Di tengah musim panas yang memecahkan rekor suhu global, Wakil Presiden Kamala Harris dan mantan Presiden Donald Trump menawarkan pandangan yang kontras tentang menghadapi perubahan iklim dan menjaga pasokan energi. Sayangnya, keduanya…
Category: Asia Pasifik
Koneksi Internet di Pakistan Melambat, Alami Gangguan Hingga Oktober
Koneksi internet yang semakin melambat yang telah membuat warga Pakistan frustrasi dalam beberapa minggu terakhir tampaknya akan berlanjut lebih dari satu bulan di saat upaya perbaikan terhadap kabel internet bawah laut yang…
Australia Beri Lampu Hijau Pembangunan PLTS Terbesar di Dunia
Sydney, Australia — Australia pada Rabu (21/8) menyetujui rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan baterai yang digadang-gadang sebagai “kawasan tenaga surya terbesar di dunia”. PLTS itu nantinya akan mengekspor listrik ke Singapura. Otoritas Australia mengumumkan persetujuan lingkungan hidup untuk proyek SunCable senilai $24 miliar di wilayah utara Australia yang terpencil dan direncanakan akan memasok listrik ke tiga juta rumah. Proyek tersebut akan mencakup pembangunan serangkaian panel surya, baterai, dan, pada akhirnya, kabel yang menghubungkan Australia dengan Singapura. Proyek masif itu disokong oleh miliarder teknologi dan aktivis lingkungan hidup, Mike Cannon-Brookes. “Proyek ini akan menjadi kawasan tenaga surya terbesar di dunia –- dan menjadikan Australia sebagai pemimpin dunia dalam energi ramah lingkungan,” kata Menteri Lingkungan Hidup Tanya Plibersek. Produksi energi diharapkan dapat dimulai pada 2030. Proyek yang menempati lahan seluas 12.000 hektare itu akan menyediakan 4 gigawatt energi per jam (GWh) untuk keperluan rumah tangga.s. Dua gigawatt lagi, yang akan dikirim ke Singapura melalui kabel bawah laut, akan memasok sekitar 15 persen kebutuhan negara kota tersebut. Baterai akan mampu menyimpan daya sekitar 40 GW. Direktur pelaksana SunCable Australia Cameron Garnsworthy mengatakan persetujuan tersebut merupakan “momen penting dalam perjalanan proyek.” Meskipun lampu hijau telah diberikan pada Rabu, masih banyak proses persetujuan yang masih berjalan, termasuk bekerja sama dengan otoritas pasar energi Singapura, Pemerintah Indonesia, dan komunitas Pribumi Australia. “SunCable sekarang akan memfokuskan upayanya pada tahap perencanaan berikutnya untuk memajukan proyek menuju keputusan investasi akhir (Final Investment Decision/FID) yang ditargetkan pada 2027,” kata Garnsworthy. Pemimpin Energi Bersih Australia saat ini merupakan salah satu eksportir batu bara dan gas terbesar di dunia. Namun, negara itu juga dilanda dampak perubahan iklim, mulai dari panas terik hingga banjir dan kebakaran hutan. Meskipun masyarakat Australia merupakan salah satu negara yang paling antusias mengadopsi panel surya rumah tangga, sejumlah pemerintah negara bagian masih lamban dalam memanfaatkan sepenuhnya energi terbarukan. Pada 2022, energi terbarukan menyumbang 32 persen dari total pembangkitan listrik di Australia, dibandingkan dengan batu bara, yang menyumbang 47 persen, menurut data terbaru pemerintah. Direktur Institut Perubahan Energi di Universitas Nasional Australia Ken