KONTAN.CO.ID – NEW YORK. Google pada hari Senin (3/10) mengatakan telah menutup layanan Google Translate di China karena gagal bersaing dengan layanan serupa buatan dalam negeri.
Ditariknya Google Translate sekaligus menandai akhir dari salah satu produk terakhir mereka yang tersisa di China.
CNBC melaporkan, situs web China yang disediakan khusus untuk Google Translate kini mengalihkan pengguna ke layanan versi Hong Kong. Namun, ini tidak dapat diakses dari China.
Dalam pernyataan resminya pun Google mengumumkan bahwa penutupan layanan ini disebabkan oleh jumlah pengguna yang rendah.
“Kami menghentikan Google Terjemahan di China daratan karena penggunaan yang rendah,” kata Google dalam pernyataannya.
Baca Juga: Kelompok Pro-Rusia Galang Dana dalam Kripto untuk Dukung Operasi Militer di Ukraina
Hubungan Google dengan China memang tidak terlalu baik. Raksasa teknologi AS itu menarik mesin pencarinya dari China pada 2010 karena penyensoran online yang ketat dari pemerintah.
Tidak lama, layanan lainnya seperti Google Maps dan Gmail juga diblokir secara efektif oleh pemerintah China.
Hilangnya layanan Google secara perlahan membuat layanan mesin pencari Baidu semakin naik daun. Raksasa game dan media sosial Tencent pun mulai mendominasi ekosistem internet China di berbagai bidang.
Baca Juga: Kinerja Saham di China Terpuruk, Investor Makin Melirik India
Pada tahun 2018 Google sempat berusaha untuk kembali masuk ke China dengan mesin pencari andalannya. Namun, proyek tersebut dibatalkan setelah mendapat reaksi keras dari karyawan dan politisi.
Kondisi ini juga merupakan salah satu dampak nyata dari perang dagang antara AS dan China yang sepertinya masih belum mereda.
AS terus mengkhawatirkan akses potensial China ke teknologi sensitif di berbagai bidang seperti kecerdasan buatan dan semikonduktor. Produsen chip AS, Nvidia, mengungkapkan bahwa AS akan membatasi penjualan komponen spesifik perusahaan ke China.