Korea Utara telah mengukuhkan bahwa peluncuran senjata terbarunya adalah uji coba kedua rudal balistik antarbenua atau ICBM-nya yang terbaru, Hwasong-18. Korea Utara mengatakan ini akan “menunjukkan dengan jelas” kepada Washington mengenai bahaya dan kecerobohan pilihan militernya di Semenanjung Korea. Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, yang hadir pada pagi peluncuran itu, juga memperingatkan tentang “serangkaian ofensif militer yang lebih kuat … hingga imperialis AS dan boneka pengkhianat Korea Selatan mengakui kekalahan memalukan mereka atas kebijakan bermusuhan mereka yang tak berguna” terhadap Pyongyang, kata media pemerintah KCNA, Kamis. Laporan itu menambahkan bahwa kawasan tersebut berada dalam “fase krisis nuklir di luar era Perang Dingin,” seraya mengutip penempatan bomber nuklir strategis dan kapal selam bertenaga nuklir AS ke Korea Selatan serta rencana pertemuan untuk meresmikan Kelompok Konsultatif Nuklir (NCG) kedua sekutu itu pekan depan. Keduanya adalah komitmen AS untuk Seoul sebagai bagian dari Deklarasi Washington pada April lalu untuk memperkuat pencegahan di tengah meningkatnya ancaman Korea Utara dan untuk meyakinkan rakyat Korea Selatan mengenai komitmennya untuk membela negara itu apabila terjadi keadaan darurat nuklir di Semenanjung itu. ICBM Hwasong-18 adalah bagian dari rencana jangka panjang Korea Utara untuk membangun negara berkekuatan nuklir, kata KCNA, untuk mencegah dan menanggapi dengan kuat “berbagai ancaman perang nuklir” dan mempertahankan keamanannya. Kementerian Pertahanan Korea Selatan tidak memberikan rincian tambahan dalam pengarahan rutin hari Kamis, dan hanya mengatakan bahwa analisis intelijen masih berlanjut bersama dengan mitra AS mereka. [uh/ab]
Category: Asia Pasifik
Microsoft: Peretas China Bobol Akun Email Pemerintah Eropa Barat
Sekelompok peretas yang berbasis di China telah membobol akun-akun email yang terkait dengan lembaga-lembaga pemerintah di Eropa Barat, kata Microsoft Corp. Dalam sebuah postingan online pada Selasa (11/7), Microsoft mengatakan kelompok itu diidentifikasi sebagai Storm-0558, yang berfokus pada tindakan seperti spionase dan pencurian data. Kelompok itu memperoleh akses ke akun-akun email yang terkait dengan sekitar 25 organisasi termasuk lembaga-lembaga pemerintah, dan ke akun-akun individu yang terkait dengan organisasi-organisasi tersebut. Aksi mereka tidak terdeteksi selama sekitar satu bulan sebelum para pelanggan mengeluh kepada Microsoft tentang aktivitas email yang tidak normal. “Kami menilai musuh ini fokus pada spionase, seperti mendapatkan akses ke sistem email untuk pengumpulan informasi intelijen,” kata Charlie Bell, wakil presiden eksekutif keamanan Microsoft, dalam posting terpisah Microsoft. Para peretas melakukan pelanggaran dengan memalsukan token otentikasi – sepotong informasi yang digunakan untuk memverifikasi identitas pengguna – yang diperlukan untuk mengakses akun email. Microsoft sejak itu menangani serangan tersebut dan memberi tahu para pelanggan yang terdampak. Microsoft mengatakan saat ini pihaknya bekerja sama dengan sejumlah pihak terkait, termasuk Departemen Keamanan Dalam Negeri dan Keamanan Siber dan Badan Keamanan Infrastruktur, untuk berjaga-jaga dari serangan semacam itu. Microsoft juga mengatakan akan terus memantau aktivitas Storm-0558. Serangan Storm-0558 adalah pelanggaran keamanan terbaru yang dilakukan oleh para peretas yang berbasis di China. Bulan lalu, perusahaan keamanan siber milik Google, Mandiant, mengatakan sejumlah tersangka peretas China yang didukung pemerintah masuk ke jaringan ratusan organisasi sektor publik dan swasta secara global dengan memanfaatkan kelemahan di alat keamanan email yang populer. Awal tahun ini, Microsoft mengatakan para peretas China yang didukung pemerintah telah menarget sejumlah infrastruktur penting AS dan kemungkinan meletakkan kerangka dasar teknis yang berpotensi menimbulkan gangguan komunikasi penting antara AS dan Asia selama krisis di masa mendatang. China mengatakan AS juga terlibat dalam spionase dunia maya untuk melawannya, dengan meretas komputer universitas-universitas dan perusahaan-perusahaan di China. [ab/uh]