Baldwin mengatakan proyek ini adalah proyek “yang pertama di dunia” yang mengekspor listrik terbarukan dari tenaga surya dan angin dalam skala sebesar itu. “Australia mempunyai sumber daya tenaga surya dan angin yang terbaik dibandingkan negara mana pun, dan sebagai hasilnya, Australia memasang tenaga surya dan angin dengan tingkat tercepat dibandingkan negara mana pun di dunia berdasarkan basis per kapita,” katanya kepada AFP. Namun momentum ini harus terus berlanjut, terutama jika Australia ingin mencapai target net zero pada 2050, kata Baldwin. [ft/rs]
Malaysia Umumkan Program Adopsi Orangutan bagi Importir Minyak Sawit
Kuala Lumpur — Perusahaan-perusahaan yang mengimpor minyak kelapa sawit dari Malaysia akan dapat mengadopsi orangutan, tapi tidak boleh membawanya keluar dari negara itu, kata menteri komoditas Malaysia pada Minggu (18/8), dalam versi revisi skema pelestarian lingkungan yang sempat diumumkan awal tahun ini. Mei lalu, menteri itu mengajukan rencana untuk mengirim orangutan ke luar negeri sebagai hadiah dagang dalam upaya untuk meredakan kekhawatiran terkait dampak produksi minyak kelapa sawit terhadap habitat orangutan, yang sering kali melibatkan pembukaan lahan hutan. Program itu memicu keberatan dari kelompok-kelompok pelestarian lingkungan yang mengkhawatirkan kesejahteraan orangutan yang terancam punah. “Hewan-hewan itu tidak bisa meninggalkan habitat alami mereka. Kita harus menjaga mereka di sini. Dan kemudian kita akan bertemu dengan negara-negara atau pembeli minyak kelapa sawit kita, jika mereka ingin bekerja sama untuk memastikan bahwa hutan ini dapat dirawat dan dilestarikan selamanya,” kata Menteri Perkebunan dan Komoditas Malaysia Johari Abdul Ghani dalam konferensi pers di Sabah, di utara pulau Kalimantan. Abdul Ghani mengatakan, wilayah Sabah kini menjadi rumah bagi 15.000 ekor orangutan, sementara di Sarawak terdapat sekitar 2.000 ekor. Ia mengatakan, dana yang dikumpulkan dari perusahaan-perusahaan yang mengadopsi orangutan akan didistribusikan kepada lembaga-lembaga nirlaba. Pemerintah Sabah akan memantau area hutan yang menjadi habitat primata tersebut dan berupaya memantau keselamatan dan kondisi mereka. Marc Ancrenaz, direktur ilmiah lembaga swadaya masyarakat Hutan, mengatakan dirinya berharap program tersebut akan bisa mendanai upaya konservasi habitat, seperti membangun koridor di antara hutan-hutan yang terfragmentasi dan terlalu kecil untuk dapat menopang populasi satwa liar dengan layak. Skema “diplomasi orangutan” itu pertama kali diumumkan pada bulan Mei, setelah Uni Eropa menyetujui larangan impor komoditas yang terkait dengan penggundulan hutan tahun lalu. Malaysia, produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, menyebut undang-undang tersebut diskriminatif. Minyak sawit sendiri digunakan dalam berbagai produk, dari lipstik hingga piza. [rd/ab]
Mengapa Jepang Rentan Aktivitas Seismik dan Siapkah Menghadapi Gempa Besar?
Gempa dahsyat berkekuatan Magnitudo 7,1 mengguncang lepas pantai timur pulau utama di selatan Jepang, Kyushu. Mengapa wilayah ini berisiko mengalami aktivitas seismik, dan seperti apa kesiapsiagaan di negara Matahari Terbit itu?
