China saat ini tengah menyaksikan peningkatan kemarahan publik terhadap Jepang setelah Tokyo merilis air limbah radio aktif yang telah diolah dari PLTN Fukushima pada Kamis (24/8) lalu. Setelah Beijing melarang impor makanan hasil laut dari Jepang, warganet di China kini menyerukan pemboikotan sejumlah produk Jepang. Sejumlah analis mengatakan Beijing tengah mencoba mengirim pesan ke Tokyo lewat sentimen anti-Jepang yang meningkat tersebut. “Jepang telah merilis air limbah dan hal itu tidak bisa dibatalkan, jadi [membiarkan sentimen nasionalis berkembang] merupakan cara China untuk memperlihatkan kemarahannya,” kata Ian Chong, pakar ilmu politik di National University of Singapore kepada VOA dalam sebuah wawancara telepon. Beijing sendiri kini tengah menghadapi serangkaian masalah domestik, termasuk perlambatan ekonomi, tingkat pengangguran yang memecahkan rekor serta reshuffle mendadak pada personel di bidang kebijakan luar negeri dan militer. Beberapa pengamat mengatakan pemerintah China berusaha mengendalikan situasi tersebut melalui pengalihan fokus dari pembahasan domestik ke arah isu kesehatan publik yang menjadi kekhawatiran warga China. “Nasionalisme merupakan alat yang paling mudah bagi Beijing untuk mempersatukan masyarakat, dan isu kesehatan publik seperti ancaman radiasi yang tidak terlihat dan berasal dari luar negeri bisa dimanfaatkan karena diterima baik lintas kelas, geografis, maupun etnis,” kata Wen-Ti Sung, pakar ilmu politik di Australian National University kepada VOA dalam wawancara telepon. Sejak Jepang memulai membuang air limbah tersebut, para warganet di China telah memperingatkan publik agar tidak membeli sejumlah produk asal Jepang, termasuk kosmetik, perlengkapan bayi dan produk untuk hewan peliharaan, dan beberapa jenis makanan. Mereka menganggap produk-produk tersebut mengandung bahan-bahan yang terkontaminasi. “Daripada harus menghindari sejumlah merek asal Jepang, lebih baik saya tidak membeli semua produk dengan kata ‘Jepang’ di dalamnya,” tulis seorang warganet di situs media sosial terkenal di China, Weibo. Beberapa warganet mendorong publik untuk mendukung produk-produk lokal asal China. Selain dorongan boikot atas produk Jepang yang mewabah di media sosial, media-media China melaporkan sejumlah turis China kini mengurungkan niatnya untuk mengunjungi Jepang, yang telah menjadi salah satu destinasi wisata utama bagi warga China. Dorongan boikot untuk produk asal Jepang yang meluas membuat konsumen China kini menstok garam karena khawatir air limbah yang dilepaskan ke laut itu dapat mempengaruhi kualitas produk dan membuat garam menjadi langka untuk beberapa waktu ke depan. [jm/ka/rs]
Category: Asia Pasifik
Jepang Peringatkan Warganya terkait Serangan Balik atas Pembuangan Air Limbah Fukushima
Pemerintah Jepang memperingatkan warganya agar waspada saat mengunjungi China atau berada di sana, setelah muncul laporan pelecehan dan serangan terhadap warga Jepang di negara itu, yang diduga terkait serangan balik atas pembuangan air limbah olahan dari PLTN Fukushima.
Dibuang ke Samudra Pasifik, Penolakan terhadap Air Olahan Limbah PLTN Fukushima Berlanjut
Penolakan terhadap pembuangan air olahan limbah radioaktif dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima di Jepang berlanjut, terlepas dari jaminan keamanan pemerintah Jepang dan badan nuklir PBB setelah pembuangan ke Samudra Pasifik mulai dilakukan Kamis lalu.
