Departemen yang mengurusi pelestarian satwa liar di negara bagian New Mexico merelokasi ikan spesies asli yang terancam tanah longsor. Kebakaran hutan telah menutupi tanah dengan abu yang dapat hanyut ke sungai-sungai selama musim hujan dan membunuh berbagai spesies berharga. Kegiatan ini dianggap penting karena perubahan iklim menyebabkan kebakaran hutan yang lebih sering dan lebih panas. Pakar biologi dari New Mexico (Department) Game & Fish musim panas lalu menjalankan misi untuk melepaskan lebih dari seratus ikan trout cutthroat Rio Grande ke tepian Middle Ponil Creek. Sungai kecil ini adalah penghentian terakhir dari perjalanan tiga bulan sejauh 1.207 kilometer bagi ikan-ikan kecil yang diambil pertengahan Juni lalu dari sungai kecil lainnya di pegunungan utara New Mexico. Kebakaran hutan terbesar di negara bagian itu telah menjalar sangat dekat dengan habitat mereka sebelumnya, membakar pohon dan semak belukar di lereng-lereng sekitarnya. Hujan lebat dapat menghanyutkan abu kotor ke sungai, menyumbat insang ikan dan menutupi kerikil di dasar sungai tempat ikan mencari makan dan bertelur. Para petugas negara bagian dan federal bergegas menyelamatkan mereka. Mereka menjaring sebanyak mungkin ikan dengan peralatan bermuatan listrik. Ikan-ikan itu kemudian diangkut truk ke selatan ke Las Cruces dan dipelihara di tangki-tangki di New Mexico State University sampai Middle Ponil Creek siap menampung mereka. Bryan Ferguson, salah seorang pakar biologi itu, menjelaskan,”Kebakaran tidak selalu buruk untuk ikan. Biasanya, ikan spesies asli akan bertahan sedikit lebih baik daripada ikan pendatang. Jadi dalam beberapa kasus, ikan pendatang mati semua dan ikan asli akan bertahan. Tetapi dalam kasus lainnya, semua ikan akan mati. Inilah yang kami khawatirkan.” Ikan yang paling rentan adalah trout cutthroat Rio Grande dan trout gila, spesies langka yang kebanyakan ditemukan di sungai-sungai kecil di dataran tinggi. Bahaya meningkat di berbagai tempat. Puluhan ribu salmon, trout dan ikan lainnya mati Agustus lalu sewaktu banjir bandang melanda kawasan yang terbakar di California Utara, menyebabkan endapan lumpur masuk ke Sungai Klamath. Cutthroat Rio Grande, ikan asli New Mexico, telah berkurang jumlahnya sewaktu kekeringan dan pembangunan bendungan merusak habitatnya. Spesies asing, yang ditebar untuk olahraga memancing, berebut makanan atau kawin silang dengan cutthroat sehingga memudarkan gen-gennya. Dinas Perikanan dan Margasatwa AS pada tahun 2014 menolak petisi untuk menempatkan cutthroat di dalam daftar satwa langka federal. Namun, putusan itu ditolak oleh hakim federal dan kini dipertimbangkan kembali. Organisasi nirlaba Center for Biological Diversity telah meminta penetapan itu, dengan alasan jumlah trout yang amat mengkhawatirkan. Berbagai tim telah menyelamatkan trout cutthroat dan gila dari sungai-sungai New Mexico lebih dari dua puluh kali sejak akhir 1980-an. Pakar biologi dari Dinas Kehutanan AS Alyssa Radcliff mengatakan, “Tidak apa-apa mengecek ikan sewaktu ada kebakaran intensitas tinggi. Mereka akan bertahan hidup. Setelah kebakaran intensitas tinggi, ketika tidak ada lagi vegetasi tepat sebelum musim hujan, barulah kita perlu memeriksa dan memindahkan ikan-ikan itu agar lumpur tidak membunuh mereka.” [uh/ab]
