China sebagai penghasil gas rumah kaca terbesar di dunia kini menghadapi tekanan dari negara-negara berkembang untuk membayar dampak destruktif atas kerusakan iklim yang ditimbulkan.
Category: Dunia
Aktivis Muda Tuntut Presiden COP27 agar Mereka Dilibatkan dalam Negosiasi Iklim
Aktivis muda mengajukan tuntutan mereka kepada kepresidenan COP27 pada hari Kamis (10/11). Mereka mengatakan, para pemimpin politik harus bertindak lebih banyak untuk mengatasi berbagai isu, seperti pendanaan iklim dan memberi generasi muda posisi yang lebih terinstitusi dalam berbagai perundingan. “Kita tidak punya waktu untuk mengalah. Masa depan kami benar-benar bergantung pada hal ini,” kata Hemavathi Shekhar, aktivis iklim muda asal India, yang menyerahkan kepada perwakilan presidensi COP27 selembar kertas berisi kode QR untuk mengakses Pernyataan Generasi Muda Sedunia COP27. Sekretaris Eksekutif Perubahan Iklim PBB Simon Stiell mendukung peran yang dimainkan generasi muda dalam berbagai diskusi soal iklim. “Kalian harus menuntut pertanggungjawaban kami,” ujarnya. “Kalian harus menarik perhatian dunia akan apa yang tidak kami lakukan dan hal apa lagi yang perlu kami lakukan. Saya menyambut baik tanggapan kalian.” Terlepas dari itu, beberapa aktivis menuntut pelibatan generasi muda yang lebih besar dalam berbagai perundingan dengan para pejabat, termasuk hak negosiasi. AY Young pernah berkesempatan untuk didengar oleh para negosiator tingkat tinggi. Produser, penyanyi, penulis lagu, penghibur dan pengusaha itu didapuk kantor Utusan Generasi Muda Sekretaris Jenderal PBB sebagai Pemimpin Muda untuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Ia sudah berbicara dengan Sekjen PBB. AY Young juga disebut telah menggelar 800 konser dengan menggunakan energi bersih dan telah menulis masing-masing satu lagu tentang ketujuh belas Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ia rilis dalam sebuah album. “Yah, saya selalu ingin mengatakan bahwa setiap orang adalah agen perubahan dan gunakanlah semangat Anda untuk mengambil langkah setiap hari,” ujarnya setelah menampilkan beberapa lagunya di Youth Pavilion KTT Iklim. [rd/lt]
Laporan: Krisis Energi Akibatkan Banyak Negara Kesampingkan Isu Iklim
Sebuah penelitian baru yang diterbitkan hari Kamis (10/11) pada KTT Perubahan Iklim PBB (COP27) di Mesir menunjukkan bahwa krisis ekonomi dunia yang disebabkan oleh invasi Rusia ke Ukraina menyebabkan pemerintahan berbagai negara mengesampingkan target-target iklim mereka demi mengamankan pasokan energi fosil. Laporan yang disampaikan oleh Konsorsium Climate Action Tracker (Konsorsium CAT) itu mengatakan bahwa kenaikan harga sekaligus kelangkaan energi akibat konflik di Ukraina membuat energi bersih tidak diprioritaskan banyak negara, yang justru melipatgandakan penggunaan bahan bakar fosil. Laporan itu menyatakan, fenomena tersebut diperparah oleh dorongan industri minyak dan gas yang mempromosikan bahan bakar fosil sebagai solusi terbaik krisis energi. Di sisi lain, penelitian Konsorsium CAT justru menyebut bahan bakar fosil lah yang menjadi penyebab – alih-alih solusi – krisis energi yang sedang terjadi. Konsorsium itu mengatakan, penggunaan sumber-sumber energi terbarukan, elektrifikasi dan praktik efisiensi energi merupakan opsi termurah, tercepat dan teraman untuk mengatasi masalah itu sejauh ini. Climate Action Tracker sendiri merupakan sebuah konsorsium penelitian ilmiah independen yang didanai beberapa negara dan yayasan regional. Konsorsium itu melacak langkah-langkah iklim pemerintah berbagai negara di seluruh dunia dan membandingkannya dengan komitmen global yang disepakati dalam Perjanjian Paris 2015. Perjanjian itu menetapkan target untuk membatasi kenaikan suhu Bumi di bawah 2 derajat Celsius – atau lebih baik lagi di bawah 1,5 derajat Celcius – dibandingkan tingkat pra-industri. Negara-negara di seluruh dunia juga berkomitmen mencapai emisi nol karbon pada 2050. Laporan itu menyatakan bahwa rencana banyak negara untuk