Peluncuran Satelit Mata-mata Korut Lagi-lagi Gagal
Korea Utara mengatakan upaya keduanya untuk menempatkan satelit mata-mata ke orbit gagal pada hari Kamis (24/8), tiga bulan setelah yang pertama jatuh ke laut. Pemimpin Kim Jong Un telah menjadikan pengembangan sistem mata militer di angkasa sebagai prioritas utama, dan negaranya yang mempunyai senjata nuklir mengklaim bahwa hal itu diperlukan untuk mengimbangi aktivitas regional pasukan AS yang kian berkembang. Badan Pengembangan Dirgantara Nasional Korea Utara (NADA) “melakukan peluncuran kedua satelit pengintai Malligyong-1” pada hari Kamis, kata kantor berita pemerintah KCNA. “Peluncuran tersebut gagal karena kesalahan dalam sistem peledakan darurat selama penerbangan tahap ketiga,” kata NADA, seraya menambahkan bahwa masalah tersebut “bukan masalah besar” dan pihaknya akan mencobanya kembali pada bulan Oktober. Militer Korea Selatan mengatakan pihaknya mendeteksi peluncuran roket antariksa itu sekitar pukul 03.50 waktu setempat dan roket tersebut terbang di atas Laut Kuning. Militer Korea Selatan juga menambahkan bahwa operasi pencarian dan pengambilan puing-puing telah dimulai. Dewan Keamanan Nasional Korea Selatan mengecam peluncuran itu pada hari Kamis dan upaya Korea Utara sebelumnya pada bulan Mei, dengan mengatakan bahwa Pyongyang “membuang-buang sumber daya yang langka untuk melakukan provokasi yang sembrono sementara menyalahkan pejabat-pejabat yang lebih rendah atas situasi ekonomi yang menyebabkan rakyatnya mengalami kelaparan dan kematian”. Korea Utara telah memberi tahu Garda Pantai Jepang bahwa peluncuran satelit akan dilakukan antara tanggal 24 dan 31 Agustus, sehingga mendorong Tokyo untuk memobilisasi kapal-kapal dan sistem pertahanan rudal PAC-3 miliknya. Peluncuran tersebut pertama kali diketahui pemerintah Jepang, yang menyebutnya “sangat bermasalah” dan mengeluarkan peringatan singkat kepada penduduk di wilayah selatan Okinawa untuk berlindung. “Perilaku seperti ini bertentangan dengan resolusi PBB dan kami sudah menyampaikan protes keras,” kata Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida. Kishida menambahkan bahwa mengingat pertemuan puncak trilateral Camp David baru-baru ini, Washington, Tokyo dan Seoul “akan berkoordinasi erat lebih daripada sebelumnya” dalam menanggapi hal ini. Korea Utara dilarang berdasarkan beberapa resolusi PBB untuk menguji teknologi balistik, yang digunakan untuk rudal dan roket antariksa. Peluncuran tersebut “berisiko mengganggu stabilitas situasi keamanan di kawasan dan sekitarnya,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Adrienne Watson. [ab/uh]
PLTN Fukushima Siap Membuang Air Limbah Radioaktif ke Laut Kamis Sore
Eksekutif Tokyo Electric Power Company Holdings (TEPCO), Junichi Matsumoto, mengatakan akan mulai membuang air limbah radioaktif yang telah diolah dan dicairkan ke Samudera Pasifik pada Kamis (24/8). TEPCO adalah operator pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi yang hancur akibat gempa dahsyat dan tsunami pada 11 Maret 2011 lalu. Matsumoto, yang bertanggungjawab dalam proyek itu, mengatakan persiapan dan pengujian akhir telah memenuhi standar keamanan dan pembuangan limbah itu akan dimulai pada sore hari. Pembuangan air limbah radioaktif yang telah diolah dan dicairkan itu akan dimulai lebih dari 12 tahun setelah meledaknya tiga reaktor di PLTN yang rusak parah akibat gempa bumi dan tsunami besar yang melanda pantai timur laut Jepang. Air radioaktif, baik air tanah yang merembes maupun air yang digunakan untuk mendinginkan reaktor, telah terakumulasi di lokasi tersebut pasca bencana itu. TEPCO dan pemerintah mengatakan jumlah air yang sangat banyak telah menghambat tugas yang berat untuk menyingkirkan puing-puing lelehan beracun