Sekelompok peretas yang berbasis di China telah membobol akun-akun email yang terkait dengan lembaga-lembaga pemerintah di Eropa Barat, kata Microsoft Corp. Dalam sebuah postingan online pada Selasa (11/7), Microsoft mengatakan kelompok itu diidentifikasi sebagai Storm-0558, yang berfokus pada tindakan seperti spionase dan pencurian data. Kelompok itu memperoleh akses ke akun-akun email yang terkait dengan sekitar 25 organisasi termasuk lembaga-lembaga pemerintah, dan ke akun-akun individu yang terkait dengan organisasi-organisasi tersebut. Aksi mereka tidak terdeteksi selama sekitar satu bulan sebelum para pelanggan mengeluh kepada Microsoft tentang aktivitas email yang tidak normal. “Kami menilai musuh ini fokus pada spionase, seperti mendapatkan akses ke sistem email untuk pengumpulan informasi intelijen,” kata Charlie Bell, wakil presiden eksekutif keamanan Microsoft, dalam posting terpisah Microsoft. Para peretas melakukan pelanggaran dengan memalsukan token otentikasi – sepotong informasi yang digunakan untuk memverifikasi identitas pengguna – yang diperlukan untuk mengakses akun email. Microsoft sejak itu menangani serangan tersebut dan memberi tahu para pelanggan yang terdampak. Microsoft mengatakan saat ini pihaknya bekerja sama dengan sejumlah pihak terkait, termasuk Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Keamanan Siber dan Badan Keamanan Infrastruktur, untuk berjaga-jaga dari serangan semacam itu. Microsoft juga mengatakan akan terus memantau aktivitas Storm-0558. Serangan Storm-0558 adalah pelanggaran keamanan terbaru yang dilakukan oleh para peretas yang berbasis di China. Bulan lalu, perusahaan keamanan siber milik Google, Mandiant, mengatakan sejumlah tersangka peretas China yang didukung pemerintah masuk ke jaringan ratusan organisasi sektor publik dan swasta secara global dengan memanfaatkan kelemahan di alat keamanan email yang populer. Awal tahun ini, Microsoft mengatakan para peretas China yang didukung pemerintah telah menarget sejumlah infrastruktur penting AS dan kemungkinan meletakkan kerangka dasar teknis yang berpotensi menimbulkan gangguan komunikasi penting antara AS dan Asia selama krisis di masa mendatang. China mengatakan AS juga terlibat dalam spionase dunia maya untuk melawannya, dengan meretas komputer universitas-universitas dan perusahaan-perusahaan di China. [ab/uh]
Category: Dunia
Minggu Paling Panas dalam Sejarah Tingkatkan Kekhawatiran akan Perubahan Iklim
Data awal yang dikumpulkan para ilmuwan iklim menunjukkan bahwa minggu pertama bulan Juli ini adalah minggu terpanas di planet bumi dalam catatan sejarah. Suhu sangat panas terjadi hampir di seluruh belahan dunia, sementara suhu di beberapa kawasan laut “jauh lebih tinggi” dibanding yang diproyeksikan oleh model perubahan iklim. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebut tanggal 7 Juli lalu sebagai hari terpanas yang pernah tercatat, di mana rata-rata suhu permukaan global adalah 17,24 derajat Celsius, atau 0,3 di atas rekor sebelumnya yaitu 16,94 derajat Celsius yang tercatat pada bulan Agustus 2016. Para ilmuwan sangat khawatir karena suhu panas ini terjadi sebelum terbentuknya pola cuaca El Nino di Pasifik, yang diperkirakan akan meningkatkan suhu global pada akhir tahun ini hingga 2024 nanti. “Kehangatan yang luar biasa di bulan Juni dan di awal Juli ini terjadi pada awal El Nino, yang diperkirakan akan semakin memicu panas, baik di darat maupun lautan, dan menyebabkan suhu yang lebih ekstrem dan gelombang panas di laut,” ungkap Direktur Layanan Iklim WMO Christopher Hewitt, dalam sebuah pernyataan. “Kita