Stasiun Antariksa Internasional (ISS) menyambut kedatangan dua tamu asal Arab Saudi hari Senin (22/5), termasuk astronaut perempuan pertama kerajaan itu. Penerbangan sewaan SpaceX yang ditumpangi kedua astronaut Saudi dan dua astronaut lainnya itu tiba di laboratorium antariksa ISS kurang dari 16 jam setelah meluncur dari Florida. Keempat tamu akan berada di ISS selama seminggu lebih, sebelum kembali ke Bumi. Kunjungan di ketinggian 430 kilometer itu membuat jumlah total populasi di ISS menjadi 11 orang, yang tidak hanya mewakili Arab Saudi dan AS, tapi juga Uni Emirat Arab dan Rusia. Pemerintah Arab Saudi menanggung ongkos jutaan dolar untuk menerbangkan astronaut perempuan pertamanya, Rayyanah Barnawi, seorang peneliti sel induk, dan pilot pesawat tempur, Ali al-Qarni. “Saya di sini tidak hanya mewakili diri saya sendiri, tetapi juga harapan dan impian semua orang di negara saya. Semua orang di kawasan. Kami di sini berkumpul dengan berbagai budaya dan kolaborasi internasional ini. Ini menunjukkan betapa antariksa mempersatukan semua orang,” kata Rayyanah pada acara penyambutan di ISS. John Shoffner, pengusaha asal Knoxville, Tennessee, yang mendirikan sebuah tim balap mobil, membayar biaya penerbangannya sendiri. Sementara itu, pensiunan astronaut NASA Peggy Whitson menjadi pendamping mereka. Ia kini bekerja di Axiom Space, perusahaan swasta di Houston, Texas, yang mengadakan perjalanan selama 10 hari itu. Ini adalah perjalanan kedua Axiom Space ke ISS. [rd/ka]
Category: Dunia
Gempa Magnitudo 7,7 Guncang Pasifik Selatan, Tidak Ada Laporan Kerusakan
Survei Geologi AS (USGS) mengatakan gempa magnitudo 7,7 mengguncang kawasan selatan Pasifik hari Jumat (19/5). Gempa ini memicu peringatan tsunami yang kemudian dicabut untuk kawasan kepulauan Loyalty di Kaledonia Baru dan Vanuatu. USGS mengatakan gempa itu terjadi pukul 2.57 Universal Time (pukul 6.57 WIB) 334 kilometer sebelah timur kota Vao di Kaledona Baru, atau 436 kilometer sebelah barat daya Vanuatu. Gempa kuat lainnya, magnitude 5,9, tercatat di daerah yang sama sekitar 10 menit kemudian. Zona gempa berada d sebelah barat daya Fiji, sebelah utara Selandia Baru dan sebelah timur Australia, di mana Laut Coral bertemu dengan Samudra Pasifik. Pusat Peringatan Tsunami Pasifik (PTWC) mengeluarkan peringatan tsunami untuk kawasan itu dengan kemungkinan gelombang merusak setinggi hingga satu meter. Peringatan ini kemudian dicabut. Kantor Penanggulangan Bencana Nasional Vanuatu mengeluarkan pesan saran tsunami, dan warga dianjurkan agar mengungsi ke dataran yang lebih tinggi. Kantor berita Prancis AFP mengunggah video mengenai warga di ibu kota Kaledonia Baru, Nouma, di lereng bukit sambil mengamati perkembangan. Beberapa daerah di Vanuatu melaporkan gelombang sekitar setengah meter di atas level gelombang pasang normal. [uh/lt]
Para Astrofisikawan Klaim Saksikan Ledakan Kosmis Terbesar
Para ahli astrofisika telah menyaksikan apa yang mereka yakini sebagai ledakan kosmis terbesar yang pernah diketahui. Para peneliti mengatakan peristiwa tersebut telah diverifikasi oleh teleskop di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Spanyol, Chili, dan Inggris.
