Pemerintah sedang menggodok mekanisme perdagangan karbon lewat bursa karbon karena dapat menjadi salah satu cara untuk mencapai target nol emisi karbon pada 2060. Namun, aktivis lingkungan menilai perdagangan tersebut merupakan solusi palsu, bahkan disebut sebagai kebohongan besar.
Category: Indonesia
OJK: Bursa Karbon akan Diluncurkan Paruh Kedua 2023
Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jumat (5/5), mengatakan bursa karbon akan diluncurkan pada paruh kedua tahun ini sebagai bagian upaya mendorong penggunaan energi terbarukan dan mencapai emisi nol karbon pada 2060. Indonesia adalah salah satu penghasil karbon terbesar di dunia dan berupaya memangkas emisi gas rumah kaca sebesar lebih dari 30 persen pada 2030. “Kami bersiap untuk meluncurkan bursa karbon…untuk mendukung pensiun dini pembangkit batu bara,” kata Mahendra Siregar, Ketua Dewan Komisioner OJK, Jumat (5/5). Awal pekan ini, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan hanya entitas yang beroperasi di Indonesia yang diizinkan untuk melakukan perdagangan karbon di bursa. Skema perdagangan karbon akan mirip dengan perdagangan saham. Mahendra mengatakan OJK dan Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup akan mengawasi perdagangan di bursa karbon. Menurut salinan regulasi perdagangan karbon, bursa karbon akan menerapkan sistem cap-and-trade yang membatasi tingkat polusi dan kuota nantinya bisa diperdagangkan antara entitas bisnis. Indonesia pada awalnya berencana menerapkan pajak karbon untuk emisi yang belum dikompensasi oleh kredit karbon. Namun rencana itu ditunda dengan alasan kondisi ekonomi global yang kurang baik. Pada Februari, pemerintah meluncurkan fase pertama perdagangan karbon wajib bagi hampir seratusan pembangkit listrik tenaga uap batu bara (PLTU) milik Perusahaan Listrik Negara (PLN). Lebih dari separuh listrik di Indonesia dihasilkan oleh PLTU. [ft/ah]
Presenter Berita Virtual AI Hadir di Tanah Air, Masyarakat Siap?
Malam itu, Karni Ilyas tampak berbeda. Ia menyapa pemirsa dengan suara khasnya di tengah gema malam takbiran. Jurnalis senior itu lalu memperkenalkan dua sosok perempuan asing, yang katanya, akan masuk ke dalam jejeran presenter berita tanah air. Namun, penampakannya yang janggal tak bisa dielak: badan Karni dan dua presenter perempuan itu mati gaya – tak lazim bagi seorang presenter layar kaca. “Yang tampil di hadapan Anda saat ini adalah Karni Ilyas dalam bentuk avatar, yang dibuat oleh mesin kecerdasan buatan,” kata Karni. “Ini menandai penampilan saya sebagai presenter avatar pertama di Indonesia.” Sentuhan kecerdasan buatan akhirnya hadir di layar TV tanah air Hadirnya presenter berita virtual itu, resmi menandakan sentuhan kecerdasan buatan (AI) yang kini merambah dunia pers tanah air – empat tahun setelah presenter virtual pertama kali diperkenalkan ke dunia oleh media China. Kedua presenter itu, bernama Sasya dan Nadira, diluncurkan stasiun berita tvOne pada Jumat (21/4), berbarengan dengan peluncuran media berbasis kecerdasan buatan tvOne.ai yang diklaim sebagai pelopor media AI di Indonesia. Kemunculan Sasya dan Nadira kemudian disusul Bhoomi – semuanya perempuan – dengan penampakan ketiganya yang berbeda secara fisik dan suara. “Peluncurannya