berada di wilayah yang belum dipetakan sebelumnya, dan kita dapat mengharapkan lebih banyak data saat El Nino berkembang lebih jauh. Dampak ini akan berlanjut hingga 2024,” tambah Hewitt. “Ini adalah berita yang mengkhawatirkan bagi planet ini.” Laporan WMO itu menyusul analisa yang sama mengerikannya yang dilakukan oleh Layanan Perubahan Iklim Copernicus Uni Eropa (European Union’s Copernicus Climate Change Service) di mana mereka mendapati bahwa bulan Juni merupakan satu-satunya bulan terpanas yang pernah tercatat. Dampak suhu yang lebih tinggi dari normal itu terasa di seluruh dunia, antara lain Kanada, Amerika Serikat, Meksiko, Asia dan bagian timur Australia. Selain suhu yang lebih tinggi, perubahan iklim menyebabkan pola cuaca yang lebih parah. Sebagian wilayah di Eropa mengalami cuaca yang jauh lebih kering dari biasanya pada bulan Juni lalu, termasuk bagian tengah dan timur Eropa, Skandinavia, Rusia, wilayah Tanduk Afrika, sebagian besar Afrika Selatan, Amerika Selatan dan sebagian Australia, yang semuanya memiliki curah hujan yang lebih rendah dari rata-rata. Sebagian wilayah Amerika Utara juga lebih kering dari biasanya, yang memicu kebakaran hutan besar-besaran, terutama di Kanada. Pada saat yang sama sebagian wilayah mengalami tingkat curah hujan yang jauh lebih tinggi dari perkiraan, termasuk di bagian barat Amerika Utara, sebagian Asia barat daya, Jepang, Afrika Selatan, Brasil, Chili, Selandia Baru dan sebagian Australia. Wilayah Jepang sendiri telah dilanda Topan Mawar, sementara Pakistan dilanda Topan Biparjoy. Eropa bagian selatan dan bagian barat Rusia juga mengalami curah hujan yang lebih tinggi, yang menyebabkan banjir yang signifikan. [em/rs]
OECD: 27% Pekerjaan Berisiko Digantikan oleh AI
Lebih dari 25 persen pekerjaan yang dipegang oleh pekerja yang tinggal di negara-negara terkaya di dunia bisa diambil alih oleh artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan yang semakin mirip manusia. Ini tertuang dalam laporan baru yang dirilis Selasa oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Organisasi itu melakukan survei terhadap 38 negara anggotanya – yang mencakup negara-negara kaya seperti Amerika Serikat dan Prancis serta ekonomi berkembang seperti Estonia dan Meksiko. Didapati bahwa 27 persen angkatan kerja memiliki pekerjaan yang dapat dengan mudah diotomatisasi. Survei juga mendapati bahwa para pekerja khawatir akan kehilangan mata pencarian karena AI. OECD mengatakan sejauh ini hanya ada sedikit bukti bahwa ini sedang terjadi, tetapi mungkin karena pengembangan AI masih dalam tahap awal. Survei juga dilakukan sebelum ledakan kemunculan AI generatif Seperti ChatGPT. Negara-negara yang paling terpapar berada di Eropa Timur termasuk Polandia, Republik Ceko dan Slovakia, dan Hongaria di mana lebih dari sepertiga pekerjaan bisa diotomatisasi dengan mudah. Terlepas dari kecemasan atas munculnya AI, dua pertiga pekerja yang sudah memanfaatkan AI mengatakan bahwa otomatisasi telah membuat pekerjaan mereka tidak terlalu berbahaya atau melelahkan. OECD mengatakan terpulang pada pembuat kebijakan untuk membantu pekerja bersiap akan perubahan itu dan memanfaatkan peluang yang akan dihadirkan AI. [ka/jm]
Perundingan Soal Penambangan Laut Dimulai di Jamaika