Legislator Korsel Memprotes Pelepasan Air Limbah dari PLTN Fukushima
Sejumlah legislator Korea Selatan mengadakan rapat umum di Tokyo bersama-sama dengan beberapa aktivis setempat pada hari Senin untuk menentang pelepasan limbah radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima yang rusak. Protes itu dilakukan di luar kantor Perdana Menteri Jepang, sewaktu menteri perindustrian Jepang mengunjungi PLTN itu yang rusak karena tsunami di Fukushima. Para demonstran terdengar meneriakkan “Dengarlah suara-suara dari Korea Selatan” dan “Cabut keputusan ini, dunia menentangnya.” Salah seorang legislator itu, Ju Cheol-hyeon dari Partai Demokrat Korea Selatan mengatakan, “Kami tidak dapat memahami maupun tinggal diam mengenai situasi di mana Jepang, negara maju yang menggambarkan dirinya sebagai pemimpin Asia, tidak dapat membuang limbah nuklir di dalam wilayahnya sendiri serta mengambil tindakan ilegal dan tidak etis untuk membuang air yang terkontaminasi ke laut.” Pemerintah Jepang mengatakan air itu harus dipindahkan untuk mencegah kebocoran yang tidak disengaja dan memberi ruang bagi penonaktifan fasilitas tersebut, dan berharap akan mulai melepaskan air tersebut musim panas ini. Rencana tersebut ditentang oleh komunitas nelayan Jepang yang khawatir akan kerusakan reputasi mereka. Berbagai kelompok di Korea Selatan dan China juga mengemukakan keprihatinan mereka. Pemerintah membela netralitas laporan akhir badan pengawas nuklir PBB yang menyimpulkan bahwa rencana pelepasan air limbah Jepang itu telah memenuhi standar keselamatan internasional, dan membantah tuduhan bahwa Jepang menekan Badan Energi Atom Internasional agar menerbitkan laporan yang menguntungkan pihaknya. [uh/ab]
Hujan Lebat dan Longsor di Jepang, 1 Tewas, 3 Hilang
Pihak berwenang Jepang, pada Senin (10/7), mengatakan sedikitnya satu orang tewas dan tiga lainnya hilang dalam musibah tanah longsor yang melanda wilayah barat daya negara tersebut. Seorang perempuan berusia 77 tahun tewas ketika rumahnya di daerah pedesaan Fukuoka dilanda tanah longsor pada Minggu (9/7) malam. Suaminya ditemukan dalam kondisi sadar dan kini telah dilarikan ke rumah sakit. Tiga orang juga hilang setelah tanah longsor menyerang Kota Karatsu, yang terletak di prefektur Saga, yang bertetangga dengan Fukuoka, kata pihak berwenang setempat di wilayah tersebut. Badan Meteorologi Jepang (JMA) mendesak warga untuk berlindung karena hujan sangat lebat berisiko menyebabkan banjir dan tanah longsor di seluruh wilayah Fukuoka dan Oita. “Peringatan hujan lebat khusus telah dikeluarkan untuk seluruh kotamadya di prefektur Fukuoka. Ini adalah hujan paling lebat yang pernah berlangsung” di wilayah itu, ujar Satoshi Sugimoto di Divisi Prakiraan JMA kepada wartawan. “Sangat besar kemungkinan sejumlah bencana telah terjadi. … Situasinya sedemikian rupa sehingga banyak orang berada dalam bahaya dan karenanya keselamatan harus diutamakan,” tambahnya. Perintah evakuasi tidak wajib dikeluarkan di beberapa bagian Fukuoka, Oita, dan prefektur wilayah tetangga, yang telah membuka tempat perlindungan untuk menampung warga yang terpaksa meninggalkan rumah mereka. Kantor Perdana Menteri Jepang mengatakan telah membentuk satuan tugas untuk mengoordinasikan tanggapan terhadap musibah itu. Operator kereta api