Bertepatan dengan Hari Perempuan Internasional, perusahaan rintisan Jerman mempromosikan produk menstruasi berkelanjutan. Tampon ini dapat terurai secara hayati, terbuat dari serat yang berasal dari rumput laut, lebih ramah lingkungan dibandingkan dengan produk lain di pasaran. Benarkah demikian?
Category: Kiprah Perempuan
Mantan Dokter Gigi Kembangkan Aplikasi untuk Tangani Sampah di Pesisir Kenya
Tayba Hatimy kuliah dan telah membuka praktik dokter gigi selama tujuh tahun sebelum akhirnya menyadari bahwa ia memiliki hasrat yang sesungguhnya yaitu merawat lingkungan. Sejak itu, ia mengembangkan sebuah aplikasi yang dapat membantu warga yang tinggal di Mombasa, Kenya untuk mengurangi sampah di sepanjang pantai. Sebuah kota tua terletak di Mombasa, Kenya. Seperti hal jalanan kota itu yang sudah tua, sistem drainase dan pengumpulan sampahnya juga termasuk kuno. Namun hal itu akan berubah berkat adanya tempat pengumpulan sampah. Sebuah gerobak sampah tampak berhenti di depan rumah Saida Swaleh, seorang warga yang tinggal di Kota Tua Mombasa. Saida mengatakan, “Saya mendapat sampah plastik dari berbagai acara, acara apapun seperti perkawinan dan sebagainya. Saya akan melihatnya dulu, apakah plastik ini bagus atau tidak, lalu saya mengambilnya. Jika plastik itu tergolong keras dan tidak dapat digunakan kembali, saya akan mengumpulkannya.” Saida mengumpulkan sampah plastik tersebut dan memasukannya ke dalam karung. Ia membawa karung tersebut ke tempat kecil pengumpulan sampah dimana limbah plastik itu disortir dan ditimbang. Swaleh lalu menerima sedikit imbalan berupa uang tunai atas upayanya itu. Kebanyakan perempuan membawa sampah plastik tersebut ke Baus Taka Enterprise yaitu layanan pengelolaan sampah di Kenya, karena kita mendapat manfaat dari mereka yaitu kami membeli makanan mereka. Tayba Hatimy adalah penggerak di balik gerakan ini. Hatimy yang berprofesi sebagai seorang dokter gigi, ikut mendirikan sebuah aplikasi pengumpulan sampah yang disebut sebagai “Baus Taka”. “Fitur utama aplikasi Baus Taka adalah pemisahan limbah plastik dan perdagangan. Anda memisahkan sampah tersebut, kemudian Anda mengumpulkan poin yang dapat ditukar dengan layanan kesehatan karena berasal dari komunitas berpenghasilan rendah. Tantangan utamanya adalah mereka tidak memiliki dana untuk membayar biaya berobat di rumah sakit,” jelasnya. Aplikasi itu juga dapat membantu warga setempat untuk melaporkan dan menghentikan beberapa layanan pengumpulan sampah berbiaya rendah yang membuang sampah secara illegal di lorong-lorong sepanjang Mombasa County. Rahim Mwatsahu adalah pegawai pemasaran komunitas Baus Taka. “Fitur penting lainnya dari aplikasi Baus Taka adalah Anda dapat melaporkan pembuangan sampah illegal. Kami ingin masyarakat ikut berperan aktif,” jelasnya. Aplikasi Baus Taka dapat mengisi kesenjangan tersebut, menurut Rahab Nderu pemilik Hotel Lotus. “Apa yang dilakukan Baus Taka adalah aplikasi itu telah mampu menjadi sebuah penghubung di mana kini kami memiliki tempat pengumpulan sampah, kami memiliki masyarakat, memiliki perusahaan yang dapat bersatu dan akhirnya benar-benar mengelola seluruh masalah limbah plastik yang kita hadapi sebagai warga Mombasa,” komentarnya. Hatimy dan warga lainnya berharap dapat mengembalikan kejayaan pesisir kota Mombasa. Hatimy menambahkan, “Impian saya adalah untuk membangun sebuah infrastruktur daur ulang di Mombasa, untuk membangun pabrik yang dapat mendaur ulang sampah menjadi energi”. [lj/uh]
Perempuan dalam Web3, Internet Generasi Berikut
Awalnya dirancang untuk mata uang digital, Web3 mulai dilirik pengusaha dan teknolog perempuan sebagai cara membentuk komunitas berdaya digital tanpa terkait perusahaan raksasa. Lewat organisasinya mereka menanamkan jejak agar perempuan dan minoritas punya akses lebih besar dalam industri baru ini.