yang mematikan dari reaktor tersebut. “Pembuangan… air yang telah diolah merupakan tonggak penting sebagai bagian dari tugas besar penonaktifan,” ujar Matsumoto, seraya menunjukkan risiko luar biasa dari sisa pekerjaan yang masih ada. Pengolahan Air Limbah Radioaktif Matsumoto mengatakan telah melakukan langkah terakhir pada Selasa (22/8) sebelum pembuangan air limbah itu dimulai, yaitu dengan mengolah satu ton air yang berasal dari tangki penyimpanan untuk dicairkan dengan 1.200 ton air laut. Campuran itu disimpan di kolam utama selama dua hari dan sampel akhirnya diambil. Tingkat tritium dari sampel-sampel tersebut secara signifikan lebih aman dibanding tingkat tritium yang diizinkan secara hukum. Ia menambahkan bahwa kondisi laut yang tidak terlalu panas di sekitar PLTN Fukushima Daiichi itu memungkinkan pengambilan sampel air laut dengan kapal beberapa jam setelah pelepasan. Peluncuran roket Korea Utara yang gagal pada Kamis pagi tidak mempengaruhi wilayah Fukushima. Proses pengolahan air dapat mengurangi lebih dari 60 radionuklida lain ke tingkat yang dapat dibuang oleh pemerintah; kecuali tritium, yang menurut pemerintah dan TEPCO aman bagi manusia jika dikonsumsi dalam jumlah kecil. 460 Ton Air Limbah Siap Dibuang ke Laut Sebanyak 460 ton air akan dikirim ke kolam pencampuran pada hari Kamis untuk pembuangan yang sebenarnya. Pelepasan pada hari Kamis itu akan dimulai dengan air yang paling sedikit mengandung radioaktif untuk memastikan keamanannya, kata Matsumoto. Pemerintah Jepang mengumumkan pembuangan air limbah radioaktif itu ke laut pada tahun 2021, dan telah menghadapi protes keras, terutama dari kelompok-kelompok perikanan di Jepang. Kelompok-kelompok di Korea Selatan dan China juga menyuarakan keprihatinan, menjadikannya sebagai masalah politik dan diplomatik. Kelompok konservasi dan sejumlah aktivis lainnya termasuk di antara mereka yang melakukan protes di luar kantor pusat TEPCO di Tokyo dan sejumlah lokasi di Fukushima saat pengumuman persiapan akhir dilakukan. Sebagian air limbah radioaktif yang terkumpul di PLTN sejak bencana tahun 2011 itu telah didaur ulang agar reaktor yang rusak tetap dingin, karena tsunami menghancurkan sistem pendingin PLTN itu. Namun, sisa airnya disimpan di sekitar 1.000 tangki besar, yang telah terisi 98 persen dari kapasitas yang mencapai 1,37 juta ton. Tangki-tangki tersebut menutupi sebagian besar kompleks PLTN, yang membutuhkan ruang untuk membangun fasilitas baru yang diperlukan untuk melanjutkan penonaktifan PLTN itu. Otoritas berwenang mengatakan pembuangan itu harus dilakukan guna mencegah kebocoran yang tidak disengaja dari air yang tidak diolah dan tidak diencerkan, yang melebihi batas keamanan yang ditetapkan pemerintah. TEPCO berencana membuang sebanyak 31.200 ton air yang telah diolah pada akhir Maret 2024, yang akan mengosongkan hanya 10 tangki karena air yang terkontaminasi terus terakumulasi, meskipun kecepatan pembuangannya akan meningkat. Kelompok-kelompok perikanan Jepang khawatir bahwa pembuangan ini akan menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada reputasi makanan laut mereka. Hasil tangkapan ikan di prefektur Fukushima saat ini hanya sekitar seperlima dari tingkat sebelum bencana akibat penurunan populasi ikan dan ukuran tangkapan yang lebih kecil. Sementara itu, Pejabat di Badan Perikanan China telah memperketat pengujian radiasi pada produk Jepang yang berasal dari Fukushima dan sembilan prefektur lainnya. Pengetatan tersebut menghentikan ekspor di bea cukai selama berminggu-minggu. Matsumoto berjanji akan bekerja sama dengan pemerintah untuk melakukan yang terbaik dengan membatasi kerusakan tersebut. “Secara khusus, penting bagi kami untuk memastikan keamanan dan kualitas air tersebut sebelum membuangnya ke laut,” kata Matsumoto. “Hal lainnya adalah memastikan informasi yang cepat dan akurat berdasarkan ilmu pengetahuan.” [em/rs]