Category: Lingkungan Hidup
Angin Kencang, Hujan Lebat Hantam Bermuda Saat Badai Fiona Berlalu
Embusan angin berkecepatan 160 kilometer per jam dan hujan lebat menerjang Bermuda Jumat pagi, menyebabkan ribuan rumah tanpa listrik dan menimbulkan kekhawatiran akan kerusakan di pesisir sewaktu Fiona – badai kuat kategori 3 – melewati pulau di kawasan Atlantik itu. Pada pukul 6 pagi, pusat badai berada sekitar 250 kilometer sebelah barat laut teritori Inggris itu, menurut Pusat Badai Nasional AS (NHC). NHC menurunkan Fiona ke kategori 3 pada skala Saffir-Simpson dalam pernyataan terbarunya. Semalam, beberapa daerah dilaporkan mengalami listrik padam yang berdampak pada lebih dari 7.000 warga, kata perusahaan listrik utama Bermuda. Pada hari Kamis, dengan peringatan badai diberlakukan dan NHC memperkirakan angin di pusat badai berkecepatan lebih dari 200 kilometer per jam – bahkan dengan embusan berkecepatan lebih tinggi – warga Bermuda mengatakan mereka tidak mau mengambil risiko. “Badai ini akan lebih buruk daripada yang sebelumnya,” kata Richard Hartley, pemilik toko di ibu kota, Hamilton, kepada kantor berita AFP. Sapuan angin karena badai ini meluas lebih dari 112 kilometer dari mata badai, sedangkan angin yang disebabkan badai tropis hingga 321 kilometer, kata NHC. Pusat badai ini juga memprediksi hujan dengan curah hingga 10 sentimeter serta ombak “besar dan destruktif” dan gelombang badai. Pulau berpenduduk sekitar 64 ribu ini sudah biasa mengalami badai. Pulau ini luasnya hanya 54 kilometer persegi, dan merupakan salah satu pulau paling terpencil di dunia, berjarak 1.030 kilometer dari tetangga terdekatnya, AS. Ini berarti tak ada tempat mengungsi pada waktu badai kuat menerjang. [uh/ka]
Pendiri Patagonia Serahkan Perusahaan untuk Selamatkan Bumi
Pendiri Patagonia, yang dikenal sangat peduli pada lingkungan, Rabu (14/9) mengumumkan bahwa dia telah menyerahkan perusahaannya dalam upaya berbuat lebih banyak untuk Bumi. Nilai Patagonia, menurut surat kabar New York Times, $3 miliar. Yvon Chouinard, 83 tahun, pendiri produsen perlengkapan aktivitas di alam terbuka itu, bisa saja menjual Patagonia atau menjadikannya perusahaan publik. Namun, bersama istri dan dua anaknya, ia mengalihkan semua saham dan hak suara di Patagonia kepada organisasi nirlaba yang bertanggung jawab untuk memastikan nilai-nilai lingkungan yang dijunjung Patagonia, berlanjut. Patagonia kini dikelola organisasi yang memerangi perubahan iklim serta melindungi dan mengonservasi alam. Keuntungan perusahaan juga akan disumbangkan ke organisasi nirlaba itu. “Bumi kini adalah satu-satunya pemegang saham kami,” tulis Yvon Chouinard dalam surat