memperluas penggunaan gas alam cair (LNG), sebagai contoh, akan sangat membahayakan target untuk membatasi pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius. Konsorsium itu juga mengatakan analisis mereka menemukan bahwa kapasitas LNG tengah dibangun, dibarengi rencana untuk memperluas pembangunan. Hal itu dinilai dapat meningkatkan emisi karbon dioksida hingga lebih dari 1,9 gigaton per tahun pada 2030. Laporan itu memperingatkan, dengan skenario yang ada saat ini, planet Bumi sedang menuju pemanasan global yang lebih parah, dengan kenaikan suhu hingga 2,4 derajat Celcius pada 2030. [rd/lt]
China Tegaskan Komitmen Lawan Perubahan Iklim di COP27
Utusan iklim China mengatakan dalam sebuah KTT PBB pada Selasa (8/11) bahwa negaranya tidak akan mundur dari perang melawan pemanasan global. Hal itu disampaikan sehari setelah Beijing dan Washington didesak untuk meningkatkan upaya mereka. “Krisis energi dan pangan telah melanda dunia bertubi-tubi, dan proses aksi iklim menghadapi tantangan serius,” kata Xie Zhenhua dalam pertempuan yang dihadiri sekitar 100 pemimpin dunia di KTT iklim COP27 di Mesir. “China telah secara aktif merespons perubahan iklim dengan aksi berkelanjutan dan pragmatik,” tambahnya. “Tekad China untuk berpartisipasi aktif dalam tata kelola iklim global tidak akan mundur, apalagi berubah,” tandas Xie. Tapi berbagai upaya untuk mencapai kemajuan dalam mengatasi pemanasan global terhambat pada Agustus ketika China menangguhkan kerjasama iklim dengan AS, setelah kunjungan Ketua DPR Nancy Pelosi ke Taiwan. Kedua negara penyumbang polusi terbesar di dunia itu tahun lalu berjanji untuk bekerja sama untuk mempercepat aksi iklim pada dekade ini, dan berjanji untuk bertemu secara rutin untuk mengatasi krisis itu. Pemimpin PBB Antonio Guterres mengatakan dalam KTT itu pada Senin (7/11) bahwa China dan AS memiliki “tanggung jawab tertentu” untuk bergabung dalam “pakta bersejarah” untuk melipatgandakan upaya guna mempercepat transisi dari bahan bakar fosil. [vm/lt]
Sekjen PBB Peringatkan Kondisi Gawat Darurat Iklim Global
KTT iklim global sedang berlangsung di Sharm el-Sheikh, dan Sekjen PBB Antonio Guterres pada Senin (7/11) memperingatkan bahwa negara-negara, khususnya yang paling kaya, harus bertindak cepat untuk menghindari kehancuran ekologi. “Kita sedang berada pada jalan raya ke neraka iklim dan kaki kita menginjak pedal gas mobil dengan kencang,” demikian deklarasi Guterres pada forum internasional yang disponsori oleh PBB itu. “Kita sedang memperjuangkan kehidupan kita dan kita sedang kalah.” Kunci dari pembahasan tahun ini adalah bagaimana dan sejauh mana negara-negara industri paling kaya yang menghasilkan porsi terbesar dari emisi rumah kaca, termasuk AS, harus membantu negara-negara miskin yang acapkali paling besar menderita akibat perubahan iklim ini. Konferensi yang secara resmi dimulai pada hari Minggu itu mengatakan Bumi mengalami suhu paling panas selama delapan tahun, termasuk kurun sejak negara-negara menyetujui persetujuan Paris yang bersejarah pada 2015. Persetujuan itu menyerukan bagi pengurangan besar emisi gas rumah kaca lewat transformasi ke sumber energi bersih dan pengurangan penggunaan bahan bakar fosil guna memperlambat pemanasan global. [jm/lt]
Dirjen WTO: Perdagangan Ikut Berkontribusi pada Emisi Karbon
Kepala Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) Ngozi Okonjo-Iweala hari Senin (6/11) mengakui perdagangan ikut berkontribusi terhadap emisi karbon, dan bahwa laporan baru WTO menunjukkan mencabut tarif dan hambatan lain untuk perdagangan produk energi ramah lingkungan akan meningkatkan ekspor dan mengurangi emisi. Okonjo-Iweala mengatakan Laporan Perdagangan Dunia yang terbaru, yang menurut rencana akan dirilis dalam pembukaan KTT Iklim PBB, mendapati bahwa sejak tahun 1990 perdagangan telah ikut menurunkan harga listrik tenaga surya hingga 97%. Namun sebagaimana kebanyakan kegiatan ekonomi, perdagangan juga mengeluarkan gas rumah kaca dan emisi