Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) mengatakan suhu rata-rata global untuk bulan Juli 2023 dipastikan menjadi rekor tertinggi dibandingkan bulan manapun. “Bulan Juli diperkirakan sekitar 1,5 derajat lebih panas dari rata-rata tahun 1850 hingga 1900-an. Jadi, rata-rata masa pra-industri,” kata Samantha Burgess, wakil direktur Layanan Perubahan Iklim Copernicus di Pusat Prakiraan Cuaca Jangka Menengah Eropa. Beberapa pengukuran dimulai pada tahun 1850, tetapi baru pada tahun 1880 para ilmuwan mulai memperkirakan suhu rata-rata seluruh planet. Burgess mengatakan para ilmuwan yang mengamati sejarah dan kondisi iklim purba serta catatan proksi dari endapan gua dan organisme kalsifikasi lainnya, seperti karang dan kerang, menemukan bahwa catatan pengamatan kembali ke puluhan ribu, bahkan ratusan ribu tahun. “Jadi, catatan terpanjang yang kita miliki adalah catatan inti es yang berumur 800.000 tahun, yang memberi kita perubahan konsentrasi rasio karbon dioksida dan oksigen di atmosfer.” Ia mencatat bahwa laporan kajian keenam Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa menemukan bahwa kondisi bumi belum pernah sepanas ini, dengan menggabungkan catatan pengamatan dan catatan iklim purba selama 120.000 tahun terakhir. WMO mengatakan gelombang panas berlangsung selama bulan Juli di sejumlah wilayah di belahan bumi utara, termasuk bagian selatan Eropa, dan suhu di sejumlah wilayah di Amerika Selatan dan sekitar Antartika meningkat di atas rata-rata. “Dari pengawasan iklim jangka panjang yang kami lakukan, kami mendapati bahwa bumi telah menghangat sejak zaman pra-industri. And kita melihat situasi saat ini dengan jelas dan peningkatan suhu yang drastis, yang berlangsung dalam beberapa dekade, telah terjadi sejak 1970-an,” ujar Chris Hewitt, direktur layanan iklim di WMO. Ia mengatakan tahun 2015 hingga tahun 2022 adalah periode delapan tahun terhangat yang pernah tercatat, dalam 170 tahun terakhir. Fakta tersebut, ujar Hewitt, terjadi di tengah kondisi La Nina yang terus berlangsung, yang menyebabkan suhu air di wilayah Samudra Pasifik mendingin dari suhu normalnya. [my/jm/rs]
Category: Dunia
Peretas Korea Utara Berhasil Bobol Situs Produsen Rudal Top Rusia
Sebuah kelompok elit peretas Korea Utara secara diam-diam berhasil meretas jaringan komputer pengembang rudal utama Rusia selama setidaknya lima bulan pada tahun lalu. Hal itu terungkap dalam sejumlah bukti teknis yang ditinjau Reuters dan analisis para peneliti keamanan. Reuters menemukan tim spionase dunia maya yang terkait dengan pemerintah Korea Utara, yang oleh peneliti keamanan disebut sebagai ScarCruft dan Lazarus. Mereka secara diam-diam memasang portal digital tersembunyi ke dalam sistem di NPO Mashinostroyeniya, biro desain roket yang berbasis di Reutov, sebuah kota kecil di pinggiran Moskow. Reuters belum mengetahui apakah ada data yang diambil selama peretasan atau informasi apa yang mungkin telah dilihat para peretas tersebut. Namun, dalam beberapa bulan setelah penyusupan digital ini, Pyongyang mengumumkan beberapa perkembangan dalam program misil balistik yang dilarang. Namun belum jelas apakah kemajuan tersebut terkait dengan aksi peretasan itu. Para ahli mengatakan insiden itu menunjukkan bagaimana negara yang terisolasi bahkan tetap menargetkan sekutunya, seperti Rusia, dalam upaya memperoleh teknologi penting. NPO Mashinostroyeniya tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Kedutaan Rusia di Washington juga tidak menanggapi permintaan komentar melalui email. Misi Korea Utara untuk PBB di New York tidak menanggapi permintaan komentar. Berita tentang peretasan ini mencuat tak lama setelah Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, melakukan