Lebih Dari Separuh Danau Besar Dunia Mengering
Lebih dari separuh danau dan waduk besar di dunia telah menyusut sejak awal 1990-an, di mana perubahan iklim menjadi penyebab utama penyusutan tersebut, demikian hasil sebuah penelitian yang diterbitkan pada Kamis (18/5). Situasi itu meningkatkan kekhawatiran akan persediaan air untuk pertanian, tenaga air, dan konsumsi manusia. Sebuah tim peneliti internasional melaporkan, beberapa sumber air paling penting di dunia, dari Laut Kaspia yang terletak antara Eropa dan Asia hingga Danau Titicaca di Amerika Selatan, kehilangan air dengan laju sekitar 22 gigaton per tahun, selama hampir 30 tahun. Jumlah tersebut sekitar 17 kali volume Danau Mead, waduk terbesar di Amerika Serikat. Fangfang Yao, ahli hidrologi permukaan air di University of Virginia yang memimpin studi di jurnal Science mengatakan, 56 persen penyusutan danau alami didorong oleh pemanasan iklim dan konsumsi manusia, dengan pemanasan mengambil “peran yang lebih besar” dalam penyusutan tersebut. Ilmuwan iklim umumnya berpikir bahwa daerah gersang di dunia akan menjadi lebih kering akibat perubahan iklim dan daerah basah akan menjadi lebih basah, tetapi studi tersebut mendapati bahwa bahkan di daerah lembab pun air hilang dalam jumlah yang signifikan. “Ini tidak boleh diabaikan,” kata Yao. Para ilmuwan menilai hampir 2.000 danau besar dengan menggunakan satelit yang digabung dengan model iklim dan hidrologi. Mereka mendapati bahwa konsumsi yang tidak berkelanjutan oleh manusia, perubahan curah hujan, sedimentasi, dan kenaikan suhu telah menurunkan permukaan danau secara global, dengan 53 persen danau menunjukkan penurunan dari tahun 1992 hingga 2020. [ps/rs]
Pesepeda Bantu Kurangi Limbah Makanan di Melbourne
Pesepeda mempuyai peran unik di Melbourne, Australia, membantu mengurangi limbah makanan. Mereka mengumpulkan limbah-limbah itu dari kafe dan restoran, kemudian mengubahnya menjadi kompos.
WMO: Lonjakan Rekor Suhu Dunia Diperkirakan Terjadi dalam Lima Tahun ke Depan
Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperingatkan suhu global tampaknya akan melonjak ke tingkat rekor dalam lima tahun ke depan, di mana suhu akan mencapai lebih dari 1,5 derajat Celsius di atas tingkat pra-industri selama sedikitnya satu tahun. Sekjen WMO Petteri Talaas mengatakan, “Kami memperkirakan dalam lima tahun mendatang kita akan mencapai 1,15 derajat Celsius, tetapi dalam 15-20 tahun mendatang mungkin akan ada fitur iklim yang lebih permanen.” Ditambahkannya, “ sebenarnya tidak ada jalan kembali ke masa lalu yang indah karena kita sudah memiliki konsentrasi karbon dioksida yang begitu tinggi dan telah meningkatkan konsentrasi metana di atmosfir.” CO2, metana dan gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global merupakan pendorong utama perubahan iklim. Meskipun banyak gas rumah kaca muncul secara alami, aktivitas manusia telah meningkatkan konsentrasinya di atmosfir. Talaas mengingatkan tren negatif kemungkinan akan berlanjut hingga tahun 2060an dan kemudian “kembali ke tingkat normal yang mungkin memakan waktu bahkan ribuan tahun karena kita sudah memiliki konsentrasi karbon dioksida yang tinggi” di atmosfir. Para pakar meteorologi memperkirakan perubahan paling dramatis akan terjadi di Kutub Utara, di mana pemanasannya sangat tinggi dan suhunya diperkirakan tiga kali lebih tinggi dibanding rata-tara global dalam lima tahun mendatang. Talaas mengingatkan bahwa hal itu akan menimbulkan dampak besar pada sistem lingkungan. “Kami memperkirakan akan ada perubahan dalam perikanan dan pencairan permafrost, di mana hal ini akan berdampak besar pada infrastruktur.” Ia mencatat banyaknya pemukiman yang dibangun di atas permafrost, “seperti jalur kereta api, jalan raya, pipa gas, dan sebagainya; dan mereka akan terancam punah karena tingkat pemanasan yang tinggi ini.” Laporan WMO memperkirakan pola curah hujan dalam lima tahun ke depan akan menghasilkan peningkatan curah hujan di Sahel, bagian utara Eropa, Alaska dan bagian utara Siberia, dan mengurangi curah hujan di Amazon dan beberapa bagian Australia. [em/jm]
PBB Jabarkan Cetak Biru untuk Kurangi Sampah Plastik Sebesar 80 Persen hingga 2040