kan di Hari Kartini. Jadi kita ingin angkat perempuan,” tutur CEO tvOne Taufan Eko Nugroho kepada VOA, sembari menjelaskan ambisinya untuk tak langsung meluncurkan banyak presenter virtual sekaligus. “Kami ingin coba merasakan efektivitas pembuatan konten ini seperti apa. Sebenarnya yang bisa kami luncurkan itu bisa sampai 20 lebih presenter.” Ketiganya, kata Taufan, masing-masing mewakili tiga presenter ‘asli’ yang berbeda. Sasya mewakili presenter tvOne bernama Syahda Yustiza, Nadira mewakili Fahda Indi – juga berhijab, dan Bhoomi mewakili Tiara Harahap. “Grafisnya dari AI, suaranya tetap dari presenter asli,” papar Taufan. “Ke depannya, saya kepingin mereka (presenter -red) punya avatarnya masing-masing.” What’s next? Peluncuran presenter berita virtual tvOne.ai tersebut menuai berbagai respons warganet. “Semua komentar kami lihat,” aku penasihat AI media tvOne.ai Apni Jaya Putra. Apni lalu menunjukkan rencana tvOne.ai ke depan: presenter virtual berbicara bahasa asing dan daerah hingga yang berjenis kelamin pria. Sang presenter – yang sejauh ini hanya punya gerakan wajah – juga akan segera punya gestur tubuh. “Ada gak yang sudah punya emosi? Ada, tapi kita belum keluarkan. Tangannya (nanti) akan bergerak semua.” Meski diluncurkan lewat siaran program televisi terestrial, Taufan mengaku akan lebih fokus mendistribusikan konten presenter virtual ini ke platform digital dan media sosial – tempat yang didominasi generasi muda. “Kami masih ada tvOne (sebagai stasiun) TV, nah, nanti mungkin ada interaksi antara avatar dan presenter asli, atau antara avatar dengan bintang tamu, seperti Pak Menteri ini, Bu Menteri ini,” jelas Taufan. ‘Jurnalis jadi tergusur’? Di dunia, presenter berita virtual ini bukan ‘barang baru’. Indonesia mengikuti jejak negara-negara yang sudah terlebih dulu punya presenter berita virtual. Di China, kantor berita Xinhua meluncurkan presenter virtual berbasis AI pertamanya – juga pertama di dunia – yang meniru presenter aslinya, pada November 2018 silam. Teranyar, ada pula India Today dengan presenter virtualnya “Sana”, juga Kuwait News dengan “Fedha”, yang sama-sama diperkenalkan tahun ini. Kehadiran presenter berita virtual ini, bagaimana pun, disebut Taufan tak akan gantikan sepenuhnya peran presenter berita tvOne yang asli. Penyajian konten tvOne.ai dalam bahasa Indonesia pun, disebutnya, akan terus menggandeng presenter asli. “Ada dorongan dari tim kami, ‘Udah, (penyajian) presenter (virtual)nya sepenuhnya dengan AI aja,’’” kata Taufan, meniru obrolan dalam tim. “Saya bilang, ‘Jangan, nanti kita edukasinya malah gak tepat tuh.’” Seiring menjamurnya presenter ‘maya’ ini, jurnalis Aiman Witjaksono menyambutnya secara positif. “Ini bagus sekali,” kata Pemimpin Redaksi MNC News itu kepada VOA, “Untuk menambah khazanah penyiaran di tanah air.” Namun, ia menggarisbawahi perbedaan presenter virtual sebagai ‘pembaca’ berita, berbeda dengan presenter manusia – jurnalis – sebagai ‘pembawa’ berita. “Soal rasa dan nurani, (jurnalis) tidak akan pernah tergantikan,” tutupnya. Senada dengan Aiman, presenter berita KompasTV Frisca Clarissa lalu menekankan emosi ‘datar’ presenter virtual sebagai letak pembeda audiens dalam menyukai presenter