris dan Prancis, mengalami gelombang panas yang suhunya memecahkan rekor. Gelombang panas di Inggris membawa suhu di atas 40 derajat Celsius. Di Paris, orang-orang antre di air mancur umum dan berusaha mendinginkan diri dengan cara apapun, dan berharap panas berlebihan akan berkurang pada hari-hari mendatang. Theresa Buchberger (37), turis dari Munich, Jerman, mengatakan “Saya senang kalau suhunya panas. Jadi bagi saya ini baik-baik saja. Tapi belakangan ini, ini terlalu panas. Jadi saya menantikan hujan. Atau setidaknya jadi lebih dingin, tetapi lebih baik hangat daripada dingin.” Karena suhu panas itu, kebakaran terjadi di kota-kota besar dan sekitarnya, termasuk di Athena, Yunani, di mana ratusan warga dievakuasi dari rumah mereka Selasa malam (19/7), sewaktu kebakaran hutan mengancam kawasan pinggiran kota di pegunungan di sebelah timur laut Athena. Para pejabat mengatakan para petugas memadamkan kebakaran yang dipicu oleh angin kencang itu dari udara dan darat. Di Spanyol, para petugas berjuang memadamkan kobaran api di Zamora, provinsi di barat laut, pada hari Selasa (19/7), sementara suhu sangat panas terus memicu kebakaran hutan yang ganas. Victor Fernandez, juru bicara pasukan pemadam kebakaran, mengatakan, “Kebakaran ini sangat luas. Angin membuat kobaran api berkembang ke arah yang berbeda-beda dan ada perimeter panjang yang harus diawasi. Ada empat titik, terutama di arah barat, yang sangat mengkhawatirkan. Sekarang ini waktu yang genting karena embusan angin yang akan datang – ini adalah momen yang sangat menegangkan.” Zamora mencatat dua orang tewas akibat kebakaran hutan dalam dua hari terakhir. Kedua korban berusia 69 tahun. Kantor berita Associated Press mengatakan lebih dari 750 kematian akibat suhu panas tercatat di Spanyol dan Portugal. Para pakar iklim percaya suhu tinggi merupakan peringatan bahwa perubahan iklim berlangsung lebih cepat, sesuatu yang mereka katakan akan mengancam nyawa warga Eropa selama 30 tahun mendatang. [uh/ab]
Gelombang Panas Berkepanjangan, Penggunaan Listrik di Texas Tembus Level Tertinggi dalam Sejarah
Penggunaan listrik di Texas dan di beberapa negara bagian lain di Amerika Serikat kemungkinan akan menembus rekor tertinggi sepanjang masa dalam beberapa hari mendatang saat rumah dan bisnis menghidupkan pendingin ruangan mereka akibat gelombang panas berkepanjangan yang melanda AS, demikian perkiraan operator jaringan listrik regional di negara bagian itu pada Selasa (19/7). Operator jaringan listrik itu sudah bersiap mengambil langkah awal untuk memastikan agar mereka memiliki sumber daya yang cukup untuk memenuhi lonjakan permintaan. The Electric Reliability Council of Texas (ERCOT), yang mengoperasikan jaringan untuk lebih dari 26 juta pelanggan yang mewakili sekitar 90 persen beban listrik di negara bagian itu, pada Senin (18/7), mendapat izin dari regulator lingkungan negara bagian untuk memungkinkan pembangkit-pembangkit listriknya melebihi batas polusi udara yang diizinkan. ERCOT minggu lalu memenuhi sebagian permintaan itu dengan menyerukan para pelanggan untuk menghemat energi dengan mengurangi pengguaan listrik. Southwest Power Pool (SPP), yang mengoperasikan jaringan listrik bagi hampir 18 juta orang di 17 negara bagian – dari North Dakota hingga Texas – belum mengambil langkah sebesar ERCOT untuk mengontrol penggunaan. Sebagaimana ERCOT, SPP telah meminta para pelanggannya untuk menangguhkan perawatan pada sebagian peralatan penting, seperti listrik dan pembangkit