terbuka yang diunggah ke situs web Patagonia. Ethereum Tuntaskan Perombakan untuk Pangkas Konsumsi Energi Sementara itu, tokoh terkemuka uang kripto Kamis (15/9) memuji tuntasnya perombakan blockchain Ethereum, untuk mengurangi konsumsi energinya. Pengembang selama bertahun-tahun telah mengupayakan versi Ethereum yang hemat energi. Ethereum adalah blockchain terpenting kedua setelah bitcoin. Perusahaan itu dikritik karena menggunakan lebih banyak energi dibandingkan yang digunakan Selandia Baru setiap tahun. Pendiri kedua Ethereum, Vitalik Buterin, menyebut selesainya peningkatan perangkat lunak yang disebut pengembang sebagai “penggabungan”, adalah “momen besar bagi ekosistem Ethereum”. Ia mengutip penelitian yang mengklaim ke depannya Ethereum akan mengurangi konsumsi listrik global sampai 0,2 persen. Namun, kritikus tetap skeptis atas klaim itu karena tidak jelas berapa banyak energi yang dibutuhkan sistem baru. [ka/jm]
Biden Dorong Pemakaian Mobil Listrik di Detroit Auto Show
Presiden Joe Biden, pada Rabu (14/9), mengumumkan penggelontoran dana sebesar $900 juta untuk membangun stasiun pengisi daya listrik bagi kendaraan listrik (EV) di 35 negara bagian. Langkah tersebut merupakan bagian dari prakarsa ambisius pemerintahannya yang menargetkan jumlah mobil listrik yang terjual mencapai 50 persen dari total penjualan mobil di AS pada tahun 2030. “Perjalanan darat di jalan raya Amerika akan sepenuhnya memakai mobil bertenaga listrik,” kata Biden dalam acara pameran mobil North American International Auto Show di Detroit, Michigan. Pendanaan itu merupakan bagian dari $7,5 miliar yang dialokasikan oleh Undang-Undang Prasarana Bipartisan 2021 untuk membangun sebuah jaringan nasional yang terdiri dari setengah juta stasiun pengisi daya untuk mobil listrik. Undang-undang itu juga menyisihkan dana sebesar $7 miliar untuk memastikan rantai pasokan terhadap produk mineral yang penting untuk memproduksi baterai EV, dan $10 miliar untuk angkutan umum dan bus yang ramah lingkungan. Dalam hal kendaraan listrik, AS masih tertinggal dari China dan sejumlah negara Eropa, menurut laporan Global EV Outlook 2022 yang dirilis Badan Energi Internasional. Ketika jumlah penjualan kendaraan listrik di AS melonjak dua kali lipat mencapai 630.000 unit pada 2021, jumlah penjualan produk serupa di China jauh di atas angka tersebut yaitu mencapai 3,3 juta unit. Jumlah penjualan kendaraan listrik di China itu berkontribusi terhadap separuh total penjualan kendaraan listrik secara global. Pada tahun yang sama, jumlah penjualan kendaraan listrik di Eropa sendiri meningkat hingga 65 persen mencapai 2,3 juta unit. [ps/jm/rs]
Tiga Tahun La Nina Bersambung, Banjir Mengepung Tanah Air di Tengah Kemarau
Dalam tiga tahun terakhir, La Nina tak pernah absen menyambangi wilayah Indonesia. Fenomena interaksi antara atmosfer dan suhu muka laut (SML) tersebut telah mengakibatkan kemarau basah dan banjir di sejumlah daerah di bulan-bulan yang seharusnya kering.