manusia. Belum lagi, menurutnya, rutinitas jurnalistik yang kompleks beserta kode etiknya di Indonesia. “AI itu bisa mewarnai televisi, mewarnai kerja-kerja jurnalistik,” tutur jurnalis Kepresidenan itu. “Tapi tidak bisa menggantikan peran manusia, termasuk presenter berita.” ‘Misinformasi jadi subur’? Disinformasi adalah masalah yang dikhawatirkan akan menjadi lebih banyak, menurut PhD Candidate di Queensland University of Technology (QUT) Australia, Albertus Prestianta. Sebagai contoh, beberapa waktu lalu, jagat maya, yang turut mengikuti perkembangan pendakwaan mantan Presiden AS Donald Trump pada awal April, sempat dihebohkan ‘foto-foto’ Trump yang diseret kepolisian. Belakangan, diketahui ‘foto-foto’ itu palsu – gambar hasil AI yang diunggah di lini masa Twitter. “Teknologi ini sangat, sangat bagus dalam membuat ‘berita palsu’,” kata Profesor Universitas Oxford, Michael Wooldridge kepada AP. “Dan salah satu cara menggunakannya, kalau Anda tak bermoral, adalah dengan menjadikan pembuatan ‘berita palsu’ sebagai sebuah industri.” Albertus lantas mendorong adopsi AI oleh media yang dapat membuat produk jurnalistik lebih efisien, tetapi mewanti-wanti media untuk tak serta merta mengadopsi teknologi baru demi faktor ekonomi saja. “Karena AI, sekali lagi, tidak bisa seperti halnya manusia, memaknai konten atau pesan, baik atau buruk,” papar Albertus kepada VOA. “AI juga bias,” katanya, mengingat teknologi AI yang disebutnya hanya dipasok data dan informasi tertentu, sesuai keinginan pengembangnya. Maka pelaku pers, imbuhnya, harus transparan akan sejauh mana penggunaan AI-nya. “AI ini menjadi bagian dari redaksi untuk membantu bekerja, tapi (redaksi harusnya) tidak menyerahkan seluruhnya kepada AI untuk memproduksi informasi,” simpul pria yang juga dosen jurnalistik di Universitas Multimedia Nusantara itu. Media harus jadi ‘oasis’ Potensi suburnya disinformasi juga menjadi perhatian tvOne.ai. Apni yakin akan adanya ‘tsunami berita palsu’ dan deep fake di masa mendatang. Untuk mengatasi hal itu, peran edukasi disebut Taufan maupun Apni jadi perhatian dalam penggarapan tvOne.ai. Apni juga menambahkan, arus informasi harus dikontrol media arus utama. “Karena cuma media arus utama yang punya protokol ketat dalam disiplin verifikasi,” ujar pria yang juga praktisi media itu. Terkait peran itu, Albertus lalu menekankan pentingnya peran pers untuk memberantas misinformasi dan tetap bisa mengedukasi mana yang berita dan bukan. “Masyarakat kita punya hak untuk mendapatkan informasi yang benar, dapat diandalkan, dan tepercaya, untuk mengambil keputusannya dia di kemudian hari,” sambungnya, “Media harus jadi oasis. Masa kita malah nambah-nambahin hoaks?” Ia lalu mengingatkan pesta demokrasi yang kian dekat. “Besok, tahun politik. Persoalannya, orang kita, masyarakat kita, publik kita, sudah siap atau belum?” [gg/dw]
Aktivis Lingkungan: Penutupan PLTU Batu Bara pada 2050 Kebijakan yang Terlambat
Kebijakan pemerintah yang ingin menutup seluruh PLTU Batu Bara pada tahun 2050 terbilang cukup terlambat. Aktivis lingkungan menilai bahwa seharusnya pemerintah bisa mempercepat penutupan PLTU batu baru tersebut dan memaksimalkan penggunaan potensi energi terbarukan yang cukup besar di tanah air.