Perempuan Pribumi Amerika Pertama yang Terbang ke Luar Angkasa Takjub akan Keindahan Bumi
Perempuan pribumi Amerika pertama yang terbang ke luar angkasa, pada Rabu (19/10), mengatakan ia terpesona akan keindahan dan keagungan bumi. Ia mengatakan bahwa dirinya berusaha menyalurkan “energi positif” ketika menjalankan misinya yang berlangsung selama lima bulan. Astronaut NASA Nicole Mann dari Stasiun Luar Angkasa Internasional mengatakan ia mendapat banyak doa dan berkah dari keluarga dan komunitas sukunya. Ia adalah anggota Wailacki dari Suku Indian Round Valley di California Utara. Mann memamerkan dream catcher atau gantungan khas suku asli di Amerika yang dibawanya. Gantungan tersebut merupakan hadiah masa kecil dari ibunya yang selalu ia simpan. Gantungan tradisional kecil yang bundar dihiasi bulu burung itu biasanya digunakan sebagai perlindungan, dan ia mengatakan gantungan itu memberinya kekuatan dalam menghadapi masa-masa sulit. Bertahun-tahun sebelum bergabung dengan NASA pada 2013, ia menjadi pilot tempur di Irak untuk angkatan laut AS. “Menguatkan, mengetahui bahwa saya mendapat dukungan dari keluarga dan komunitas saya dan ketika menemui kesulitan atau menghadapi kesulitan atau saya jenuh dan putus asa, kekuatan itu saya gunakan untuk terus bekerja agar misi berhasil,” kata Mann kepada kantor berita Associated Press, yang mengumpulkan pertanyaan dari anggota dan kantor berita suku di seluruh AS. Mann mengatakan ia selalu mengingat nasihat ibunya tentang pentingnya energi positif, terutama pada hari peluncuran. “Mungkin sulit bagi sebagian orang untuk memahaminya karena tidak terlalu nyata,” katanya. “Tapi energi positif itu sangat penting, dan kita bisa mengendalikan energi itu, dan itu membantu mengendalikan sikap kita.” Mann, 45, seorang kolonel AL dan pilot uji yang lahir di Petaluma, California, mengatakan penting untuk mengenali ada semua jenis orang di stasiun luar angkasa. Stasiun ini sekarang menampung tiga orang asal Amerika Serikat, tiga orang Rusia, dan satu astronaut Jepang. [my/rs]
Arab Saudi Siap Kirim Astronaut Perempuan ke Luar Angkasa pada 2030
Arab Saudi, pada Kamis (22/9), mengatakan akan meluncurkam program pelatihan khusus dengan tujuan mengirim astronaut-astronautnya sendiri – termasuk astronaut perempuan – ke luar angkasa, pada tahun depan. Negara kerajaan itu secara aktif mempromosikan sains dan teknologi sebagai bagian dari rencana Visi 2030 yang luas untuk merombak perekonomian dan mengurangi ketergantungannya pada minyak. Visi 2030, yang diperjuangkan oleh Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman, juga menyerukan integrasi lebih besar bagi perempuan ke dalam angkatan kerja di negara Muslim konservatif itu. Pada tahun 2018, Arab Saudi telah mencabut larangan mengemudi kendaraan bagi perempuan, yang sudah diberlakukan puluhan tahun. Komisi Luar Angkasa Arab Saudi dalam sebuah pernyataan mengatakan “Program Astronaut Arab Saudi, yang merupakan bagian integral dari Visi 2030 yang ambisius, akan mengirim astronaut Arab Saudi ke luar angkasa untuk membantu melayani umat manusia secara lebih baik.” “Salah seorang astronaut nantinya adalah perempuan Arab Saudi, yang misinya ke luar angkasa akan mewakili sejarah pertama bagi kerajaan ini,” tambah pernyataan itu. Orang Arab atau Muslim pertama yang melakukan perjalanan ke luar angkasa adalah Pangeran Sultan bin Salman dari Arab Saudi. Ia merupakan saudara tiri putra mahkota, seorang pilot Angkatan Udara, dan bagian dari tujuh anggota awak misi Discovery NASA pada tahun 1985. Ia menjabat sebagai kepala Komisi Luar Angkasa Arab Saudi dari tahun 2018-2021, dan kini ditunjuk menjadi penasehat Raja Salman. Negara-negara tetangga Arab Saudi, seperti Uni Emirat Arab (UEA), juga memiliki program luar angkasa terkemuka di dunia Arab setelah meluncur satelit ke orbit Mars pada Februari 2021. UEA juga berencana meluncurkan pesawat penjelajah bulan pertamanya pada November mendatang. Jika misi tersebut berhasil, UEA dan Jepang – yang akan menyediakan pendaratan – akan bergabung dengan Amerika Serikat, Rusia dan China sebagai negara-negara yang berhasil menempatkan pesawat ruang angkasa di permukaan bulan. [em/jm]
Perempuan Ikut Membangun Internet Terdesentralisasi
Teknologi internet berkembang menjadi apa yang disebut sebagai Web3, yakni internet yang terdesentralisasi. Menurut para pendukungnya, internet generasi ketiga ini akan bebas dari raksasa media sosial, dan sejumlah tokoh teknologi perempuan tertarik untuk ikut membangunnya. Berikut laporan tim VOA.