lawatan ke Pyongyang pada bulan lalu untuk menghadiri peringatan 70 tahun Perang Korea. Lawatan itu adalah kunjungan pertama yang dilakukan oleh seorang Menteri Pertahanan Rusia ke Korea Utara sejak Uni Soviet bubar pada 1991. Perusahaan yang ditargetkan, umumnya dikenal sebagai NPO Mash, bertindak sebagai pelopor pengembang rudal hipersonik, teknologi satelit, dan persenjataan balistik generasi terbaru, menurut para pakar rudal. Tiga bidang tersebut sangat diminati Korea Utara sejak Pyongyang memulai misinya untuk menciptakan sebuah rudal balistik antarbenua atau ICBM yang mampu menghantam daratan Amerika Serikat (AS). Menurut data teknis, peretasan tersebut kira-kira dimulai pada akhir 2021 dan berlanjut hingga Mei 2022, menurut komunikasi internal di perusahaan yang ditinjau oleh Reuters. Pada Mei 2022, teknisi TI perusahaan berhasil mendeteksi adanya aktivitas peretasan. NPO Mash menjadi terkenal selama Perang Dingin sebagai produsen satelit utama untuk program luar angkasa Rusia dan sebagai penyedia rudal jelajah. Peretasan Email Para peretas menyelidiki kondisi teknologi informasi perusahaan tersebut, memberi mereka kemampuan untuk membaca lalu lintas email, beralih antara jaringan, dan mengekstrak data, menurut Tom Hegel, seorang peneliti keamanan dari perusahaan keamanan siber AS, SentinelOne, yang awalnya menemukan hal itu. “Temuan ini memberikan pandangan baru tentang operasi siber rahasia yang biasanya tetap tersembunyi dari pengawasan publik atau bahkan tidak pernah terdeteksi oleh korban seperti ini,” kata Hegel. Tim analis keamanan di SentinelOne yang dipimpin oleh Hegel mengetahui tentang peretasan itu setelah menemukan bahwa seorang staf TI NPO Mash secara tidak sengaja membocorkan komunikasi internal perusahaannya. Saat itu ia mencoba menyelidiki serangan dari Korea Utara dengan mengunggah sebuah bukti ke portal pribadi yang digunakan oleh peneliti keamanan siber di seluruh dunia. Pada 2019, Presiden Rusia Vladimir Putin menggembar-gemborkan rudal hipersonik “Zirkon” NPO Mash sebagai “produk baru yang menjanjikan.” Rudal itu disebut mampu bergerak dengan kecepatan sekitar sembilan kali kecepatan suara. Fakta bahwa para peretas Korea Utara mungkin telah memperoleh informasi tentang Zirkon tidak berarti mereka akan segera memiliki kemampuan yang sama, kata Markus Schiller, pakar rudal berbasis di Eropa yang meneliti tentang bantuan asing untuk program rudal Korea Utara. Namun, mengingat posisi NPO Mash sebagai perancang dan produsen rudal top Rusia, perusahaan itu akan menjadi target yang berharga, tambah Schiller. [ah/rs]
Microsoft: Serangan Phishing Platform Teams Dilakukan Peretas yang Terhubung dengan Rusia
Kelompok peretasan yang terkait dengan pemerintah Rusia membidik lusinan organisasi global untuk mencuri kredensial login. Para peretas tersebut berlagak sebagai tim dukungan teknis Microsoft dan berbincang dengan pengguna melalui aplikasi Teams, kata peneliti Microsoft pada Rabu (2/8). Serangan sosial rekayasa “dengan target yang sangat tertentu” tersebut mempengaruhi “kurang dari 40 organisasi unik global” sejak akhir Mei, menurut para peneliti Microsoft dalam sebuah blog, dan perusahaan sedang melakukan investigasi terkait masalah ini. Kedutaan Rusia di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar. Peretas menyiapkan domain dan akun yang tampak seperti dukungan teknis. Lalu, para peretas menghubungi para pengguna Teams melalui layanan obroal dan membujuk mereka untuk menyetujui permintaan autentikasi multifaktor (MFA), kata para peneliti. “Microsoft telah memitigasi aktor dari menggunakan domain dan terus menyelidiki aktivitas ini dan bekerja untuk memulihkan dampak serangan itu,” tambah mereka. Teams