Negara-negara dapat mengurangi polusi plastik sebesar 80 persen hingga tahun 2040 dengan menggunakan teknologi yang ada dan mengubah kebijakan besar, ungkap Program Lingkungan PBB (UNEP) dalam laporan terbaru pada Senin (15/5). Badan PBB yang berpusat di Kenya itu merilis analisisnya tentang pilihan kebijakan untuk mengatasi krisis limbah plastik, dua minggu sebelum sejumlah negara bertemu di Paris untuk putaran kedua pertemuan di mana mereka akan berunding menyusun perjanjian dunia yang bertujuan menghilangkan limbah plastik. Laporan itu berfokus pada tiga pergeseran pasar utama yang diperlukan untuk menciptakan ekonomi “sirkular” untuk menjaga agar barang-barang yang diproduksi tetap beredar selama mungkin. Cara-cara seperti penggunaan kembali, daur ulang, dan mengganti kemasan dari plastik ke bahan alternatif dapat digunakan untuk mengurangi sampah plastik. “Jika kita mengikuti peta jalan ini, termasuk dalam negosiasi kesepakatan polusi plastik, kita bisa mencapai keuntungan besar di bidang ekonomi, sosial, dan lingkungan,” kata Inger Andersen, Direktur Eksekutif UNEP. Perundingan perjanjian yang dikenal sebagai INC2 itu akan berlangsung dari 29 Mei hingga 2 Juni dan diharapkan menghasilkan masukan penting untuk rancangan perjanjian awal, yang perlu dicapai sebelum perundingan putaran ketiga di Kenya pada November mendatang. UNEP memperkirakan, promosi pemerintah soal opsi penggunaan kembali seperti sistem botol isi ulang atau sistem pengembalian barang, dapat mengurangi 30 persen sampah plastik hingga tahun 2040. [ps/jm]
Aktivis Berunjuk Rasa Menentang Rencana Pembuangan Air Fukushima
Puluhan aktivis antinuklir pada Selasa (16/5) berunjuk rasa menuntut Jepang agar membatalkan rencana membuang air yang sudah diolah, tetapi masih mengandung radioaktif ke laut dari sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) yang rusak akibat tsunami. “Jangan buang air tercemar ke laut!” seru para pengunjuk rasa di luar kantor pusat TEPCO, operator PLTN tersebut, di Tokyo. Mereka juga membawa spanduk dengan tuntutan seperti “Jangan cemari Pasifik dengan radioaktif,” dan “Stop air terkontaminasi.” Unjuk rasa dilakukan sementara TEPCO hampir menyelesaikan pembangunan fasilitas yang diperlukan sebelum pembuangan air yang diperkirakan berlangsung setelah Juni. Kyoungsook Choi, seorang aktivis Korea Selatan, mengatakan, “Lautan Pasifik bukan milik Jepang. Ini milik semua makhluk hidup di dalam lautan dan siapa pun yang bergantung padanya untuk mata pencaharian mereka.” Ia menambahkan bahwa Jepang tidak punya hak untuk membuang air radioaktif. Gempa bumi kuat dan tsunami pada tahun 2011 merusak sistem pendingin PLTN Fukushima Daiichi, merusak tiga reaktor, dan menyebabkan air pendingin di sana mengandung kadar radioaktif tinggi dan bocor ke ruang bawah tanah bangunan reaktor. Air tersebut dikumpulkan, diolah dan disimpan di tangki-tangki yang menutup sebagian besar PLTN tersebut. Pemerintah dan TEPCO mengatakan tangki-tangki itu harus disingkirkan untuk memberi ruang bagi penonaktifan PLTN tersebut dan untuk meminimalkan risiko kebocoran seandainya terjadi bencana lainnya. Rencana ini menghadapi protes keras dari komunitas nelayan setempat yang khawatir mengenai keamanan dan rusaknya reputasi. Negara-negara tetangga, termasuk Korea Selatan, China dan negara-negara Kepulauan Pasifik, telah memprotes rencana itu. Para pejabat Jepang mengatakan air itu akan disaring dengan aman dan kemudian diencerkan dengan sejumlah besar air laut sebelum dibuang, membuatnya tidak berbahaya bagi manusia dan lingkungan. Beberapa ilmuwan mengatakan dampak jangka panjang, paparan tritium dosis rendah dan radionuklida lainnya terhadap lingkungan dan manusia masih belum diketahui dan pembuangan itu seharusnya ditunda. Tokyo dan Seoul sepakat untuk menerima satu delegasi Korea Selatan berkunjung ke PLTN Fukushima Daiichi pada akhir Mei untuk mengamati persiapan pembuangan sementara kedua pihak berupaya untuk memperbaiki hubungan yang tegang akibat sengketa sejarah. [uh/lt]
Foto Gugusan Bintang dari Satu Juta Foto Teleskop Bentuk Mosaik Menakjubkan
