Semua lukisan yang dipamerkan di Noua kali ini adalah hasil olahan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence).
Para pembuatnya konon hanya perlu memberikan instruksi berupa kalimat atau kata pada sebuah aplikasi teknologi kecerdasan buatan untuk menciptakan karya mereka yang berupa gambar.
Jaber Al Khodari adalah pemilik aplikasi kecerdasan buatan untuk ponsel bernama Kliky AI, yang menggambarkan dirinya sebagai platform media sosial untuk pembuatan gambar dan berbagi konten yang dihasilkan teknologi kecerdasan buatan. Ia pula yang menyelenggarakan pameran ini.
“Anda hanya perlu memasukkan teks ke dalam program, teks apa pun yang Anda inginkan dan apa pun yang terlintas dalam pikiran Anda. Aplikasi kecerdasan buatan ini kemudian menciptakannya dan menunjukkan hasilnya kepada Anda. Apakah itu gambar, desain, mode, atau apa pun yang Anda pikirkan dalam hal konten secara umum atau seni, Anda bisa mewujudkannya dengan teknologi kecerdasan buatan,” jelasnya.
Sami Mohammed, seorang seniman, beranggapan bahwa lukisan yang dibuat dengan teknologi kecerdasan buatan bukanlah karya seni. Ia menilai teknologi ini merupakan cara yang efektif untuk menciptakan banyak lukisan.
“Saya berpendapat, jika ini dibiarkan berlanjut, berarti kita akan membuang kreativitas. Kreativitas tidak berasal dari teknologi, melainkan berasal dari manusia itu sendiri dan perkembangan mental dan psikologinya,” lanjutnya.
Al Khodari, sebagai penyelenggara pameran, tidak setuju. Ia percaya bahwa kecerdasan buatan berkontribusi terhadap perkembangan seni dan seniman serta meningkatkan, bukan menghambat, kreativitas.
”Saat ini banyak seniman yang memanfaatkan kecerdasan buatan dalam karya seni dan idenya dan menghasilkan hal-hal yang bisa mereka kreasikan, karena terkadang Anda punya ide dan ingin menggambar, tetapi idenya tidak bisa diwujudkan. Kecerdasan buatan saat ini membantu Anda dalam mengerjakan suatu subjek, dan sebaliknya, kreativitas akan menjadi lebih baik dalam hal ini,” jelasnya.
Al Khodari berpendapat, seiring dengan perkembangan pesatnya, teknologi kecerdasan buatan tak bisa dipungkiri telah menembus dunia seni, dan mengubah proses kreatif dalam banyak cara.
Algoritma teknologi ini, katanya, dapat menghasilkan musik, puisi, lukisan, dan bahkan sastra. Menurutnya, teknologi ini dapat menganalisis serangkaian besar data karya seni untuk mengidentifikasi pola dan membuat karya baru berdasarkan pola-pola tersebut. Singkat kata, teknologi ini tidak hanya meniru kemampuan kreatif manusia, tetapi memiliki kapasitas untuk menghasilkan karya seni yang unik dan inovatif. [ab/uh]