JR West mengatakan hujan lebat memaksa penghentian layanan kereta api cepat antara Hiroshima dan Fukuoka. Jepang saat ini tengah memasuki musim hujan tahunan yang seringkali disertai hujan lebat, dan terkadang mengakibatkan banjir dan tanah longsor yang menelan korban jiwa. Para ilmuwan mengatakan perubahan iklim telah membuat hujan turun semakin lebat di Jepang dan sejumlah tempat lain. Pada tahun 2021, hujan memicu tanah longsor dahsyat di pusat kota resor Atami yang menewaskan 27 orang. Sementara banjir dan tanah longsor yang melanda bagian barat Jepang pada musim hujan tahun 2018, menewaskan lebih dari 200 orang. [em/rs]
Suhu Ekstrem, Perusahaan di Beijing Diperintahkan Hentikan Kegiatan Luar Ruang
Perusahaan-perusahaan di ibu kota China, Beijing, Kamis (6/7) diperintahkan oleh pemerintah untuk menghentikan pekerjaan di luar ruangan setelah suhu panas terik diperkirakan mencapai 40 derajat Celsius. Departemen-departemen pemerintah diperintahkan untuk memastikan kaum lansia dan mereka yang sakit dapat terhindar dari kepanasan setelah kota berpenduduk 22 juta itu mengeluarkan peringatan “siaga merah,” tingkat tertinggi dalam sistem peringatan untuk suhu ekstrem. Liu Mian, seorang warga setempat mengatakan, “Sungguh menderita kalau saya harus keluar bekerja pada jam ini. Perusahaan saya berada di sebuah bangunan umum dan AC akan dimatikan pada pukul 6 sore. Tetapi kami harus terus bekerja, dan jendela-jendela tidak dapat dibuka. Cukup menyesakkan dan menyiksa. Dan sewaktu saya berjalan di bawah terik matahari, saya merasa seperti sepotong daging sedang dipanggang.” Pemerintah Senin melaporkan bahwa Beijing mencatat 10 hari dengan suhu di atas 35 derajat Celsius, rekor panjangnya hari dengan suhu sepanas itu sejak 1961. [uh/ab]
IAEA Beri Lampu Hijau Pembuangan Limbah PLTN Fukushima, China dan Korsel Khawatir
Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melangsungkan pertemuan dengan warga lokal untuk memastikan kelancaran pelepasan air limbah radioaktif PLTN Fukushima yang sudah diolah ke Samudra Pasifik. Meski IAEA memberikan lampu hijau, negara-negara tetangga Jepang tetap menyampaikan kekhawatiran.
Dirjen IAEA Grossi Kunjungi PLTN Fukushima
Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi, Rabu (5/7) bertolak menuju PLTN Fukushima Jepang. Kunjungan ini berlangsung sehari setelah pemimpin badan pengawas nuklir PBB itu mengumumkan bahwa rencana yang diusulkan Jepang untuk membuang air olahan limbah ke Samudra Pasifik telah sesuai dengan standar keselamatan badan tersebut, dengan “dampak radiologis yang diantisipasi dapat diabaikan terhadap lingkungan, artinya terhadap air, ikan dan sedimen.” Grossi mengatakan, “Saya akan bertemu dengan manajemen PLTN itu dan juga akan membangun kehadiran IAEA yang permanen di PLTN itu, dan akan bertemu dengan para pemangku kepentingan setempat; sebelas wali kota di kawasan, asosiasi nelayan dan semua yang memiliki pendapat mengenai itu, karena saya percaya pada transparansi, dialog terbuka dan pada dasarnya saya percaya pada validitas apa yang kami lakukan.” Grossi memberikan tinjauan terakhir, yang dimulai atas permintaan Tokyo pada 2021, kepada PM Jepang Fumio Kishida, yang akan mengambil keputusan akhir mengenai seberapa cepat pelepasan air limbah yang kontroversial itu akan dimulai. Sementara itu China, Selasa (5/7) mengingatkan bahwa persetujuan badan PBB itu seharusnya tidak menjadi “izin” bagi Jepang untuk melepaskan air limbah Fukushima yang telah diolah ke Samudra Pasifik. [uh/ab]
IAEA Setujui Rencana Pembuangan Air Limbah PLTN Fukushima