India Daratkan Pesawat di Kutub Selatan Bulan yang Belum Dijelajahi
Sebuah pesawat antariksa India telah mendarat di bulan, menjadi pesawat pertama yang mendarat di kutub selatan permukaan bulan, kata badan antariksa India. Upaya India untuk mendarat di bulan pada hari Rabu itu terjadi beberapa hari setelah wahana pendarat Luna-25 Rusia, yang juga menuju kutub selatan yang belum dieksplorasi, jatuh di bulan sebelum mencapai tujuannya. Ini adalah upaya kedua India untuk mencapai kutub selatan. Empat tahun silam, wahana pendarat India jatuh pada pendekatan terakhirnya. India menjadi negara keempat yang melakukan apa yang disebut “pendaratan lunak” di bulan – hal yang dicapai sebelumnya oleh AS, China dan bekas Uni Soviet. Namun, tak satu pun dari misi ke bulan itu yang berhasil mendarat di kutub selatan. Kutub selatan, di mana medannya kasar dan terjal, belum pernah dijelajahi. Misi yang sekarang ini, yang disebut Chandrayaan-3, diluncurkan ke antariksa pada 14 Juli lalu. [uh/ab]
Jepang Janjikan Dukungan Jangka Panjang untuk Sektor Perikanan Pasca Pembuangan Limbah PLTN Fukushima
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, pada Senin (21/8), menjanjikan dukungan penuh dari pemerintahnya untuk komunitas nelayan selama proses pembuangan air limbah radioaktif yang telah diolah dari PLTN Fukushima ke laut, yang diperkirakan memakan waktu puluhan tahun. Dalam pertemuan dengan perwakilan sektor perikanan, Kishida menjanjikan langkah-langkah untuk melindungi reputasi industri perikanan hingga proses pembuangan air limbah radioaktif itu selesai. Kepala Federasi Nasional Asosiasi Koperasi Perikanan Jepang Masanobu Sakamoto menegaskan kembali penolakan organisasinya terhadap pembuangan air limbah radioaktif itu. Ia mengatakan komunitas nelayan itu yakin dengan langkah-langkah keamanan yang diambil pemerintah, tetapi masih khawatir dengan dampak pada industri perikanan, dan menyambut baik janji pemerintah untuk memberikan dukungan. “Keamanan ilmiah dan rasa aman itu berbeda,” kata Sakamoto seraya menambahkan “meskipun aman, kerusakan reputasi tetap akan terjadi.” Penentuan Tanggal Pembuangan Air Limbah Radioaktif Berbicara pada wartawan, Kishida mengatakan tanggapan Sakamoto itu mengisyaratkan adanya pemahaman yang lebih baik, dan para menteri kabinet akan melangsungkan pertemuan pada hari Selasa (22/8) untuk menetapkan tanggal dimulainya proses pembuangan air limbah radioaktif yang telah diolah itu. Media pemerintah Jepang, NHK, mengatakan pemerintah berharap proses itu dapat dimulai paling cepat pada hari Kamis (24/8). Sakamoto menyambut baik janji pemerintah atas dukungan jangka panjangnya untuk perikanan dan upaya mencari dana tambahan yang diperlukan. Pemerintahan Kishida telah menawarkan dana sebesar 80 miliar yen atau sekitar US$550 juta untuk promosi penjualan dan langkah-langkah lain, dan untuk operasi penangkapan ikan yang berkelanjutan. Meredanya penolakan dari sektor industri perikanan adalah kunci pembuangan air limbah radioaktif tersebut karena pemerintah pada tahun 2015 telah berjanji untuk tidak memulai proses itu tanpa adanya “pemahaman” dari kelompok-kelompok nelayan, pasca pembuangan yang tidak disengaja dan tidak disetujui di masa lalu. Sistem Pendingin PLTN Fukushima Gempa bumi dan tsunami besar pada 11 Maret 2011 telah menghancurkan sistem pendingin PLTN Fukushima Daiichi, menyebabkan tiga reaktor meleleh dan mencemari air pendinginnya. Air tersebut dikumpulkan, disaring, dan disimpan di sekitar 1.000 tangki, yang akan mencapai kapasitasnya pada awal tahun 2024. Para ilmuwan umumnya setuju bahwa dampak lingkungan