JAKARTA —
Cook mengatakan, keinginan Presiden Jokowi itu akan dipertimbangkan perusahaannya. “Kita bicara tentang keinginan presiden, untuk mengamati banyak pabrik di negara ini, dan itu merupakan sesuatu yang akan kita lihat,” katanya.
Dalam kesempatan itu, Cook juga menyatakan bahwa ia sangat senang berada di Indonesia, dan menekankan bahwa Indonesia merupakan pasar yang sangat penting bagi Apple. Hal tersebut ditandai dengan pembukaan akademi pengembangan atau Apple Developer Academy di empat kota di Indonesia, yakni Surabaya, Batam, Tangerang dan — yang terbaru — adalah di Bali dengan total nilai investasi Rp1,6 triliun.
Apple Developer Academy sendiri merupakan boot camp sekaligus penyedia beasiswa di Indonesia yang memfasilitasi pesertanya untuk menjadi salah satu pengembang aplikasi berkelas dunia dalam ekosistem perusahaan tersebut.
“Kami membuka akademi pengembangan (Apple Developer Academy) ke-4, kami baru mengumumkannya kemarin, yang ini akan berada di Bali. Kami sangat bersemangat karena tiga (Apple Academy) telah eksis, meluluskan ribuan orang dan mampu membuat aplikasi melalui toko aplikasi yang menarik, tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Jadi kami sangat gembira,” jelasnya.
Dalam kesempatan ini Cook menjelaskan, mengapa perusahaannya memutuskan untuk berinvestasi di tanah air. Ia memiliki keyakinan akan masa depan investasi yang cerah di Indonesia.
“Saya cinta Indonesia. Saya suka nuansa budaya di sini. Saya menyukai semangat pemuda, dinamisme lingkungan lokal di sini. Saya melihat semua hal yang menjadi kunci bagi suatu negara yang berjalan baik saat ini. Kedepannya akan lebih baik lagi. Saya pikir masa depannya sangat cerah,” jelasnya.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkapkan Indonesia merupakan pasar yang sangat potensial bagi Apple. Pasalnya, kata Agus, 85 persen handphone impor yang masuk ke Indonesia merupakan produk Apple.
“Tahun lalu Indonesia memproduksi hampir 50 juta unit HP. Sebanyak 2,8 juta unit HP adalah impor. Dari 2,8 juta impor tersebut, 85 persen adalah produk Apple. Angkanya sekitar USD2 miliar, nilai impornya. Oleh sebab itu, tadi kami sampaikan bahwa Indonesia merupakan satu market yang sangat baik untuk Apple, dan Bapak Presiden memberikan pesan bahwa berdasarkan data tersebut maka diharapkan Apple bisa memperluas establishment-nya yang ada di Indonesia,” ungkap Agus.
Salah satu pembicaraan terkait perluasan investasi Apple di Indonesia adalah pembangunan pabrik Apple. Indonesia dan Apple kelak akan mendiskusikan apakah nantinya Apple akan membangun pabrik di Indonesia atau Apple akan menggunakan berbagai komponen yang saat ini sudah bisa diproduksi di Indonesia.
“Nanti setelah dari sini, dari Kemenperin akan melakukan proses business matching. Kami sudah punya list-nya, terhadap komponen-komponen HP apa saja yang sudah diproduksi di Indonesia yang mungkin bisa kita kawinkan, nah itu namanya business matching,” jelasnya.
Agus mengatakan, pemerintah tidak mempunyai target kapan proses business matching tersebut akan selesai, mengingat untuk bisa menjadi pemain dalam rantai pasokan global bagi perusahaan dunia seperti Apple tidak mudah.
“Menjadi (bagian dari) supply chain itu tadi dijelaskan. Misalnya kalau kita lihat Vietnam, mereka sudah jadi bagian dari supply chain selama 15-20 tahun, begitu pula dengan China sudah 30 tahun. Jadi untuk yang mau memulai, itu membutuhkan waktu, tapi bukan tidak mungkin. Tadi Apple, Tim Cook, menyatakan mereka sangat eager untuk bisa memulai,” katanya
“Jadi ada dua jenis manufacturing (yang dipertimbangkan), yakni pabrik sendiri atau menggunakan komponen yang sudah ada di Indonesia dengan berbagai adjustment dari spesifikasinya,” tambahnya.
Selain pabrik, kata Agus, Presiden Jokowi juga berharap Apple dapat memiliki peran dalam meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) di tanah air. Selain pembangunan empat Apple Developer Academy, Jokowi berharap Apple bisa bekerja sama dengan universitas-universitas terkemuka di tanah air dengan membangun pusat inovasi.
Pengamat Ekonomi Indef Berly Martawardaya mengatakan Apple bisa saja membuka pabriknya di Indonesia dalam jangka menengah atau panjang asalkan pemerintah bisa memperbaiki ESG-nya. ESG adalah kepanjangan dari environmental, social and governance, standar yang digunakan untuk mengukur dampak lingkungan dan sosial suatu organisasi.
Ia mengatakan, perusahaan sekelas Apple tentunya tidak menginginkan bahan baku untuk produk mereka bermasalah dari sisi apapun, termasuk dalam hal lingkungan.
“Pertama kita harus lihat dulu apa requirement-nya untuk perusahaan se-level Apple, Tesla itu seperti apa. Mereka ingin energi yang digunakan untuk memproduksi itu dari yang energi terbarukan. Nah EBT kita sudah berapa? Karena saat ini kapasitas produksi EBT masih rendah sekali,” ungkap Berly.
“Apple pernah kirim tim ke Bangka Belitung untuk memastikan timah yang dipakai atau Apple beli dari Bangka Belitung itu timahnya clear and clean, tidak dari tambang ilegal. Jadi itu PR yang harus dibereskan kalau mau menarik Apple buka pabrik di Indonesia,” tambahnya.
Kedua, katanya, yang harus diperbaiki adalah dari sisi governance yakni kemudahan dan kepastian ekspor dan impor. Kebijakan pemerintah yang cenderung berubah-ubah seringkali membuat investor ragu untuk berinvestasi di tanah air.
Menurutnya, sebagai perusahaan global, Apple cenderung memiliki standar yang tinggi ketika berinvestasi di sebuah negara. Pemerintah, menurut Berly, tidak bisa hanya sekedar menawarkan insentif pajak yang bagi mereka tidak terlalu penting.
“Jadi tidak cukup hanya ditawarkan insentif pajak, karena bagi mereka yang sudah big company lebih penting ESG, profile mereka. Pemerintah harus meningkatkan bobot ESG-nya. Kalau ternyata pabriknya tidak memenuhi ESG, misalnya dari tambang ilegal, itu bisa merusak pasar mereka sedunia,” tuturnya.
“Tidak bisa secara mudah pemerintah Indonesia minta Apple untuk bangun pabriknya di sini. Justru dibalik nanti Tim Cook nanya ke Indonesia “What have you done?” untuk memenuhi standar Apple,” pungkasnya. [gi/ab]