Perundingan penting mengenai masa depan penambangan laut dalam dan ekstraksi mineral dimulai di Jamaika pada Senin (10/7), seiring upaya para aktivis lingkungan untuk mengendalikan industri yang baru muncul tersebut, yang sejauh ini belum memiliki aturan hukum yang tegas. International Seabed Authority (ISA), sebuah badan antar-pemerintah yang kurang dikenal dan berkantor di Kingston, dan negara-negara anggotanya selama sepuluh tahun terakhir ini telah berupaya merumuskan aturan hukum untuk kemungkinan dilakukannya eksploitasi nikel, kobalt, dan tembaga di dasar laut dalam yang berada di luar yurisdiksi nasional. Tetapi kesepakatan itu sejauh ini sulit dipahami. Sejak hari Minggu (9/7), setelah berakhirnya tenggat waktu yang ditetapkan oleh Nauru, sebuah negara di kawasan Pasifik, maka ISA kini berkewajiban mempertimbangkan izin untuk operasi penambangan yang berpotensi merusak lingkungan. ISA baru akan bertindak jika pemerintah suatu negara meminta mereka. ISA, yang sedang melangsungkan pertemuan hingga akhir bulan nanti, sedang memasuki “periode pengambilan keputusan paling kritis dalam sejarah keberadaannya,” ujar Emma Wilson dari Koalisi Konservasi Laut Dalam. “Kami tidak akan membiarkan kegiatan eksploitasi dimulai” sebelum ada peraturan yang memadai,” tambah perwakilan Chili di ISA yang beranggotakan 36 orang dalam pembukaan perundingan itu hari Senin (10/7). “Kita harus memulai jeda pencegahan.” Dewan ISA pada bulan Maret lalu menegaskan bahwa eksploitasi komersil “sedianya tidak dilakukan” hingga aturan hukum soal penambangan laut dalam ini diberlakukan. Tetapi mereka tidak dapat menyepakati proses untuk mengkaji aplikasi yang ada, atau interpretasi yang tepat dari klausul yang dipicu oleh Nauru. Sejumlah LSM, yang khawatir perusahaan-perusahaan minyak itu akan mengeksploitasi jeda yang ada, berharap agar Dewan ISA membuat keputusan yang lebih jelas saat mengakhiri perundingan itu pada 21 Juli mendatang. [em/rs]
Legislator Korsel Memprotes Pelepasan Air Limbah dari PLTN Fukushima
Sejumlah legislator Korea Selatan mengadakan rapat umum di Tokyo bersama-sama dengan beberapa aktivis setempat pada hari Senin untuk menentang pelepasan limbah radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima yang rusak. Protes itu dilakukan di luar kantor Perdana Menteri Jepang, sewaktu menteri perindustrian Jepang mengunjungi PLTN itu yang rusak karena tsunami di Fukushima. Para demonstran terdengar meneriakkan “Dengarlah suara-suara dari Korea Selatan” dan “Cabut keputusan ini, dunia menentangnya.” Salah seorang legislator itu, Ju Cheol-hyeon dari Partai Demokrat Korea Selatan mengatakan, “Kami tidak dapat memahami maupun tinggal diam mengenai situasi di mana Jepang, negara maju yang menggambarkan dirinya sebagai pemimpin Asia, tidak dapat membuang limbah nuklir di dalam wilayahnya sendiri serta mengambil tindakan ilegal dan tidak etis untuk membuang air yang terkontaminasi ke laut.” Pemerintah Jepang mengatakan air itu harus dipindahkan untuk mencegah kebocoran yang tidak disengaja dan memberi ruang bagi penonaktifan fasilitas tersebut, dan berharap akan mulai melepaskan air tersebut musim panas ini. Rencana tersebut ditentang oleh komunitas nelayan Jepang yang khawatir akan kerusakan reputasi mereka. Berbagai kelompok di Korea Selatan dan China juga mengemukakan keprihatinan mereka. Pemerintah membela netralitas laporan akhir badan pengawas nuklir PBB yang menyimpulkan bahwa rencana pelepasan air limbah Jepang itu telah memenuhi standar keselamatan internasional, dan membantah tuduhan bahwa Jepang menekan Badan Energi Atom Internasional agar menerbitkan laporan yang menguntungkan pihaknya. [uh/ab]
Musim Kemarau Datang, Makin Banyak Satwa Liar Tertabrak di Australia
Tabrakan antara kendaraan bermotor dan satwa liar memang sering terjadi di Australia. Namun dengan musim kemarau yang melanda negara tersebut kali ini, jumlah hewan yang ditabrak kendaraan semakin meningkat.