Sungai Colorado Mendekati Titik Krisis
Pada November 1922, tujuh pria kulit putih pemilik tanah menjadi perantara sebuah kesepakatan untuk menyediakan air dari Sungai Colorado. Sungai tersebut dikenal dengan jalurnya yang berliku ke arah Barat dan berakhir di Meksiko. Pembagian antara negara bagian lembah Sungai Colorado tidak pernah melibatkan penduduk asli ataupun warga lainnya. Sejak awal, perhitungan pihak mana yang harus mendapat berapa jumlah air dari sungai tersebut tidak begitu jelas sehingga mungkin pembagian air dari sungai itu tidak pernah seimbang. Dalam 20 tahun terakhir, situasi di wilayah sungai itu semakin tidak seimbang terutama akibat kekeringan yang mencengkeram bagian barat daya Amerika Serikat. Ketika permukaan air turun dan seruan untuk mengurangi penggunaan air semakin mengemuka, yang terjadi kini justru jumlah penduduk di sekitar wilayah sungai makin bertambah. Seratus tahun kemudian, masa depan Sungai Colorado kini tidak menentu. Sebanyak 40 juta orang bergantung pada sungai itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka seperti untuk air minum, mencuci pakaian atau menanam tanaman pangan di jutaan hektar lahan. Penggunaan air kini semakin bertambah setiap tahunnya, dan hal tersebut tidak sejalan dengan jumlah air yang mengalir melewati sungai Colorado. Kondisi tersebut diperburuk dengan semakin banyaknya penduduk yang pindah ke wilayah sekitar sungai. Wilayah yang dilewati oleh sungai Colorado seperti Arizona, Utah, dan Nevada kini berada di antara 10 negara bagian di AS dengan pertumbuhan penduduk tercepat, menurut data sensus Amerika. [ps/jm/rs]
RI-Norwegia Sepakati Perjanjian untuk Berikan Imbalan Upaya Perlindungan Hutan Hujan
Indonesia dan Norwegia menandatangani sebuah perjanjian pada hari Senin (12/9) untuk memberikan imbalan terhadap upaya pengurangan penggundulan hutan. Ini dilakukan berbulan-bulan setelah runtuhnya kesepakatan yang sama bernilai $1 miliar (sekitar Rp14,8 triliun), yang merupakan bagian dari inisiatif global yang didukung PBB dan dikritik karena tidak efektif. Melindungi pohon menjadi kunci untuk mencapai target memerangi perubahan iklim. Akan tetapi, para pemerhati lingkungan menyalahkan Indonesia, yang merupakan rumah bagi kawasan hutan hujan terbesar ketiga di dunia, karena dinilai menerapkan kebijakan ‘bebas’ melakukan deforestasi, dengan mengizinkan perusahaan membuka lahan untuk perkebunan. Indonesia telah membuat beberapa kemajuan dengan mengurangi tingkat penggundulan hutan primer selama lima tahun berturut-turut hingga 2021, menurut lembaga pemantau Global Forest Watch. Pada tahun 2020, Indonesia mengklaim tingkat deforestasi terendahnya dalam dua dekade. Kini, Norwegia akan memberikan imbalan kepada Indonesia dengan “kontribusi berbasis hasil” untuk mengurangi tingkat deforestasi dan emisi, kata Kementerian Iklim dan Lingkungan Norwegia dalam sebuah pernyataan. “Hari ini kami dengan bangga memulai kemitraan baru untuk mendukung hasil mengesankan dan rencana ambisius pemerintah Indonesia,” kata Menteri Iklim dan Lingkungan Norwegia Espen Barth Eide dalam pernyataan tersebut. Namun pegiat lingkungan mengatakan bahwa perjanjian itu tidak akan mengubah situasi di Indonesia, di mana sebagian besar hutan hujannya masih dihancurkan untuk membuka lahan bagi perkebunan kelapa sawit dan kayu, yang mengancam spesies yang terancam punah dan mendorong masyarakat adat keluar dari tanah mereka. “Kesepakatan itu tidak menyelesaikan masalah yang ada, termasuk pengakuan terhadap masyarakat adat,” kata juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik kepada AFP. “Inti perjanjian itu adalah ‘berhasil mengurangi deforestasi,’ bukan nol deforestasi. Artinya masih ada deforestasi di Indonesia ke depannya,” tambahnya. Kedua negara telah menandatangani sebuah perjanjian deforestasi penting pada tahun 2010, di mana Norwegia menawarkan Indonesia dana $1 miliar untuk memangkas emisinya. Namun Indonesia membatalkan perjanjian itu tahun lalu karena hanya sedikit dana dari yang dijanjikan yang pada akhirnya cair, sementara riset menunjukkan perjanjian itu hanya menciptakan sedikit penurunan dalam target pengurangan karbon Indonesia. Kritikus mekanisme REDD++ yang didukung PBB, payung perjanjian itu, mengatakan bahwa kesepakatan itu tidak efektif dan justru menginjak-injak hak-hak masyarakat adat. Diplomasi Bakau Berdasar perjanjian yang baru, Norwegia akan mengirimkan pembayaran awal $56 juta kepada Indonesia sebagai imbalan atas pengurangan tingkat deforestasi pada tahun 2016 hingga 2017, kata menteri lingkungan Norwegia. Negara itu kemudian akan mengirimkan pembayaran kepada Indonesia atas pengurangan deforestasi pada tahun-tahun berikutnya setelah dilakukan verifikasi, yang bisa bernilai ratusan juta dolar. Inisiatif Iklim dan Hutan Internasional Norwegia akan membayar cicilan itu secara langsung ke Dana Lingkungan Hidup Indonesia. Norwegia belum menentukan jumlah total yang telah dialokasikan untuk kemitraan tersebut. Indonesia memiliki tujuan ambisius untuk mencapai penyerapan karbon bersih pada sektor kehutanannya – yang berarti menyimpan lebih banyak karbon daripada melepaskannya ke atmosfer – pada tahun 2030. Akan tetapi, hutannya yang luas terus menyusut. Tutupan pohon Indonesia telah menurun 18 persen sejak tahun 2000, setara dengan 6,5 persen pada tingkat global, menurut Global Forest Watch. Sehari sebelum perjanjian itu ditandatangani dalam sebuah upacara di Jakarta, Eide dan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar menanam bakau di Kalimantan Timur, di dekat lokasi ibu kota baru Indonesia. Menurut laporan media setempat, Siti menyebut kedatangan dan partisipasi Eide sebagai simbol kerja sama antara Indonesia dan Norwegia dalam isu iklim dan lingkungan. Ibu Kota Nusantara dijadwalkan dibuka pada tahun 2024, seiring rencana pemerintah pindah dari Jakarta yang macet dan perlahan tenggelam. Para pegiat lingkungan memperingatkan kepindahan itu dapat mempercepat kehancuran hutan tropis yang menjadi rumah bagi bekantan dan orangutan. [rd/ka]
PBB Desak Uni Eropa Hindari Bahan Bakar Fosil untuk Atasi Krisis Energi
PBB mendesak negara-negara Uni Eropa, Senin (12/9) untuk terus memerangi perubahan iklim dan tidak menggunakan lebih banyak bahan bakar fosil sebagai tanggapan mereka terhadap melonjaknya harga energi dan kekhawatiran akan kekurangan energi pada musim dingin. Rusia telah mengurangi pasokan gas ke Eropa sejak invasinya ke Ukraina, sehingga membuat harga bahan bakar melonjak. “Tidak ada ruang untuk mundur dalam menghadapi krisis iklim yang sedang berlangsung,” kata wakil kepala urusan HAM PBB Nada Al Nashif kepada Dewan HAM PBB. Ia merujuk pada banjir dahsyat yang memengaruhi lebih dari 33 juta orang di Pakistan sebagai contoh dari apa yang terjadi ketika dunia gagal bertindak atas perubahan iklim. Ia bertanya, “Berapa banyak lagi tragedi semacam ini harus terjadi sebelum menyentak kita untuk bertindak?.” Berbicara pada pembukaan sesi ke-51 Dewan di Jenewa, Al Nashif mengakui bahwa harga energi yang melonjak di Eropa “mengancam akan berdampak pada kelompok-kelompok yang paling rentan saat musim dingin mendekat”. Invasi