adalah platform komunikasi bisnis milik Microsoft, dengan lebih dari 280 juta pengguna aktif, menurut laporan keuangan perusahaan pada Januari. MFA adalah tindakan keamanan yang direkomendasikan secara luas yang ditujukan untuk mencegah peretasan atau pencurian kredensial. Namun, serangan yang ditargetkan pada Microsoft Teams menunjukkan bahwa para peretas terus mencari cara baru untuk dapat menembus keamanan aplikasi itu. Kelompok peretas di balik aktivitas tersebut, yang dikenal di industri sebagai Midnight Blizzard atau APT29, berbasis di Rusia. Pemerintah Inggris dan Amerika Serikat (AS) menghubungkan keberedaan organisasi tersebut dengan dinas intelijen asing negara itu, kata para peneliti. “Organisasi-organisasi yang menjadi target dalam aktivitas ini kemungkinan menunjukkan tujuan spionase khusus yang dilakukan Midnight Blizzard yang ditujukan kepada pemerintah, organisasi non-pemerintah (NGO), layanan TI, sektor teknologi, manufaktur diskret, dan media,” ujar meraka tanpa menyebutkan nama target-target tersebut. “Serangan terbaru ini, dikombinasikan dengan aktivitas masa lalu, lebih lanjut menunjukkan eksekusi tujuan Midnight Blizzard yang berkelanjutan menggunakan teknik baru dan umum,” tulis para peneliti. Midnight Blizzard diketahui menargetkan organisasi semacam itu, terutama di AS dan Eropa, sejak 2018, tambah mereka. Para peretas menggunakan akun Microsoft 365 milik bisnis kecil yang sudah diretas untuk membuat domain-domain baru yang tampaknya merupakan entitas dukungan teknis dan mengandung kata “microsoft” di dalamnya, sesuai dengan informasi yang tertera di blog Microsoft. Akun yang terhubung dengan domain-domain ini kemudian mengirimkan pesan phishing untuk menarik perhatian orang melalui Teams, demikian disampaikan oleh para peneliti. [ah/ft]
Australia Sambut Pencabutan Ancaman UNESCO Masukkan “Great Barrier Reef” ke Daftar Warisan Dunia yang Terancam
PM Australia Anthony Albanese, Selasa (8/1) menyambut baik rancangan keputusan UNESCO untuk mencabut ancaman akan menurunkan status “Great Barrier Reef” menjadi situs Warisan Dunia yang terancam. Albanase mengatakan, “Saya menyambut baik rancangan keputusan semalam dari Organisasi Pendidikan, Sains dan Budaya PBB, atau UNESCO, untuk tidak mencantumkan Great Barrier Reef ke daftar situs yang terancam. Ini mengukuhkan bahwa pemerintah saya bekerja keras untuk melindungi terumbu karang ini, mengambil tindakan terkait perubahan iklim, dan seluruh dunia tentu saja telah memperhatikan ini. Dan saya tahu bahwa ini khususnya kabar yang disambut baik bagi masyarakat di Queensland, di mana terumbu karang itu mendukung lapangan kerja lokal dan ekonomi lokal.” Pada November tahun lalu, UNESCO dan Uni Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) merekomendasikan agar sistem terumbu karang terbesar di dunia ini ditambahkan ke dalam Daftar Warisan Dunia yang Terancam Punah karena berbagai ancaman yang mencakup kenaikan suhu lautan. Tetapi UNESCO mengeluarkan laporan terbaru di Paris pada hari Senin (31/7) yang mengatakan pengevaluasian kembali apakah objek wisata terkenal di lepas pantai utara Australia itu sesuai dengan kriteria Warisan Dunia yang terancam patut dilakukan. Laporan itu merekomendasikan agar Australia mengajukan laporan kemajuan kepada Komite Warisan Dunia pada Februari mengenai komitmen-komitmennya untuk melakukan perbaikan lingkungan. [uh/ab]
Juli 2023 Menjadi Bulan Terpanas di Planet Bumi
Di Amerika Serikat, hampir 200 juta orang baru-baru ini mendapat peringatan cuaca panas ekstrem atau justru banjir. Di India, beberapa wilayah terendam banjir, sedangkan di Afghanistan pasokan air minim. Ilmuwan iklim memperingatkan, kondisi-kondisi itu dapat menjadi kenormalan baru.