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyetujui rencana Jepang untuk membuang air limbah olahan nuklir dari pembangkit listrik Fukushima Daiichi yang tidak beroperasi lagi ke Samudera Pasifik. Jepang berharap, langkah ini akan membantu menepiskan kekhawatiran mitra regional dan warganya sendiri, termasuk nelayan, yang dengan tegas menentang rencana tersebut. Dari Tokyo, Selasa, Dirjen IAEA Rafael Grossi mengatakan rencana yang diusulkan Jepang itu, konsisten dengan standar keselamatan IAEA dengan “dampak radiologis yang bisa diabaikan (diperkirakan) terhadap lingkungan, yang berarti air, ikan, dan sedimen.” Grossi mempresentasikan tinjauan terakhir IAEA yang diminta oleh Tokyo pada 2021 kepada Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Kishida akan menentukan kapan pembuangan air limbah yang sarat kontroversi itu akan mulai dilakukan. Seluruh proses diperkirakan akan memakan waktu 30 hingga 40 tahun, mengingat banyaknya air radioaktif yang tersimpan dalam sekitar 1.000 tangki di pantai timur Jepang. Kishida berjanji pembuangan hanya akan dilakukan jika tidak berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. “ Persetujuan IAEA, yang mengakhiri penyelidikan selama dua tahun, telah diantisipasi secara luas. Badan PBB itu menyetujui metodologi dan data yang diajukan pada enam kesempatan sebelumnya. [ka/jm]
IAEA Setujui Rencana Jepang Lepaskan Air Limbah Radioaktif dari Fukushima
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah memberikan persetujuan bagi rencana Jepang untuk melepaskan ribuan galon air limbah berkadar radioaktif ringan dari reruntuhan PLTN Fukushima ke laut. Dirjen IAEA Rafael Grossi, memprensetasikan tinjauan akhir badan pengawas nuklir PBB itu terhadap rencana pemerintah Jepang kepada PM Fumio Kishida hari Selasa (4/7) tidak lama setelah ia tiba di Tokyo. Grossi mengatakan rencana untuk melepaskan air limbah yang telah diolah dari Fukushima itu sesuai dengan standar keamanan global dan “akan memiliki dampak radiologi yang dapat diabaikan terhadap manusia dan lingkungan.” Ia mengemukakan itu dalam pengantar tertulis untuk laporan itu, yang diselesaikan setelah peninjauan ulang selama dua tahun. Grossi dijadwalkan bertemu dengan para pejabat Jepang lainnya yang terlibat dalam rencana pelepasan air yang terkontaminasi dari Fukushima, dan secara pribadi akan mengunjungi PLTN itu hari Rabu. PLTN tidak dapat dioperasikan lagi sejak 11 Maret 2011, ketika gempa bumi berkekuatan 9,0 memicu tsunami yang menyapu kawasan timur laut Jepang sebelum mencapai prefektur Fukushima. Gelombang tinggi melumpuhkan sistem pendingin dan suplai listrik dan menyebabkan pelelehan tiga reaktor, menyebabkan sejumlah besar radiatsi ke udara dan memaksakan evakuasi ratusan ribu warga. Ini menjadikannya sebagai bencana nuklir terburuk sejak kecelakaan Chernobyl tahun 1986. Operator PLTN tersebut, Tokyo Electric Power, diperkirakan akan menerima persetujuan akhir dari regulator nuklir Jepang untuk mulai melepaskan air radioaktif sekitar pekan ini. Jepang mengatakan air radioaktif, yang digunakan untuk mendinginkan batang-batang bahan bakar nuklir di Fukushima setelah bencana, telah diencerkan ke tingkat di bawah standar internasional, dan akan dilepaskan perlahan-lahan ke laut dalam beberapa dekade. Tetapi rencana itu mendapat tentangan dari nelayan lokal maupun di negara tetangga China dan Korea Selatan, karena kekhawatiran mengenai kemungkinan pencemaran pantai dan wilayah penangkapan ikan. Grossi akan mengunjungi Korea Selatan serta Selandia Baru dan Kepulauan Cook, setelah kunjungannya ke Jepang untuk meredakan kekhawatiran mengenai rencana itu. [uh/ab]
Indonesia Harap Jepang Jamin Pembuangan Air Limbah PLTN Fukushima Tak Bahayakan Lingkungan
Indonesia berharap Jepang memastikan agar proses pembuangan air limbah radioaktif dari PLTN Fukushima dilakukan secara transparan dan tidak membahayakan lingkungan.