Moskow ke Ukraina telah membuat harga gas alam mencapai rekor tertinggi, dan menjerumuskan ekonomi Uni Eropa ke ketidakpastian yang mendalam. Semua mata sekarang tertuju pada apakah Presiden Rusia Vladimir Putin akan memutuskan aliran energi sepenuhnya. Pekan lalu Rusia menyebar ketakutan ketika menghentikan pengiriman gas ke Jerman melalui pipa utama Nord Stream untuk jangka waktu yang tidak ditentukan, sebuah langkah yang menurut Kremlin diambil untuk menanggapi sanksi-sanksi Barat. Sebelum perang, 40 persen impor gas Uni Eropa berasal dari Rusia. Sekarang Jerman dan negara-negara lainnya berjuang untuk menemukan cara baru untuk menghangatkan rumah dan mengoperasikan pabrik-pabrik. Al Nashif, yang saat ini menjadi penjabat Komisaris Tinggi Urusan HAM sampai Volker Turk secara resmi menggantikan Michelle Bachelet, mengungkapkan bahwa “beberapa negara anggota Uni Eropa kini beralih ke investasi dalam infrastruktur dan pasokan bahan bakar fosil”. “Meskipun dorongan itu dapat dimengerti, saya mendesak Uni Eropa dan negara-negara anggotanya untuk mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang akibat membangun infrastruktur bahan bakar fosil,” katanya. “Sangat penting untuk mempercepat pengembangan proyek efisiensi energi dan energi terbarukan.” Al Nashif mendesak semua negara “untuk mengupayakan target yang ambisius” pada konferensi iklim PBB berikutnya di Mesir pada bulan November. Mereka harus berusaha untuk “mengatasi kerugian dan kerusakan serta memenuhi dan meningkatkan komitmen pendanaan iklim,” katanya. Pada 30 Agustus, ilmuwan sistem Bumi terkemuka Johan Rockstrom mengatakan krisis biaya hidup yang mendorong jutaan orang Eropa menuju kemiskinan didorong oleh bahan bakar fosil. “Ini adalah inflasi yang didorong oleh bahan bakar fosil, didorong oleh pasokan,” kata direktur Institut Potsdam untuk Penelitian Dampak Iklim itu kepada AFP. “Kami telah mengatakan sejak 1990 bahwa kami perlu menghentikan ekonomi yang digerakkan oleh bahan bakar fosil menuju ekonomi yang didorong oleh energi terbarukan. Dan sekarang di sinilah kita berada sekarang, kita sedang menghadapinya.” [ab/uh]
Parlemen Australia Loloskan RUU Pengurangan Emisi 43%
Parlemen Australia, Kamis (8/9), meloloskan rancangan undang-undang mengenai peningkatan target pemerintah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 43% di bawah tingkat 2005 pada akhir dekade ini. Senat mengesahkan legislasi itu dengan suara 37 berbanding 30 menolak meskipun beberapa senator yang mendukungnya menginginkan target yang lebih ambisius menjelang 2030. Pemerintah Partai Buruh – yang berhaluan kiri-tengah — secara resmi berkomitmen agar Australia mencapai target 43% itu setelah berkuasa untuk pertama kalinya dalam sembilan tahun pada pemilu Mei lalu. Menjadikan target itu sebagai undang-undang akan mempersulit pemerintah berikutnya di masa depan untuk mengubah target itu. ‘Menteri Perubahan Iklim dan Energi Chris Bowen mengatakan keputusan Senat itu memberikan kepastian bagi para investor energi bersih serta memperkuat transparansi dan akuntabilitas dalam proses pengurangan karbon Australia. ‘Pesan kepada investor adalah bahwa Australia terbuka untuk bisnis,” Bowen mengatakan kepada Parlemen. Pihak oposisi, Partai Konservatif, menentang RUU tersebut. Mereka menganjurkan target pengurangan emisi antara 26% dan 28% sejak 2015. Senator independen David Pocock menuntut sejumlah amendemen terkait transparansi dan akuntabilitas sebelum mendukung RUU tersebut. Rancangan undang-undang itu sebelumnya lolos di Dewan Perwakilan Rakyat, di mana pemerintah memegang mayoritas. Pemerintah hanya memegang 26 dari 76 kursi di Senat. Para senator Partai Hijau mendukung ambisi 43% tersebut setelah mereka gagal mengajukan target pengurangan emisi sedikitnya 75% dan pelarangan proyek batu bara serta gas Australia di masa depan. [ab/uh]