AS, Taiwan, China Berlomba Kembangkan Teknologi Drone Militer
Ketika Taiwan bersiap memulai latihan militer Han Kuang pada minggu ini, sistem pertahanan udaranya mendeteksi pesawat tak berawak milik China yang mengelilingi pulau itu. Itu merupakan keenam kalinya China mengirim sebuah drone…
Kapal Tanker Filipina yang Angkut 1,4 Juta Liter BBM Terbalik di Perairan Manila
Limay, Filipina — Pihak berwenang mengatakan sebuah kapal tanker berbendera Filipina yang membawa 1,4 juta liter bahan bakar minyak untuk industri, terbalik dan tenggelam pada Kamis (25/7) di lepas pantai Manila, di mana mereka berpacu dengan waktu untuk mengatasi tumpahan tersebut. Kapal tanker MT Terra Nova sedang menuju pusat Kota Iloilo ketika terbalik di Teluk Manila, hampir tujuh kilometer (4,3 mil) dari Kota Limay di provinsi Bataan, dekat ibu kota Filipina itu, pada dini hari. Kapal itu tenggelam ketika hujan deras yang dipicu oleh Topan Gaemi dan musim hujan musiman melanda Manila dan wilayah sekitarnya dalam beberapa hari terakhir. Tumpahan minyak yang membentang beberapa kilometer telah terdeteksi di jalur air yang sibuk dan Penjaga Pantai Filipina sedang bersiap untuk memasang penghalang terapung untuk menahan penyebaran minyak tersebut. Investigasi mengenai penyebab insiden tersebut sedang dilakukan. Namun juru bicara penjaga pantai Laksamana Muda Armando Balilo mengatakan kapal tersebut tidak melanggar peraturan dalam pelayaran dalam cuaca buruk. Sinyal Peringatan Badai Publik belum diumumkan ketika MT Terra Nova berangkat dari Limay dan “oleh karena itu tidak melanggar peraturan dan ketentuan”, kata Balilo dalam sebuah pernyataan. Dalam taklimat pada Kamis pagi, Balilo mengatakan pihak berwenang “berpacu dengan waktu” untuk membendung tumpahan dan menghentikan kebocoran bahan bakar lebih lanjut. Ia memperingatkan jika seluruh minyak di kapal tanker bocor, insiden itu akan menjadi tumpahan minyak terbesar dalam sejarah Filipina. “Ada bahaya besar yang akan menimpa Manila, bahkan garis pantai Manila, jika bahan bakar bocor, karena letaknya di Teluk Manila,” kata Balilo. Ribuan nelayan dan perusahaan tur bergantung pada perairan untuk mata pencaharian mereka. Menteri Transportasi Jaime Bautista mengatakan 16 dari 17 awak kapal telah diselamatkan dari kapal yang tertimpa musibah. Pencarian sedang dilakukan untuk mencari anggota kru yang hilang, tetapi Bautista mengatakan kondisi angin kencang dan gelombang tinggi menghambat upaya pencarian. Empat awak kapal telah mendapat perawatan medis. Komandan Penjaga Pantai Laksamana Ronnie Gavan mengatakan mereka telah menetapkan target tujuh hari untuk menyelesaikan penyedotan minyak yang tumpah tersebut. Penyelidikan Berlangsung Tumpahan minyak yang membentang sekitar 3,7 kilometer terbawa oleh “arus kuat” ke arah timur laut, kata penjaga pantai dalam sebuah laporan. Personel perlindungan lingkungan laut telah dikerahkan untuk membantu mengatasi kebocoran tersebut. “Ini pasti akan berdampak pada lingkungan laut,” kata Balilo, seraya menggambarkan jumlah minyak di kapal tersebut “sangat besar”. Salah satu tumpahan minyak terburuk di Filipina terjadi pada Februari 2023, ketika sebuah kapal tanker yang membawa 800.000 liter BBM industri tenggelam di lepas pantai pulau Mindoro di tengah. [ft/rs]
Pegiat Hak-hak Digital Khawatirkan Perkara Persidangan Mengenai Pengawasan dan TikTok di Pakistan
Dua persidangan yang digelar di pengadilan tinggi di Pakistan pada bulan Juli dipandang sebagai tanda semakin terkikisnya hak-hak digital di negara itu. Di Islamabad, sebuah pengajuan perkara ke pengadilan tinggi mengatakan bahwa…
Malaysia Sita 106 Kontainer Sampah Elektronik Ilegal
Seorang menteri mengatakan Malaysia telah menyita 106 kontainer berisi limbah elektronik berbahaya selama tiga bulan terakhir dan memberantas sindikat impor limbah ilegal setelah mendapat informasi dari kelompok pengawas. Puluhan juta ton limbah…
Badan Antariksa Jepang Dilanda Beberapa Serangan Siber
Badan antariksa Jepang telah mengalami serangkaian serangan siber sejak tahun lalu, namun informasi sensitif terkait roket dan satelit tidak terpengaruh. Lembaga tersebut saat ini terus menyelidiki dan mengambil tindakan pencegahan, kata para…