dari air limbah yang telah diolah akan minimal, tetapi beberapa pihak meminta perhatian lebih pada puluhan radionuklida dosis rendah yang masih tersisa di dalamnya. Pemerintah mengumumkan rencana pembuangan air limbah radioaktif yang sudah diolah itu pada bulan April 2021, dan sejak saat itu telah menghadapi tentangan keras dari organisasi nelayan Jepang yang khawatir akan kerusakan lebih lanjut pada reputasi makanan laut mereka saat berjuang untuk pulih dari gempa bumi tahun 2011. Pemerintah dan operator pabrik mengatakan air limbah radioaktif itu harus dibuang untuk memberi ruang bagi penonaktifan pabrik dan untuk mencegah kebocoran yang tidak disengaja dari tangki-tangki tersebut. Mereka mengatakan bahwa semua air yang telah diolah akan diproses ulang hingga mencapai tingkat yang dapat diterima secara hukum dan kemudian dicairkan, sehingga jauh lebih aman dibanding standar internasional. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) telah menyerukan pemerintah Jepang untuk bekerja sama guna meningkatkan transparansi dan kredibilitas. Dalam laporan akhir pada bulan Juli lalu, IAEA menyimpulkan bahwa jika dilakukan sesuai rencana, dampaknya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia akan minimal. Pemerintah juga telah meningkatkan upaya untuk menjelaskan rencana pembuangan air limbah radioaktif yang telah dikelola itu kepada negara-negara tetangga, terutama Korea Selatan, agar masalah tersebut tidak mengganggu hubungan mereka. [em/jm]
Perdana Menteri Jepang: Belum Diputuskan Kapan Tanggal Pelepasan Air Fukushima
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, pada Minggu (20/8), mengatakan pemerintahnya belum memutuskan kapan akan mulai melepaskan air limbah olahan dari pembangkit nuklir Fukushima yang lumpuh ke Samudera Pasifik. Berbagai laporan media menunjukkan bahwa pembuangan sebagian dari 1,34 juta ton air, yang menurut Jepang aman, bisa dimulai secepatnya pada bulan ini, meskipun terdapat kemarahan dari China dan kekhawatiran dari negara lain. Berbicara di situs Fukushima, yang hancur akibat tsunami pada 2011 dan menjadi salah satu kecelakaan atom terburuk di dunia, Kishida mengatakan, ia pertama-tama akan bertemu para pejabat industri perikanan untuk membahas keprihatinan mereka. “Saya harus menahan diri untuk tidak mengomentari waktu yang konkret untuk pelepasan ke laut pada saat ini, karena keputusan itu harus dibuat setelah pemerintah secara keseluruhan melihat langkah-langkah yang berkaitan dengan keamanan dan kerusakan reputasi (untuk industri perikanan),” kata Kishida kepada wartawan. Banyak nelayan Jepang menentang pelepasan tersebut, khawatir hal tersebut akan merusak upaya bertahun-tahun untuk meningkatkan citra industri tersebut pasca bencana 2011. Air limbah tersebut, setara lebih dari 500 kolam renang Olimpiade, telah terakumulasi dalam 12 tahun ini dari air yang digunakan untuk mendinginkan tiga reaktor yang meleleh, dicampur air tanah dan hujan. Menurut operator pembangkit listrik TEPCO, elemen radioaktif berbahaya telah disaring dan air yang rencananya akan dilepaskan berada dalam kategori aman. Pendapat tersebut telah didukung oleh badan atom PBB. Selama berbulan-bulan, Jepang mencoba meraih dukungan publik di dalam dan luar negeri, mulai dari menayangkan ikan hidup dalam air yang diolah itu hingga upaya melawan disinformasi yang beredar online. Kekhawatiran publik di Korea Selatan akan rencana itu tetap tinggi, tetapi pemerintah mengatakan bahwa tinjauannya terhadap rencana itu mendapati bahwa proses yang berjalan telah sesuai standar internasional. Tetapi China, yang memiliki hubungan dingin dengan Jepang, telah melarang impor pangan dari 10 prefektur Jepang dan menerapkan tes radiasi yang ketat pada makanan dari bagian lain negara itu. Pelepasan air yang diolah — maksimal 500.000 liter per hari, kata TEPCO — hanyalah salah satu tahap pembersihan. Tugas yang jauh lebih berbahaya masih menanti, yaitu memindahkan puing-puing radioaktif dan bahan bakar nuklir yang sangat berbahaya dari tiga reaktor yang mengalami kehancuran. [ka/jm]
