Cianjur, CNN Indonesia —
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meneliti jalur sesar atau patahan yang memicu gempa Magnitudo (M) 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, hingga kedalaman 50 kilometer dari permukaan tanah.
Kepala Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN Adrin Tohari menjelaskan tim melakukan pemetaan dugaan jalur sesar menggunakan dua perangkat deteksi, Geolistrik Multichanel Resistivity dan Ground Penetrating Radar.
“Jadi maksimum kita 50 meter kita dapat (deteksi) Tapi bukan gambaran merata, di tengah-tengahnya dia 50 meter tetapi ke kiri dan kanannya dia akan mengerucut atau semakin dangkal,” kata dia di Cianjur, Jawa Barat, Kamis (27/7).
Lewat kedua perangkat itu nantinya tim peneliti bisa mengetahui pola pelapisan di bawah permukaan tanah, sehingga terpetakan jelas ke mana jalur patahan tersebut.
Lebih lanjut Adrin menjelaskan dari penelitian yang dilakukan pada hari ketiga ini belum menemukan jalur pasti Sesar Cugenang itu.
Ia menjelaskan ada beberapa faktor untuk memastikan jalur sesar, di antaranya telah ditemukan data parameter sesar aktif seperti panjang sesar, koordinat sesar, jalur, kemiringan dan kedalaman sesar.
“Kita harus dapat persis posisi patahannya di mana, dalamnya berapa, panjangnya berapa, serta daerah mana yang harus diwaspadai akan dilewati patahan tersebut,” ujar dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut gempa yang menghancurkan ratusan bangunan serta memakan korban jiwa di Cianjur berasal dari Sesar Cugenang.
BMKG menjelaskan area sesar kurang lebih 9 kilometer persegi dan membuat sembilan desa dinyatakan sebagai zona berbahaya untuk dihuni karena rawan gempa.