Badan Luar Angkasa Jepang, Selasa (13/2) menunda peluncuran roket generasi lanjut mereka, yang rencananya akan dilakukan pekan ini karena prakiraan cuaca buruk, setelah dua upaya serupa sebelumnya berakhir dengan kegagalan. Roket H3…
Category: Asia Pasifik
Badan Intelijen Australia: Warga Rusia Berada di Balik Serangan Siber 2022
Australia mengincar seorang warga Rusia yang menjadi dalang dari serangan siber yang melumpuhkan pada tahun 2022. Negeri kangguru itu, pada Selasa (23/1), mengumumkan serangkaian sanksi “yang belum pernah terjadi sebelumnya” yang menarget…
Jepang Luncurkan Satelit untuk Awasi Rudal Korea
Jepang, Jumat (12/1) berhasil meluncurkan sebuah roket yang membawa satelit pengumpul data intelijen pemerintah dalam misi untuk mengawasi pergerakan di lokasi-lokasi militer di Korea Utara dan untuk meningkatkan tanggapan terhadap bencana alam….
PM Pakistan Serukan Persatuan Global untuk Atasi Dampak Perubahan Iklim
Perdana Menteri Pakistan, Rabu (10/1) menyerukan upaya terpadu untuk mengatasi penyakit menular global seperti COVID-19 dan keadaan darurat yang disebabkan oleh perubahan iklim, hampir 1,5 tahun setelah banjir dahsyat yang menewaskan 1.700…
Kekang Polusi, Kota-kota di China Hentikan Industri Berat
Dua kota di China barat laut, Xian dan Yinchuan, menyarankan penduduknya untuk tinggal di dalam rumah. Kedua kota membatasi produksi industri berat dan menghentikan pengolahan batu bara, serta memperingatkan akan adanya polusi…
Pendarat Bulan Milik Jepang Masuki Orbit Bulan
Wahana antariksa SLIM milik Jepang memasuki orbit bulan pada Senin (25/12), sebuah langkah besar menuju pendaratan pertama di bulan, yang diperkirakan akan dilakukan bulan depan. “Pendarat Cerdas untuk Menyelidiki Bulan” atau “The…
Shanghai Alami Akhir Tahun Paling Dingin dalam 40 Tahun
Shanghai bersiap mencatat rekor periode paling dingin pada bulan Desember dalam 40 tahun terakhir. Peringatan akan suhu rendah dan kondisi angin tersebut dikeluarkan pada Kamis (21/12), di saat ibu kota keuangan China…
Satelit Jepang Diluncurkan dari Selandia Baru
Rocket Lab, perusahaan berbasis di California yang berspesialisasi pada penempatan satelit kecil di orbit, berhasil meluncurkan sebuah satelit Jepang pada Jumat (15/12) dari kompleks antariksa perusahaan itu di Semenanjung Mahia, Selandia Baru….
Ilmuwan Hong Kong Kembangkan Kain yang Bisa Berubah-ubah Warna
Sebuah tim peneliti Hong Kong berhasil membuat kain yang bisa berubah-ubah warna dengan menggabungkan serat optik polimer dan teknologi kecerdasan buatan. Mereka yakin bahwa tekstil cerdas tersebut, yang pertama kali diperkenalkan di Milan Fashion Week awal tahun ini, dapat membuat industri fesyen lebih inklusif dan berkelanjutan. “Saya akan punya setiap warna untuk pakaian kesukaan saya” mungkin akan menjadi ungkapan masa lalu berkat kain yang dapat berubah warna ini, yang dikembangkan oleh tim peneliti di Hong Kong. Bahan pakaian ini dilengkapi dengan sebuah kamera kecil, dan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan untuk menghasilkan serangkaian iluminasi warna, mulai dari ungu gelap, hingga merah cerah. Tekstil cerdas ini dipamerkan di Milan Fashion Week awal tahun ini, dan tim yang mengembangkannya yakin hal ini dapat mendorong industri fesyen menuju masa depan yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan cerah. Jeanne Tan adalah anggota tim yang mengembangkan tekstil cerdas di Laboratory for Artificial Intelligence in Design, atau AiDLab, yang berbasis di Hong Kong. Ia menegaskan, penelitian mereka berfokus pada integrasi teknologi kecerdasan buatan dengan desain. “Jadi kami menggunakan serat optik polimer dengan benang berbahan dasar tekstil. Saat disentuh, bahan ini seperti kain rajutan biasa. Jadi sebenarnya sangat halus,” sebutnya. Kain ini tidak hanya nyaman, tapi juga bisa berubah warna sesuai gerakan sederhana penggunanya. Misalnya, jempol ke atas memicu warna biru tua, gerakan jari