India Hampir Sukses Lakukan Pendaratan di Bulan
Badan antariksa India pada Jumat (18/8) merilis gambar Bulan yang diambil dari pesawat ruang angkasa Chandrayaan-3 saat mendekati kutub selatan bulan. Wilayah sebelumnya belum dijelajahi sebelumnya, dan diduga mengandung air es. Rusia sendiri tengah berupaya untuk mencapai lokasi itu terlebih dahulu. Video yang diambil pada Kamis (17/8) tepat setelah pemisahan roket pendarat dari modul propulsi, menampilkan gambar dekat dari kawah-kawah saat satelit Bumi satu-satunya berputar. Badan antariksa India meluncurkan roket yang membawa pesawat ruang angkasa itu pada 14 Juli, meluncur dari pelabuhan antariksa utama negara itu di negara bagian selatan Andhra Pradesh. Alat tersebut dijadwalkan akan mendarat pada 23 Agustus. Rusia meluncurkan pesawat ruang angkasa pendaratan Bulan pertamanya dalam 47 tahun pada 11 Agustus. Moskow mengambil jalur singkat untuk mencapai kutub selatan Bulan di mana para ilmuwan mendeteksi adanya es air yang dapat digunakan untuk bahan bakar, oksigen, dan air minum untuk misi bulan di masa depan atau koloni Bulan. Misi Bulan Rusia berada di jalur untuk mendaratkan Luna-25 pada 21 Agustus, dua hari sebelum pesawat ruang angkasa India. Medan yang berat diperkirakan akan mempersulit pendaratan di kutub selatan bulan. Misi sebelumnya oleh badan antariksa India, Chandrayaan-2, jatuh pada 2019 di dekat tempat Chandrayaan-3 akan mencoba mendarat. Chandrayaan, yang berarti “kendaraan bulan” dalam bahasa Sansekerta, memiliki tinggi dua meter yang dirancang untuk menyebarkan penjelajah. Kendaraan itu diharapkan tetap berfungsi selama dua minggu untuk menjalankan serangkaian eksperimen. Baik India maupun Rusia sama-sama memiliki kepentingan nasional dalam pendaratan yang berhasil dan dalam mengklaim sejarah pertama yang dipertaruhkan. Bagi Rusia, proyek mendarat di bulan yang telah direncanakan selama beberapa dekade akan menguji kemandirian negara tersebut yang makin berkembang di bidang antariksa setelah invasi Ukraina pada 2022 memutus hampir semua hubungannya dengan Barat. Badan antariksa Rusia Roscosmos mengatakan misi Luna-25 akan menghabiskan 5-7 hari di orbit bulan sebelum turun ke salah satu dari tiga kemungkinan lokasi pendaratan di dekat kutub. Bagi India, pendaratan di bulan yang sukses akan menandai kemunculannya sebagai kekuatan antariksa pada saat pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi ingin memacu investasi dalam peluncuran ruang angkasa swasta dan bisnis berbasis satelit terkait. Sejak 2020, ketika India membuka peluang untuk peluncuran misi antariksa swasta, jumlah perusahaan rintisan yang bergerak di bidang antariksa melonjak lebih dari dua kali lipat. Pada akhir tahun lalu, Skyroot Aerospace, yang investor-investornya termasuk GIC, pengelola dana investasi negara Singapura, meluncurkan roket buatan swasta pertama di India. Pejabat India secara pribadi mengabaikan kompetisi pendaratan di Bulan dengan Rusia. Mereka mengatakan tidak ada persaingan di antara kedua negara. [ah/ft]
Peretas Korea Utara Berhasil Bobol Situs Produsen Rudal Top Rusia