Meta Luncurkan Threads, Pesaing Twitter, Tapi Tidak di Eropa
Perusahaan raksasa media sosial yang membawahi Facebook, Meta, secara resmi meluncurkan Threads, platform pesaing Twitter, pada Rabu (5/7) waktu Amerika Serikat. Namun peluncuran platform tersebut untuk wilayah Eropa ditunda karena masalah privasi data. Threads adalah penantang terbesar bagi Twitter, yang dimiliki oleh Elon Musk, yang menyaksikan sejumlah platform pesaing potensial muncul, tetapi belum dapat menggantikan posisi Twitter, yang menjadi salah satu platform media sosial paling ikonik meskipun Twittter kini dilanda sejumlah masalah besar. Threads sendiri hadir di Appstore dan Android pada pukul 23.00 GMT dengan akun yang sudah aktif untuk sejumlah selebriti seperti Shakira dan Jack Black, serta outlet media termasuk The Hollywood Reporter, Vice dan Netflix. “Selamat datang di Threads. Mari kita mulai,” tulis direktur eksekutif Meta dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg dalam unggahan pertamanya di platform baru tersebut, yang untuk saat ini akan berjalan tanpa iklan. Zuckerberg diketahui secara luas memanfaatkan kekacauan kepemilikan Twitter yang disebabkan oleh Musk dalam meluncurkan produk baru itu, yang perusahaannya diharapkan akan menjadi saluran komunikasi utama bagi para selebriti, perusahaan, dan politisi. “Sesederhana itu: Jika pengguna Instagram dengan jumlah pengikut yang banyak seperti Kardashian atau Bieber atau Messi mulai rutin menggunakan Threads, platform barus tersebut akan langsung mudah meroket,” ujar analis finansial strategis Brian Wieser di Substack. Analis Jasmine Engberg dari Insider Intelligence mengatakan, Threads hanya memerlukan satu dari empat pengguna bulanan Instagram “untuk menjadikannya sebesar Twitter.” “Pengguna Twitter sangat membutuhkan alternatif, dan Musk telah memberi Zuckerberg kesempatan itu,” tambahnya. [ps/rs]
IAEA Setujui Rencana Pembuangan Air Limbah PLTN Fukushima
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyetujui rencana Jepang untuk membuang air limbah olahan nuklir dari pembangkit listrik Fukushima Daiichi yang tidak beroperasi lagi ke Samudera Pasifik. Jepang berharap, langkah ini akan membantu menepiskan kekhawatiran mitra regional dan warganya sendiri, termasuk nelayan, yang dengan tegas menentang rencana tersebut. Dari Tokyo, Selasa, Dirjen IAEA Rafael Grossi mengatakan rencana yang diusulkan Jepang itu, konsisten dengan standar keselamatan IAEA dengan “dampak radiologis yang bisa diabaikan (diperkirakan) terhadap lingkungan, yang berarti air, ikan, dan sedimen.” Grossi mempresentasikan tinjauan terakhir IAEA yang diminta oleh Tokyo pada 2021 kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Kishida akan menentukan kapan pembuangan air limbah yang sarat kontroversi itu akan mulai dilakukan. Seluruh proses diperkirakan akan memakan waktu 30 hingga 40 tahun, mengingat banyaknya air radioaktif yang tersimpan dalam sekitar 1.000 tangki di pantai timur Jepang. Kishida berjanji pembuangan hanya akan dilakukan jika tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. “ Persetujuan IAEA, yang mengakhiri penyelidikan selama dua tahun, telah diantisipasi secara luas. Badan PBB itu menyetujui metodologi dan data yang diajukan pada enam kesempatan sebelumnya. [ka/jm]
PBB akan Gelar Pertemuan Pertama tentang Potensi Ancaman AI terhadap Perdamaian Dunia