Singa Laut, Lumba-Lumba California Diselamatkan dari Efek Alga Beracun
Singa laut dan lumba-lumba sakit akibat alga atau ganggang beracun di perairan California, di mana ratusan hewan terdampar di pantainya. Wartawan VOA Mike O’sullivan mengunjungi Pusat Mamalia Laut Pasifik di Laguna Beach, California, di mana para petugas menyelamatkan dan mengobati hewan-hewan yang sakit. Pusat Mamalia Laut Pasifik di Laguna Beach, California, merehabilitasi singa laut dan berbagai mamalia laut lainnya yang jatuh sakit karena asam domoat beracun yang dihasilkan oleh ganggang yang tumbuh dengan cepat. Dr. Alissa Deming adalah dokter hewan dan ilmuwan kelautan di pusat tersebut. Ia mengatakan racun tersebut dapat mengakibatkan kejang-kejang dan kerusakan otak pada mamalia laut. Ia menambahkan, “Rata-rata pada bulan Juni atau Juli, kami mungkin menyelamatkan mulai tiga hingga enam ekor singa laut California, dan dalam enam pekan ini, kami telah menyelamatkan dan merespons lebih dari 104 hewan.” Alga beracun semakin umum terlihat sewaktu air menjadi lebih hangat, seperti yang terjadi tahun ini dengan munculnya arus Samudera Pasifik dan pola cuaca yang disebut El Nino. Para petugas penyelamat dan dokter hewan memeriksa seekor singa laut muda, memeriksa tanda-tanda vital dan sampel darahnya. Reaksi akibat racun mungkin telah membawa hewan-hewan itu ke tempat ini. Tetapi banyak hewan di sana yang memiliki masalah lainnya. Glenn Gray adalah CEO Pusat Mamalia Laut Pasifik. Ia mengemukakan, “Kami mendapati bahwa lebih dari 40 persen pasien kami memiliki beberapa luka tembak. Ini mungkin bukan penyebab mereka terdampar di pantai atau mengapa mereka berada di sini, tetapi bagaimanapun, mereka juga menderita karena itu.” Luka tembak biasanya disebabkan oleh para nelayan yang melepaskan tembakan ke arah singa laut untuk membuat hewan-hewan itu menjauh dari hasil tangkapan mereka. Cedera lainnya diakibatkan oleh jeratan tali pancing atau jala nelayan. Tetapi hewan-hewan itu mendapatkan pertolongan di pusat tersebut. Dr. Deming memeriksa hasil ronsen seekor singa laut. Siripnya yang terluka telah diperbaiki melalui operasi. Hampir 25 persen singa laut dewasa mengidap kanker, kerap kali kanker serviks yang disebabkan oleh virus, seperti halnya yang terjadi pada manusia. Ini dipicu oleh substansi beracun buatan manusia yang dibuang atau hanyut ke lautan. Seekor singa laut yang dirawat baru-baru ini di pusat itu misalnya, hanya menderita keracunan. Tetapi singa laut ini dirawat hingga benar-benar sehat, dan kemudian dilepasliarkan ke rumahnya di lautan. Ini adalah kisah yang berakhir menyenangkan bagi hewan tersebut yang dilepaskan bersama satu ekor hewan lainnya. Shawn Abbey mengoordinasikan upaya penyelamatan dan respons di Pusat tersebut. Ia mengatakan, “Luar biasa. Maksud saya, inilah alasan kami bekerja di sini. Kami di sini untuk membuat kesehatan mereka pulih lagi dan membawa mereka kembali ke rumah mereka di lautan. Ini sungguh perasaan yang luar biasa akhirnya melihat hal itu.” Kesehatan sejumlah hewan lainnya tak pernah bisa pulih lagi. Akan tetapi para petugas di pusat itu mengatakan keberhasilan mereka memulihkan kesehatan hewan-hewan lainnya telah membuat upaya penyelamatan mereka itu sungguh berarti. [uh/ab]
Negara Bagian Victoria, Australia, Larang Gas di Rumah Baru