Pembangunan IKN Ancam Orangutan, Lumba-lumba Irrawaddy
Pembangunan ibu kota baru Nusantara(IKN) di Pulau Kalimantan membuat banyak aktivis lingkungan khawatir. Pasalnya, menurut mereka, pembangunan itu mengancam habitat fauna endemik di sana, termasuk monyet berhidung panjang yang terancam punah, lumba-lumba Irrawaddy, dan orangutan. Pemerintah memang telah berjanji untuk melindungi satwa liar dan melakukan reboisasi besar-besaran di beberapa bagian ibu kota, yang telah dipasarkan kepada investor sebagai kota yang cerdas dan hijau itu. Namun para pemerhati lingkungan mewaspadai pembangunan senilai $32 miliar di area seluas hampir 260.000 hektare, hampir empat kali ukuran Singapura itu, pasti akan berdampak signifikan pada lingkungan. “Kekhawatiran terbesar kami adalah teluk Balikpapan akan berubah menjadi kolam raksasa, tempat limbah sisa dari kegiatan Nusantara,” kata Mappaselle Marie’wawoA, direktur kelompok lingkungan lokal Pokja Pesisir. Sekitar 400 hektare hutan bakau di sepanjang garis pantai teluk Balikpapan telah dibuka menurut perkiraan kelompok itu, untuk dijadikan pelabuhan batubara dan kilang minyak. Mappaselle khawatir lebih banyak lagi hutan bakau yang akan dihancurkan ketika jalan tol baru yang menghubungkan Nusantara ke kota terdekat Balikpapan dibangun. Apalagi sebuah sebuah pelabuhan juga akan dibangun khusus untuk kegiatan transportasi bahan bangunan. Otoritas Ibu Kota Nusantara mengatakan bakau akan ditanam di daerah lain untuk mengimbangi penghancuran itu, dan pedoman ramah lingkungan telah dibuat untuk menghindari bentrokan antara para pekerja dan hewan liar. “Ini adalah kepedulian yang sangat tinggi tentang bagaimana kita akan berusaha untuk memiliki keharmonisan antara manusia, alam dan budaya… karena itulah jiwa kota ini,” kata Kepala Otorita IKN Bambang Susantono. Kekhawatiran yang sama disuarakan organisasi Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF) di Kabupaten Samboja, Kalimantan Timur, yang sejauh ini menampung 127 orangutan yang kemudian akan dilepasliarkan. Kera raksasa itu telah banyak kehilangan habitat mereka karena penggundulan hutan, yang sering dikaitkan dengan pertambangan batu bara, serta perkebunan kelapa sawit dan kayu. Untuk saat ini, para aktivitis lingkungan hanya bisa berharap pemerintah akan setia pada janjinya untuk melindungi satwa liar. “Kami berharap dengan adanya ibu kota ini, kita bisa membuka jalan bagi hewan untuk hidup berdampingan (dengan manusia),” ujar Manajer BOSF Aldrianto Priadjati. “Setidaknya menyediakan lahan bagi orangutan agar mereka bisa hidup lebih baik.” Saat ini pembangunan IKN baru pada tahap peletakan fondasi gedung-gedung pemerintah. Akhir tahun ini, pihak berwenang akan membangun rumah-rumah untuk ditempati 16.000 PNS, TNI dan Polri yang pindah ke sana tahun depan. [ab/uh]
Kapal Pembersih Sampah Perangi Polusi di Perairan Bali
Sebuah kapal yang dirancang untuk mengumpulkan sampah laut dioperasikan untuk pertama kalinya di lepas pantai Bali, Selasa (21/3), menandai awal misinya untuk memerangi polusi plastik laut. Mobula 8 mampu membersihkan puing-puing padat, limbah mikro, dan tumpahan minyak, kata Yvan Bourgnon, 52 tahun dari Prancis, pendiri organisasi nonpemerintah The SeaCleaners yang berada di belakang proyek tersebut. Bourgnon dan timnya telah mengerjakan Mobula 8 sejak 2016, setahun setelah ia kembali dari tur solonya berlayar keliling dunia. Setelah menyaksikan besarnya masalah sampah plastik di lautan dalam turnya itu, ia berjanji untuk mengambil tindakan. “Saya yakin Mobula 8 di Bali ini akan menjadi contoh terbaik untuk menunjukkan kepada semua negara betapa kita perlu melakukan sesuatu untuk laut,” kata Bourgnon. Polusi plastik sangat akut di Indonesia, negara kepulauan yang menempati urutan kedua setelah China untuk volume sampah plastiknya yang berakhir di laut. Pantai-pantai ikonik Bali biasanya dipenuhi sampah selama puncak musim hujan saat angin kencang dan hujan menyapu polusi dari pulau tetangganya, Jawa. [ab/uh]
Hari Air Sedunia: Kondisi Sungai di Indonesia Memprihatinkan