CO2 yang terkait ekspor barang dan jasa internasional; dan ikut menyumbang 30% emisi karbon global pada tahun 2018. “Perdagangan dipandang sebagai penyumbang emisi karbon, dan ini benar,” ujar Okonjo-Iweala kepada wartawan dalam konferensi pers di Sharm El Sheikh, Mesir. “Tetapi di sisi lain, Anda tidak dapat menyelesaikan krisis iklim tanpa perdagangan, dan ini adalah bagian dari persamaan yang belum diperhatikan,” tambahnya. Menurutnya, perdagangan diperlukan untuk mendapatkan teknolgi dari satu bagian dunia di mana teknologi dibuat dan diproduksi, ke bagian lain. Laporan itu mengatakan penghapusan tarif dan pengurangan tindakan non-tarif pada “barang-barang ramah lingkungan terkait energi,” seperti menghasilkan energi bersih atau membantu mengendalikan polusi udara, dapat meningkatkan ekspor hingga 5% pada tahun 2030 nanti. Peningkatan yang dihasilkan dalam efesiensi energi dan adopsi, serta penggunaan energi terbarukan, akan mengurangi emisi global sebesar 0,6%. [em/lt]
Pemimpin Dunia Berkumpul untuk Pembicaraan Iklim
Para pemimpin dunia yang hari Senin (7/11) bertemu untuk pembicaraan iklim di Mesir berada di bawah tekanan untuk memperdalam pengurangan emisi dan memberi dukungan finansial untuk negara-negara berkembang yang telah rusak oleh dampak kenaikan suhu. KTT Iklim PBB COP27 di Sharm el-Sheik, kota resor di kawasan Laut Merah, berlangsung sementara berbagai negara di seluruh dunia menghadapi bencana alam yang kian intens, yang telah merenggut ribuan nyawa pada tahun ini saja dan menimbulkan kerugian miliaran dolar. Pada acara pembukaan yang dilaksakan pada Minggu (6/11), para pejabat COP27 mendesak pemerintah negara-negara agar meningkatkan upaya mengatasi perubahan iklim terlepas dari krisis ekonomi terkait perang Rusia di Ukraina, krisis energi, inflasi yang membubung dan pandemi COVID-19 yang terus berlangsung. “Yang dikhawatirkan adalah prioritas lainnya yang didahulukan,” kata pejabat perubahan iklim senior PBB Simon Stiell pada konferensi pers. Dunia harus memangkas emisi gas rumah kaca 45% pada tahun 2030 untuk membatasi pemanasan global 1,5 derajat Celsius di atas level pada akhir abad ke-19. Namun, kecenderungannya sekarang ini adalah polusi karbon meningkat 10% pada akhir dekade dan permukaan Bumi memanas 2,8 derajat Celsius, menurut berbagai temuan yang diungkapkan dalam beberapa hari ini. Hanya 29 dari 194 negara yang telah mengetengahkan rencana iklim yang lebih baik, seperti yang diserukan pada pembicaraan PBB di Glasgow tahun lalu, kata Stiell. Sekitar 110 kepala negara dan pemerintahan diperkirakan berpartisipasi dalam pembicaraan dua hari. Pemimpin China Xi Jinping, yang negaranya merupakan penghasil gas rumah kaca utama dunia, absen dalam KTT ini. Presiden AS Joe Biden, yang negaranya menduduki tempat kedua dalam daftar pembuat polusi utama, akan bergabung dengan COP27 belakangan pekan ini setelah pemilihan paruh waktu hari Selasa. Pada pemilihan ini, partai Republik yang bersikap memusuhi tindakan internasional terhadap perubahan iklim dapat mengambil alih mayoritas di Kongres. “Kerugian dan Kerusakan’ Luiz Inacio Lula da Silva, yang baru saja menang pemilihan presiden Brasil, diperkirakan akan menghadiri KTT ini. Harapan tinggi disematkan padanya bahwa ia akan melindungi Amazon dari deforestasi setelah ia mengalahkan Presiden Jair Bolsonaro yang skeptis mengenai iklim. Pemimpin baru lainnya, PM Inggris Rishi Sunak, membatalkan keputusannya untuk absen dalam pembicaraan ini. Ia akan mendesak negara-negara untuk bergerak “lebih jauh dan lebih cepat” dalam mengalihkan penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap. Ia juga akan mengadakan diskusi dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron. Pada hari Minggu, para kepala negara berkembang meraih kemenangan kecil sewaktu para delegasi sepakat untuk memasukkan isu kontroversial mengenai uang untuk “kerugian dan kerusakan” dalam agenda KTT itu. Pakistan, yang memimpin blok negosiasi G77+China yang