Jakarta, CNN Indonesia —
Bank Dunia mengaku skeptis bahwa Amerika Serikat (AS) dan ekonomi global dapat menghindari ancaman resesi.
Pesimisme itu disampaikan Kepala Ekonom Bank Dunia Carmen Reinhart, mengingat lonjakan inflasi, kenaikan suku bunga acuan, dan perlambatan ekonomi di China.
“Saya cukup skeptis. Pada pertengahan 1990-an, di bawah Gubernur The Fed Alan Greenspan, AS dapat melakukan pendaratan lunak (soft landing) untuk ekonomi AS. Tetapi inflasi saat itu 3 persen, bukan 8,5 persen,” ujarnya kepada Reuters, Rabu (29/6).
Secara historis, melakukan pendaratan lunak untuk ekonomi saat inflasi melonjak adalah hal yang sulit. “Yang mengkhawatirkan semua orang adalah semua risiko menumpuk pada sisi negatif,” jelasnya.
Krisis keuangan global 2008-2009 sebagian besar mempengaruhi selusin negara maju. China pada saat itu adalah mesin pertumbuhan yang besar. Persoalannya, krisis saat ini jauh lebih luas dan pertumbuhan China tidak lagi dalam dua digit.
Bank Dunia bulan ini memangkas proyeksi pertumbuhan globalnya hampir sepertiga menjadi 2,9 persen untuk tahun ini. Perang Rusia di Ukraina pun menambah kemelut. Belum lagi, pandemi covid-19.
Menurut perkiraannya, banyak negara akan menghadapi resesi ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi global, lanjut bisa, bisa turun menjadi 2,1 persen pada 2022 dan 1,5 persen pada 2023 mendatang. Akibatnya, pertumbuhan per kapita mendekati nol, jika risiko pertumbuhan negatif terealisasi.
Reinhart mengatakan Pemerintahan AS Joe Biden tidak sendirian saat salah menilai sejauh mana risiko inflasi. Dana Moneter Internasional (IMF) dan lainnya pun berbagi pandangan itu, meskipun Bank Dunia sejak awal menyebutnya sebagai ‘risiko nyata’.
“The Fed seharusnya bertindak dan saya sudah mengatakan ini sejak lama, lebih cepat dan lebih agresif. Semakin lama Anda menunggu, semakin kejam tindakan yang harus Anda ambil,” tandasnya.
(isn/bir)