Dewan Keamanan PBB akan mengadakan pertemuan pertama tentang potensi ancaman kecerdasan buatan (AI) terhadap perdamaian dan keamanan internasional. Pertemuan tersebut diselenggarakan oleh Inggris, yang melihat potensi yang luar biasa, namun juga risiko besar tentang kemungkinan penggunaan AI untuk senjata otomatis atau pengendalian senjata nuklir. Duta Besar Inggris Barbara Woodward, pada hari Senin (3/7), mengumumkan pertemuan tanggal 18 Juli mendatang sebagai inti dari kepresidenan Inggris pada dewan keamanan bulan ini. Pertemuan itu akan mencakup pengarahan oleh pakar AI internasional dan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, yang bulan lalu memperingatkan atas bentuk AI paling canggih yang “mengganggu” dari para penciptanya. “Para ilmuwan dan pakar telah meminta dunia untuk bertindak, menyatakan AI sebagai ancaman keberadaan bagi umat manusia yang setara dengan risiko perang nuklir,” kata Guterres. Guterres mengumumkan rencana untuk menunjuk dewan penasehat bidang kecerdasan buatan pada bulan September untuk mempersiapkan prakarsa yang bisa diambil oleh PBB. Ia juga mengatakan, akan mendukung pembentukkan badan baru PBB soal AI dan menyarankan Badan Energi Atom Internasional, yang dibentuk berdasar pada pengetahuan dan memiliki beberapa kekuatan regulasi, sebagai contoh organisasi yang dapat diikuti. Woodward mengatakan, pertemuan akan memulai diskusi tentang implikasi AI, yang akan diikuti dengan KTT yang diselenggarakan di Inggris akhir tahun ini. Ia menambahkan Inggris ingin mendorong “pendekatan multilateral untuk menangani peluang besar dan risiko yang dimiliki kecerdasan buatan bagi kita semua,” dan menekankan bahwa “hal tersebut akan membutuhkan upaya global.” Pada bulan Mei, kepala bidang kecerdasan buatan dari perusahaan yang membuat ChatGPT mengatakan kepada Senat AS bahwa intervensi pemerintah akan sangat penting untuk memitigasi risiko dari meningkatnya sistem AI yang yang sangat kuat, seraya mengatakan bahwa kemajuan teknologi yang tercipta juga membuat orang-orang merasa khawatir akan bagaimana hal itu akan mengubah hidup mereka. Ia menambahkan pihak perusahaan juga khawatir akan hal itu. [ps/rs]
Sekjen PBB Desak Negara Maritim Petakan Arah Pelayaran dengan Emisi Nol Bersih pada 2050
Sekjen PBB pada Senin (3/7) meminta negara-negara maritim agar menyepakati suatu arah bagi industri pelayaran untuk mengurangi emisinya yang merusak iklim menjadi nol bersih paling cepat pada pertengahan abad ini. Seruan Antonio Guterres itu muncul pada awal pertemuan Organisasi Maritim Internasional (IMO) di London yang dianggap sebagai kunci untuk membantu mencapai target internasional membatasi pemanasan global menjadi 1,5 derajat Celsius. “Pelayaran, yang menyumbang hampir 3% emisi global, akan sangat penting,” kata Guterres. Ia mendesak para delegasi untuk menyepakati suatu strategi gas rumah kaca baru bagi pelayaran yang mencakup “target-target ambisius berbasis sains mulai tahun 2030 – baik untuk pengurangan emisi absolut maupun penggunaan bahan bakar bersih.” Target IMO bagi industri pelayaran yang sekarang ini adalah mengurangi emisi setidaknya setengahnya dari 2008 hingga tahun 2050. Guterres mengatakan target-target baru itu harus mencakup semua emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh industri itu dan mendukung gagasan penerapan harga karbon untuk pelayaran. Para aktivis telah menyarankan agar dana yang digalang dari pungutan terkait emisi dapat digunakan untuk membantu negara-negara miskin mengatasi perubahan iklim, meskipun industri itu menghendaki uang itu ditujukan untuk pengembangan teknologi bersih. [uh/ab]