listrik, langkah yang biasanya dilakukan operator jaringan untuk memastikan ketersediaan sumber daya saat lonjakan permintaan. Cuaca ekstrem mengingatkan kondisi sangat dingin pada Februari 2021 yang membuat jutaan warga Texas hidup tanpa listrik, air dan penghangat ruangan selama berhari-hari – di tengah badai – sementara ERCOT berjuang mencegah ambruknya jaringan mereka setelah sejumlah besar pembangkit listrik berhenti beroperasi. AccuWeather memperkirakan suhu di Houston, kota terbesar di Texas, akan naik dari 37,2 derajat Celsius pada Selasa (19/7) menjadi 37,7 derajat Celsius pada Rabu (20/7) dan Kamis (21/7). Keniakan tersebut jauh lebih tinggi dibanding suhu rata-rata 34 derajat Celsius yang tercatat pada sepanjang tahun ini. ERCOT mengatakan penggunaan daya hingga 79.039 megawatt (MW) pada Senin telah melampaui penggunaan tertinggi sepanjang masa sebelumnya, yaitu 78.419 MW pada 12 Juli lalu. Penggunaan daya diperkirakan akan mencapai 80.318 MW pada Selasa dan 81.480 MW pada Rabu. [em/jm]
Senator AS dari Partai Demokrat Desak Biden untuk Umumkan Status Darurat Iklim
Dua senator Amerika Serikat dari Partai Demokrat mendesak Presiden AS Joe Biden pada Senin (18/7) untuk mengumumkan status darurat iklim dan menggunakan Undang-Undang Produksi Pertahanan untuk meningkatkan produksi berbagai produk dan sistem energi terbarukan, termasuk panel surya. Senator Sheldon Whitehouse dan Jeff Merkley, yang berbicara beberapa hari setelah gagal mengesahkan undang-undang perubahan iklim di lantai Senat, juga meminta Biden untuk menggunakan mimbar Gedung Putih untuk menarik perhatian semua pihak terhadap krisis terkait iklim di AS. “Ini saatnya bagi pemerintahan Biden untuk beralih ke strategi iklim yang sangat agresif,” kata Merkley. Pekan lalu Biden mengatakan dirinya akan mengambil langkah-langkah yang tidak ia rinci untuk mengurangi emisi iklim, setelah Senator Demokrat Joe Manchin menarik dukungannya untuk undang-undang perubahan iklim, yang sempat diharapkan Demokrat bisa digolkan sebelum anggota Kongres meninggalkan Washington untuk reses selama Agustus. Di lantai Senat dengan suara yang terbagi rata, dukungan Manchin menjadi sangat penting untuk meloloskan legislasi yang tidak didukung senator dari Partai Republik. Manchin dan Pemimpin Senat Demokrat Chuck Schumer telah mendiskusikan kredit pajak senilai $300 miliar bagi berbagai industri, termasuk tenaga surya dan angin, penangkapan karbon dari pembangkit listrik, serta tenaga nuklir, yang menghasilkan listrik hampir bebas emisi. Whitehouse mengatakan, dirinya sudah berbicara kepada Gedung Putih tentang perlunya mengambil tindakan eksekutif yang agresif, namun tidak memberi rincian apapun. “Saya sudah berbicara kepada Gedung Putih tentang mengambil langkah awal dan bersikap agresif serta melakukan semua yang ada dalam kekuasaan eksekutif yang belum dilakukan sejauh ini,” ungkapnya. Whitehouse mengatakan, perbincangan itu mengangkat kembali seruan publiknya untuk sejumlah inisiatif, dari peraturan karbon yang lebih ketat bagi kendaraan dan pembangkit listrik, hingga tarif perbatasan karbon dan potensi litigasi federal terhadap industri bahan bakar fosil. Namun demikian, belum jelas sejauh mana Gedung Putih bisa mengambil tindakan setelah Mahkamah Agung AS bulan lalu secara efektif membatasi wewenang Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) untuk mengeluarkan peraturan mengenai emisi yang melibatkan masalah-masalah “ekonomi dan politik” yang penting. [rd/rs]