Sebuah kelompok elit peretas Korea Utara secara diam-diam berhasil meretas jaringan komputer pengembang rudal utama Rusia selama setidaknya lima bulan pada tahun lalu. Hal itu terungkap dalam sejumlah bukti teknis yang ditinjau Reuters dan analisis para peneliti keamanan. Reuters menemukan tim spionase dunia maya yang terkait dengan pemerintah Korea Utara, yang oleh peneliti keamanan disebut sebagai ScarCruft dan Lazarus. Mereka secara diam-diam memasang portal digital tersembunyi ke dalam sistem di NPO Mashinostroyeniya, biro desain roket yang berbasis di Reutov, sebuah kota kecil di pinggiran Moskow. Reuters belum mengetahui apakah ada data yang diambil selama peretasan atau informasi apa yang mungkin telah dilihat para peretas tersebut. Namun, dalam beberapa bulan setelah penyusupan digital ini, Pyongyang mengumumkan beberapa perkembangan dalam program misil balistik yang dilarang. Namun belum jelas apakah kemajuan tersebut terkait dengan aksi peretasan itu. Para ahli mengatakan insiden itu menunjukkan bagaimana negara yang terisolasi bahkan tetap menargetkan sekutunya, seperti Rusia, dalam upaya memperoleh teknologi penting. NPO Mashinostroyeniya tidak menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Kedutaan Rusia di Washington juga tidak menanggapi permintaan komentar melalui email. Misi Korea Utara untuk PBB di New York tidak menanggapi permintaan komentar. Berita tentang peretasan ini mencuat tak lama setelah Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, melakukan lawatan ke Pyongyang pada bulan lalu untuk menghadiri peringatan 70 tahun Perang Korea. Lawatan itu adalah kunjungan pertama yang dilakukan oleh seorang Menteri Pertahanan Rusia ke Korea Utara sejak Uni Soviet bubar pada 1991. Perusahaan yang ditargetkan, umumnya dikenal sebagai NPO Mash, bertindak sebagai pelopor pengembang rudal hipersonik, teknologi satelit, dan persenjataan balistik generasi terbaru, menurut para pakar rudal. Tiga bidang tersebut sangat diminati Korea Utara sejak Pyongyang memulai misinya untuk menciptakan sebuah rudal balistik antarbenua atau ICBM yang mampu menghantam daratan Amerika Serikat (AS). Menurut data teknis, peretasan tersebut kira-kira dimulai pada akhir 2021 dan berlanjut hingga Mei 2022, menurut komunikasi internal di perusahaan yang ditinjau oleh Reuters. Pada Mei 2022, teknisi TI perusahaan berhasil mendeteksi adanya aktivitas peretasan. NPO Mash menjadi terkenal selama Perang Dingin sebagai produsen satelit utama untuk program luar angkasa Rusia dan sebagai penyedia rudal jelajah. Peretasan Email Para peretas menyelidiki kondisi teknologi informasi perusahaan tersebut, memberi mereka kemampuan untuk membaca lalu lintas email, beralih antara jaringan, dan mengekstrak data, menurut Tom Hegel, seorang peneliti keamanan dari perusahaan keamanan siber AS, SentinelOne, yang awalnya menemukan hal itu. “Temuan ini memberikan pandangan baru tentang operasi siber rahasia yang biasanya tetap tersembunyi dari pengawasan publik atau bahkan tidak pernah terdeteksi oleh korban seperti ini,” kata Hegel. Tim analis keamanan di SentinelOne yang dipimpin oleh Hegel mengetahui tentang peretasan itu setelah menemukan bahwa seorang staf TI NPO Mash secara tidak sengaja membocorkan komunikasi internal perusahaannya. Saat itu ia mencoba menyelidiki serangan dari Korea Utara dengan mengunggah sebuah bukti ke portal pribadi yang digunakan oleh peneliti keamanan siber di seluruh dunia. Pada 2019, Presiden Rusia Vladimir Putin menggembar-gemborkan rudal hipersonik “Zirkon” NPO Mash sebagai “produk baru yang menjanjikan.” Rudal itu disebut mampu bergerak dengan kecepatan sekitar sembilan kali kecepatan suara. Fakta bahwa para peretas Korea Utara mungkin telah memperoleh informasi tentang Zirkon tidak berarti mereka akan segera memiliki kemampuan yang sama, kata Markus Schiller, pakar rudal berbasis di Eropa yang meneliti tentang bantuan asing untuk program rudal Korea Utara. Namun, mengingat posisi NPO Mash sebagai perancang dan produsen rudal top Rusia, perusahaan itu akan menjadi target yang berharga, tambah Schiller. [ah/rs]