Presiden Timor Leste Tolak Kritik Lingkungan Terkait Ladang Gas
“Beri negara kami $100 miliar atau berhenti mengajari kami tentang menghasilkan uang dari bahan bakar fosil.” Itulah pesan yang disampaikan Presiden Timor Leste dan pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Jose Ramos-Horta pada hari Rabu (7/9) kepada mereka yang menyuarakan keprihatinan lingkungan tentang proposal negaranya untuk membangun pabrik pemrosesan gas baru. Ramos-Horta berbicara di Australia setelah kedua negara menandatangani perjanjian pertahanan baru. Ia menyampaikan sambutannya di Klub Pers Nasional di Canberra dengan humor tetapi juga dengan nada tajam. Timor Leste, negara miskin berpenduduk 1,5 juta orang, berharap bisa memecahkan kebuntuan 20 tahun dengan pemerintah Australia yang baru mengenai pengembangan ladang gas Greater Sunrise yang terletak di bawah dasar laut yang memisahkan kedua negara. Australia menginginkan gas itu disalurkan ke pusat gas yang ada di Darwin. Timor Leste mengharapkan manfaat ekonomi yang lebih besar jika gas disalurkan ke pantai selatannya. Ramos-Horta mengunjungi Australia sebagai bagian dari usaha untuk menyelesaikan perselisihan itu. Seorang reporter bertanya bagaimana Timor Leste dapat membenarkan proyek tersebut mengingat dampak iklim yang bisa ditimbulkannya. Ramos-Horta menjawab bahwa gas lebih bersih daripada beberapa bahan bakar fosil lain. Ia kemudian menyebutkan daftar negara-negara yang mendapat manfaat dari bahan bakar fosil, termasuk AS dan Jepang, dan kemudian China dan India. “Tetapi pertama-tama orang Eropa, Andalah yang mencemari seluruh dunia dengan batu bara, minyak, dan segala sesuatu yang dapat Anda bayangkan,” katanya. “Dan sayangnya, kami baru menemukan minyak dan gas itu sekarang. Dan orang-orang Eropa menguliahi kami: Kami harus menjauh dari bahan bakar fosil.” Ia mengatakan ladang gas dapat menghasilkan pendapatan $100 miliar atau lebih. “Saya tidak punya wewenang untuk membuat proposal apa pun, tetapi ada satu di benak saya,” kata Ramos-Horta. ”Orang Eropa, Australia, AS, beri kami $100 miliar dan kami akan hentikan usaha mengeksploitasi Greater Sunrise. Sesederhana itu.” Sebelumnya pada hari yang sama, Australia dan Timor Leste menandatangani perjanjian pertahanan yang bertujuan untuk meningkatkan kerja sama militer dan keamanan, terutama di sepanjang perbatasan laut bersama mereka. Perjanjian tersebut bertujuan untuk meningkatkan latihan militer bersama, serta kerja sama dalam bantuan kemanusiaan dan bantuan bencana. “Kita telah mengusahakan perjanjian kerja sama pertahanan selama lebih dari satu dekade dan penandatanganan hari ini merupakan langkah maju yang signifikan dalam kemitraan kita,” kata Perdana Menteri Australia Anthony Albanese. Kesepakatan itu tercapai pada saat ketegangan meningkat di kawasan itu, terutama setelah Kepulauan Solomon April lalu menandatangani pakta keamanan baru dengan China. Ditanya tentang pandangannya mengenai langkah Kepulauan Solomon, Ramos-Horta mengatakan ia tidak begitu akrab dengan negara itu tetapi wilayahnya yang lebih luas adalah “lokasi strategis yang sangat sensitif.” Ramos-Horta berbagi Hadiah Nobel Perdamaian 1996 dengan Uskup Timor Timur Carlos Belo atas upaya mereka untuk mengakhiri konflik di tanah air mereka. [ab/uh]