Tim Ekspedisi Sungai Nusantara menemukan mikroplastik di 68 sungai strategis nasional di lima provinsi di Indonesia. Kondisi ini menjadi peringatan bagi pemerintah untuk lebih serius menangani masalah sungai dan sampah plastik. Satu pengingat menjelang di Hari Air 22 Maret. Sungai Brantas di Jawa Timur merupakan sungai paling tercemar mikroplastik dengan kontaminan sebanyak 636 partikel per 100 liter air. Kontaminan itu berasal dari industri serta sampah domestik. Inilah hasil kajian tim Ekspedisi Sungai Nusantara 2022 pada 68 sungai strategis nasional. Peneliti ECOTON yang melakukan Ekspedisi Sungai Nusantara 2022, Amiruddin Muttaqin, mengatakan tingginya pencemaran di sungai dikarenakan masih rendahnya kesadaran masyarakat, maupun industri, yang tetap menjadikan sungai sebagai tempat membuang sampah atau limbah. “Yang paling tertinggi itu ada di Jawa Timur. Ya karena memang jumlah populasi penduduknya juga sangat tinggi, kemudian kesadaran masyarakatnya untuk tidak membuang sampah ke sungai itu juga masih sangat rendah. Itu yang menyebabkan sungai Brantas ini masuk di peringkat pertama,” jelasnya. Selain Sungai Brantas di Jawa Timur, sungai-sungai di Sumatera Utara, Sumatera Barat, Bangka Belitung, dan Sulawesi Tengah juga merupakan lima besar sungai paling tercemar mikroplastik di Indonesia. Sungai-sungai yang tercemar mikroplastik itu, kata Amir, menjadi gambaran buruknya pengelolaan sungai serta sampah oleh pemerintah di setiap daerah. “Itu mengindikasikan bahwa pengelolaan sungai, atau sistem pengelolaan sampah kita di Indonesia ini masih sangat buruk,” imbuhnya. Buruknya kualitas air sungai di tanah air ini, menuntut dilakukannya revitalisasi serta pembuatan kebijakan yang mendukung upaya pemulihan sungai, serta pencegahan masuknya sampah plastik ke dalam sungai. Desakan ini disuarakan Badan Riset Urusan Sungai Nusantara, yang merupakan gabungan sejumlah mahasiswa dari berbagai universitas di Jawa Timur. Pada aksi memperingati Hari Air Sedunia di depan Gedung Negara Grahadi Surabaya, Senin (13/3), para mahasiswa menuntut pemerintah di setiap daerah melakukan langkah nyata dalam penyelamatan sungai. Koordinator aksi, Muhammad Kholid Basyaiban, mengatakan Pemerintah Provinsi Jawa Timur harus bertanggung jawab terhadap kondisi sungai Brantas yang tercemar berat oleh mikroplastik. “Jadi ironis, ketika sungai strategis nasional yang menjadi kewenangan pusat, dan terutama juga menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, banyak sekali temuan pencemaran lingkungan yang terjadi di sungai Brantas akibat limbah industri,” kata Muhammad Kholid Basyaiban. Kholid mengatakan, dari catatan ECOTON selama sepuluh tahun terakhir, terdapat ratusan kasus ikan mati massal di sungai Brantas, yang menjadi bukti nyata adanya pencemaran berat di sungai terbesar di Jawa Timur ini. Kholid juga mendesak Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), serta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), turut bertanggung jawab memulihkan kondisi sungai yang tercemar di seluruh Indonesia. “Catatan kita mulai dari tahun 2012 sampai 2022, ada sekitar ratusan kasus peristiwa ikan mati massal, yang kita riset dan kita temukan di sepanjang sungai Brantas. Dan itu merupakan salah satu bukti bahwa lemahnya pengawasan, penegakan hukum, dan pengelolaan sungai Brantas,” kata Muhammad Kholid Basyaiban. [pr/em]
Langkah Kecil Digitalisasi, Hemat Miliaran Duit Pemerintah
Beralih ke layanan daring dan telepon, selama empat bulan Kemenpan RB mampu menghemat Rp75 miliar dana perjalanan dinas pemerintah daerah. Sayang, masih saja ada yang tetap datang ke Jakarta.
Memetakan Dampak Kecerdasan Buatan Bagi Sektor Tenaga Kerja
Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan terus berkembang dalam berbagai format. Indonesia perlu mewaspadai dampak teknologi ini terhadap sektor ketenagakerjaan.
Harga Bahan Bakar Mahal, Sampah Plastik Jadi Pilihan Industri Makanan
Tingginya harga bahan bakar membuat para pengusaha makanan skala kecil dan menengah di Jawa Timur menggunakan limbah plastik sebagai bahan bakar. Langkah ini diambil karena belum ada solusi konkrit untuk mendapatkan bahan bakar yang terjangkau, meski kesehatan yang jadi taruhannya.