berpengaruh dan beranggotakan lebih dari 130 negara berkembang, telah menjadikan isu itu sebagai prioritas. “Kami jelas menganggap ini sebagai keberhasilan bagi para pihak,” kata Sameh Shoukry dari Mesir, yang memimpin COP27 ini. AS dan Uni Eropa telah bertindak lamban mengenai isu ini selama bertahun-tahun, karena khawatir ini akan menciptakan suatu kerangka kerja ganti rugi yang terbuka. Namun, Wakil Presiden Komisi Eropa Frans Timmermans menyambut baik dimasukkannya kerusakan dan kerugian itu dalam agenda. Ia mencuit bahwa “krisis iklim memiliki dampak melebihi apa yang dapat ditanggung sendiri oleh negara-negara yang rentan.” Negara-negara kaya juga diperkirakan akan menetapkan jadwal pengiriman $100 miliar per tahun utnuk membantu negara-negara berkembang menjadikan ekonomi mereka lebih ramah lingkungan dan membangun ketahanan terhadap perubahan iklim pada masa mendatang. COP27 dijadwalkan berlangsung hingga 18 November dengan pertemuan tingkat menteri. [uh/ab]
WSJ: Meta akan Lakukan PHK Massal Pekan Ini
Meta Platforms Inc. akan memulai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran pada pekan ini yang akan berdampak pada ribuan karyawan, Wall Street Journal mengutip beberapa sumber yang memahami isu tersebut, melaporkan pada Minggu (6/11). Pengumuman tersebut akan disampaikan paling cepat pada Rabu (9/11). Meta menolak mengomentari laporan WSJ. Induk Facebook, Meta, pada Oktober memprediksi bahwa kuartal akhir tahun akan melemah. Raksasa teknologi itu juga memperkirakan adanya biaya yang jauh lebih besar pada tahun depan yang akan menghapus sekitar $67 miliar nilai saham Meta. Sebelumnya nilai saham Meta sudah mengalami kerugian separuh triliun dolar tahun ini. Perkiraan yang suram itu muncul ketika Meta menghadapi lambannya pertumbuhan ekonomi global, kompetisi dari TikTok, perubahan privasi dari Apple, kekhawatiran soal pembelanjaan besar metaverse dan ancaman regulasi yang selalu mengintai. CEO Mark Zuckerberg telah mengatakan ia memperkirakan investasi metaverse akan memakan waktu sekitar 10 tahun untuk membuahkan hasil. Untuk sementara, ia telah membekukan perekrutan, menyetop beberapa proyek dan mereorganisasi tim-tim untuk berhemat. [vm/ah]
COP27 Dibuka, Kompensasi Iklim bagi Negara Rentan Resmi Jadi Agenda Diskusi
Para delegasi akan berunding untuk memutuskan upaya guna mengatasi krisis iklim, termasuk untuk pertama kalinya membahas isu pemberian ganti rugi bagi negara-negara miskin yang terdampak perubahan iklim, meski memiliki tanggung jawab yang lebih sedikit dari negara maju dalam memicu pemanasan global.
PHK di Twitter Dimulai, Pemasang Iklan Khawatir
Twitter mulai melaksanakan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal sejalan dengan langkah Elon Musk sebagai pemilik baru untuk merombak perusahaan itu. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang kekacauan yang menyelimuti media sosial yang dianggap sebagai sumber informasi yang bisa dipercaya, hanya beberapa hari menjelang pemilu paruh waktu AS. Musk dan Twitter juga bisa menghadapi tuntutan hukum terkait waktu pelaksanaan PHK jumlah karyawan yang terkena PHK. Setidaknya satu tuntutan diajukan di San Francisco yang menuduh Twitter melanggar hukum federal, dengan tidak menyampaikan pemberitahuan tentang rencana PHK itu. Perusahaan memberi tahu para karyawan melalui email bahwa mereka akan mengetahui pada Jumat (5/10) jika mereka diberhentikan. Tidak disebutkan berapa banyak dari sekitar 7.500 karyawan yang akan kehilangan pekerjaan mereka. Musk tidak mengonfimasi atau mengoreksi investor Ron Baron dalam konferensi pada Jumat (5/11) di New York, ketika Baron bertanya kepada CEO Tesla itu, berapa banyak uang yang akan dia hemat setelah “memecat setengah dari karyawan Twitter.” Musk menanggapi dengan berbicara tentang tantangan biaya dan pendapatan Twitter, serta menyalahkan aktivis yang mendesak perusahaan besar untuk menghentikan iklan di media sosial itu. Musk belum mengomentari PHK itu sendiri. [ps/ft]