Negara bagian Victoria, Australia, melarang koneksi gas ke rumah-rumah baru mulai tahun depan. Rencana baru tersebut, yang dirancang untuk mengurangi emisi dan tagihan energi, akan mulai berlaku pada 1 Januari. “Mengurangi ketergantungan kita pada gas sangat penting untuk memenuhi target pengurangan emisi nol bersih kita yang ambisius pada 2045,” kata Menteri urusan Aksi Iklim Lily D’Ambrosio dalam sebuah pernyataan. Ia mengatakan “membuat semakin banyak warga Victoria menggunakan lebih banyak peralatan listrik yang efisien” akan menghemat uang pada tagihan energi mereka. Akan tetapi anggota oposisi di parlemen Victoria Brad Rowswell, mengatakan, rencana baru ini adalah “kebijakan yang terburu-buru, tidak terduga, tidak dipikirkan dengan baik yang akan berdampak pada kehidupan setiap warga Victoria.” Rowswell mengatakan ia percaya rencana tersebut akan menghabiskan lebih banyak uang warga Victoria. Sementara itu, Healthy Futures, organisasi payung dari berbagai organisasi dan profesional layanan kesehatan, memuji perubahan mendatang itu. Dr. Harry Jennens mengatakan kepada Australian Broadcasting bahwa seorang anak yang tinggal di rumah dengan kompor gas sama seperti anak yang tinggal di rumah dengan asap rokok. Victoria adalah konsumen gas alam terbesar di Australia. [uh/ab]
Advokat: Draf Perjanjian Kejahatan Siber Global Mengkhawatirkan
Perjanjian kejahatan siber global yang mendapat dukungan berbagai negara, termasuk Rusia, China, dan Venezuela membuat khawatir sejumlah negara demokrasi dan organisasi kebebasan sipil. Sejumlah negara dengan kepimpinan yang otoriter yang memiliki catatan hak asasi manusia dan kebebasan pers yang buruk, adalah pendukung awal dari perjanjian global PBB tersebut. Poin terakhir perjanjian itu akan dirundingkan di New York pada Agustus mendatang. Perjanjian yang pertama kali disarankan Rusia pada 2017 itu dimaksudkan untuk mendefinisikan apa yang dimaksud dengan kejahatan siber. Perjanjian tersebut dapat menjadi landasan bagi negara-negara anggota untuk memperkenalkan undang-undang baru. Tujuan perjanjian itu adalah memerangi kejahatan siber global. Tetapi Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya menyoroti beberapa isu, di antaranya bahwa perjanjian itu memungkinkan negara melakukan pengawasan dan penyensoran dengan kedok memerangi kejahatan siber. Sekilas, perjanjian internasional tentang kejahatan siber mungkin tampak seperti ide bagus, kata Barbora Bukovská dari organisasi kebebasan berpendapat, Article 19. “Namun perjanjian ini lebih dari sekadar untuk memerangi penipuan online, serangan siber dan kejahatan lainnya yang dilakukan melalui teknologi digital,” ujar Bukovská. “Draf ini mengikuti tren undang-undang kejahatan siber yang digunakan untuk menyerang kebebasan berpendapat, merongrong privasi, dan mengendalikan aktivitas online kita yang sah.” “Perjanjian itu juga memiliki konsekuensi nyata bagi jurnalis, pengkritik, pembela hak asasi manusia, dan masyarakat sipil,” tambah pakar yang berbasis di London itu. Rancangan perjanjian itu tidak memiliki perlindungan HAM dan akan memberi negara kewenangan luas untuk mengawasi yang bisa digunakan untuk menarget wartawan dan suara oposisi, kata para pakar. Komite ad hoc yang bertugas menyusun konvensi tersebut, yang terdiri dari beberapa negara, mencakup Amerika Serikat, Rusia, dan China, tidak membalas email VOA yang meminta komentar untuk berita ini. [ka/lt]
Badan Meteorologi Dunia Peringatkan Risiko Kematian akibat Gelombang Panas
Suhu diperkirakan mencapai rekor tertinggi di Italia pada Selasa (17/7). Badan Meteorologi Dunia memperingatkan peningkatan risiko kematian sementara gelombang panas dan cuaca ekstrem melanda berbagai bagian dunia, dari Eropa dan Asia hingga Timur Tengah dan Amerika Serikat.
Panas Ekstrem Landa AS dan Eropa, Pakar: Gambaran Iklim Kita pada Masa Depan
Panas ekstrem diperkirakan akan terus melanda AS dan Eropa hingga beberapa hari ke depan. Seorang pakar mengatakan, cuaca itu membunuh lebih banyak orang di AS dibandingkan badai dan banjir. Pakar lain mengimbau umat manusia mulai beradaptasi, karena ini adalah gambaran iklim Bumi pada masa depan.