membentuk hati memunculkan warna merah jambu, dan gerakan jari yang menyiratkan ‘OK’ memicu iluminasi hijau permata. Fitur terbaru bahkan memungkinkan pemakainya memilih warna dari foto di ponselnya dan memproyeksikannya ke kain. Miffy Yu, seorang peneliti lain, mengatakan, karya mereka mendukung fesyen yang berkelanjutan. “Saat Anda membeli pakaian dengan model yang Anda sukai, Anda dapat mengubah warna pakaian tersebut karena bahan inovatif ini. Artinya cukup membeli satu pakaian saja, tapi pakaian itu bisa berubah warna. Dengan memakai kain ini, Anda tidak akan bertindak seperti anak muda lainnya yang mungkin membeli semua warna dari model pakaian yang mereka sukai. Saat tidak lagi menyukai nodel tersebut, mereka sering kali membuang seluruh pakaiannya, sehingga menjadi sampah,” komentarnya. AiDLab berharap suatu saat teknologi tersebut dapat dikomersialkan. Saat ini tekstil cerdas ini hanya dipajang di pusat-pusat perbelanjaan dan beberapa lokasi lain di Hong Kong. [ab/uh]
12 Tewas Akibat Hujan Deras dan Badai di India
Sebanyak 12 orang tewas akibat hujan lebat, sebelum Badai Tropis Michaung melanda sepanjang wilayah pantai di tenggara India pada Selasa (5/12), yang menyebabkan hujan lebat lebih lanjut dan angin kencang, kata para pejabat setempat. Badai melanda negara bagian Andhra Pradesh dengan kecepatan angin maksimum 90-100 kilometer per jam dan hembusan hingga 110 kilometer perjam, kata Departemen Meteorologi India, seraya menambahkan bahwa badai akan melemah dalam beberapa jam ke depan. Pihak berwenang bersiaga tinggi terhadap potensi hujan lebat selama 24 jam ke depan. Negara bagian lain di selatan, Tamil Nadu, mengalami hujan lebat selama berhari-hari menjelang badai. Hujan lebat memicu kecelakaan yang menyebabkan sedikitnya 12 kematian di seluruh distrik yang rentan, kata para pejabat kepada kantor berita Press Trust of India. Di ibu kota Tamil Nadu, Chennai, hujan dari sisi luar area badai menyebabkan tembok runtuh, pohon tumbang, dan jalan serta mobil-mobil terendam air setinggi lutut. Video pada Senin (4/12)s memperlihatkan air yang mengalir ke landasan bandara kota, memaksa pihak berwenang untuk menutup sementara dan membatalkan sejumlah penerbangan. Hujan kemudian mulai surut, dan bandara telah dibuka kembali, namun banyak bagian kota masih terendam banjir pada Selasa. Hujan juga mengguyur sebagian negara bagian Odisha di timur, namun belum ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan parah. Di Andhra Pradesh, tempat badai melanda di dekat distrik Ongole, para pejabat menutup sekolah-sekolah dan mengevakuasi lebih dari 9.000 orang dari daerah pesisir dan dataran rendah. Beberapa wilayah dari negara bagian tersebut diguyur hujan setinggi 390 milimeter pada Selasa pagi, sebelum badai mendekat, sehingga membuat para pejabat waspada ketika angin menumbangkan pepohonan dan merusak tanaman. Departemen Meteorologi India mengatakan, hujan bisa terus berlanjut selama beberapa hari ke depan. Michaung ada dalam daftar Badai Siklon Parah dalam sistem klasifikasi siklon departemen itu, karena kecepatan anginnya. Di Tamil Nadu, pihak berwenang mendirikan ribuan tenda bantuan di wilayah pesisir. Tim dari Pasukan Nasional Tanggap Bencana dan lembaga lainnya mengirimkan tim penyelamat dengan perahu untuk mengevakuasi ratusan orang yang terdampar di jalan dan di dalam rumah yang terendam banjir. Para pejabat, yang menyatakan hari libur umum di distrik-distrik yang terdampak badai, mendesak warga untuk tetap berada di dalam rumah. Pada Juni lalu, hujan mengguyur pantai India bagian barat dan Pakistan bagian selatan ketika Topan Biparjoy terdorong ke arah pantai, memaksa dua negara itu mengungsikan lebih dari 100 ribu warga ke tempat perlindungan. Pesisir India sudah tidak asing lagi dengan siklon, namun perubahan pola iklim telah menyebabkan siklon menjadi lebih intens, sehingga persiapan menghadapi bencana alam menjadi lebih mendesak. [ns/rs]