Para astronom telah menciptakan mosaik menakjubkan dari gugusan bintang-bintang kecil yang bersembunyi di halaman belakang galaksi kita. Koleksi gambar tersebut yang dirilis pada Kamis (11/5), menunjukkan lima pembibitan bintang besar yang jaraknya kurang dari 1.500 tahun cahaya. Satu tahun cahaya setara dengan 9,7 triliun kilometer. Untuk mendapatkan atlas bintang-bintang tersebut, para ilmuwan menyatukan lebih dari satu juta foto yang diambil selama lima tahun oleh European Southern Observatory di Chile. Teleskop survei inframerah observatorium itu mampu mengintip melalui awan debu dan membedakannya dengan bintang-bintang kecil. “Kita bahkan dapat mendeteksi sumber cahaya yang paling redup, seperti bintang yang lebih kecil dari matahari, mengungkap objek-objek yang belum pernah dilihat siapa pun sebelumnya,” ujar Stefan Meingast dari Universitas Wina, yang merupakan penulis utama laporan itu. Pengamatan yang dilakukan dari tahun 2017 hingga 2022 itu akan membantu peneliti untuk lebih memahami bagaimana bintang berevolusi dari debu, tambah Meingast. Temuan tersebut, yang terbit dalam jurnal Astronomi dan Astrofisika itu, melengkapi pengamatan yang dilakukan oleh pesawat ruang angkasa Gaia milik Badan Antariksa Eropa, yang mengorbit hampir 1,5 juta kilometer jauhnya. Gaia memusatkan perhatian pada cahaya optik, melewatkan sebagian besar objek yang dikaburkan oleh debu kosmik, kata para peneliti. [em/jm]
AS dan UEA Umumkan ‘Dana Pertanian Iklim’ Telah Terkumpul Rp191 Triliun
Pendanaan untuk prakarsa global yang bertujuan untuk menciptakan pertanian yang lebih ramah lingkungan dan tahan iklim telah mencapai $13 miliar (sekitar Rp191 triliun), ungkap Amerika Serikat dan Uni Emirat Arab, yang secara bersama-sama memimpin prakarsa itu, hari Senin (8/5). Dengan jumlah itu, Misi Inovasi Pertanian (AIM) untuk Iklim, yang dimulai pada 2021, kini telah melampaui target $10 miliar yang diharapkan terkumpul sampai penyelenggaraan konferensi iklim COP28 pada November dan Desember mendatang di UEA. “Perubahan iklim terus berdampak pada praktik pertanian yang sudah lama dijalankan di setiap negara dan komitmen global yang kuat sangat dibutuhkan untuk menghadapi tantangan perubahan iklim ke depan,” kata Menteri Pertanian AS Tom Vilsack dalam sebuah pernyataan. Vilsack dan menteri perubahan iklim dan lingkungan UEA, Mariam bint Mohammed Almheiri, menjadi tuan rumah KTT Misi Inovasi Pertanian untuk Iklim di Washington pekan ini. “Saya rasa sisi positifnya yaitu dari $13 miliar dana yang terkumpul, $10 miliarnya berasal dari pemerintah dan $3 miliar lainnya berasal dari sektor swasta,” kata Almheiri. Sekitar seperempat hingga sepertiga emisi gas rumah kaca dunia berasal dari industri pangan, dari faktor-faktor seperti penggundulan hutan demi membuka lahan pertanian, emisi metana dari hewan ternak, ongkos energi terkait rantai pasokan, serta energi yang digunakan oleh konsumen untuk menyimpan dan memasak makanan. Pada saat bersamaan, perubahan iklim juga mengancam ketahanan pangan di seluruh dunia, seiring meningkatnya frekuensi gelombang panas, kekeringan dan peristiwa cuaca ekstrem. Beberapa proyek yang sedang berlangsung saat ini untuk mengatasinya, di antaranya pengembangan pupuk yang lebih ramah lingkungan, yang menggunakan lebih sedikit bahan bakar fosil dalam proses pembuatannya, serta kembali pada praktik-praktik “pertanian regenerasi” yang memulihkan keanekaragaman hayati tanah, sehingga meningkatkan hasil dan penyerapan karbon sambil mengurangi kebutuhan pemupukan. Sementara itu, alat-alat yang dilengkapi teknologi kecerdasan buatan tengah dikembangkan untuk dapat mengambil data dari berbagai sumber, termasuk satelit dan sensor tanah, untuk kemudian memperkirakan secara akurat seberapa kaya karbonkah suatu lahan. Hal itu diharapkan dapat membantu para petani meningkatkan kesehatan tanah dan memungkinkan terciptanya pasar karbon. Selain itu, agenda lainnya termasuk upaya untuk mengadaptasi teknik pertanian yang lebih efisien dan beralih ke tanaman yang membutuhkan lebih sedikit air di sejumlah daerah yang sudah terkena dampak perubahan iklim. “Petani kulit hitam, petani adat, petani berpenghasilan rendah, mereka membutuhkan akses ke inovasi ini juga,” kata mantan wakil presiden AS Al Gore yang juga aktivis iklim pada sesi pembukaan KTT itu. Utusan khusus AS dalam bidang iklim, John Kerry, serta para menteri dari Inggris, Komisi Eropa, Australia, Kenya, Meksiko dan Panama rencananya juga akan menyampaikan pidato dalam pertemuan tersebut. [rd/jm]