Jakarta, CNN Indonesia —
Ilmuwan asal Swedia Svante Pääbo meraih Nobel tahun ini di bidang kedokteran berkat penemuannya di bidang evolusi manusia.
Dikutip dari Reuters, Pääbo, ilmuwan kelahiran Stockholm, Swedia, 1955 ini memenangkan nobel berkat studinya berjudul “concerning the genomes of extinct hominins and human evolution” Senin (3/10).
Ilmuwan yang melakukan studinya di University of Munich dan Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, ini mensekuens atau mengurutkan rangkaian genom dari hominin Denisova, spesies atau subspesies manusia purba yang punah yang tersebar di Asia selama masa Paleolitik Bawah dan Tengah.
Hasil karya Pääbo ini menunjukkan perubahan genom (rangkaian kromosom pembawa materi genetik) yang membedakan manusia dengan sepupu terdekat mereka, primata.
“Dengan membeberkan perbedaan genetik yang membedakan semua manusia yang hidup dari hominin yang telah punah. Penemuan dia menyediakan dasar untuk mengeksplorasi sesuatu yang unik dari manusia,” kata Komite Nobel.
Melansir Britannica, hominin adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada garis keturunan manusia yang telah punah. Beberapa diantaranya adalah Homo neanderthalensis, Homo erectus, Homo habilis, dan beberapa spesies dari Australopithecus.
Beberapa ilmuwan menempatkan Ardipithecus, Orrorin, dan Kenyanthropus ke dalam Hominin. Beberapa karakter yang membedakan hominin dari primata lainnya, baik yang masih hidup atau punah adalah postur, otak yang lebih besar, dan karakter semisal komunikasi lewat bahasa.
Keberhasilan Pääbo meraih Nobel di bidang Kedokteran membuatnya mendapat hadiah sebesar 867 ribu euro atau Rp13 miliar (1 Euro = Rp14,997). Pengumuman kemenangannya dilakukan di Royal Swedish Academy of Sciences di Stockholm, Swedia.
Gen Covid-19
Komite Nobel tak biasanya memberikan hadiah kepada satu orang. Hal berbeda terjadi pada Nobel Fisiologi atau Kedokteran 2022 ini. Memang, tidak ada ilmuwan yang bekerja sendirian.
Namun, kolega Pääbo, Hugo Zeberg, mengatakan rekannya yang mengepalai laboratorium itu merupakan sosok yang “menginspirasi”.
“Pertanyaan ilmiah yang kami tangani… kami hidup bersama mereka,” kata Zeberg melalui telepon beberapa saat setelah kemenangan Paabo, dikutip dari DW.
“Ini tidak seperti kita meninggalkan lab pada jam 5 dan kita berhenti memikirkan pertanyaan-pertanyaan ini. Kita benar-benar terlibat dengan [pertanyaan-pertanyaan] itu. Ini adalah lingkungan yang sangat menginspirasi.”
Pekerjaan mereka tidak hanya dinilai mengajari para ilmuwan lebih banyak tentang Neanderthal, tetapi juga dianggap membantu pengobatan modern selama pandemi Covid-19.
“Dari genom Neanderthal, kita dapat mempelajari apa yang mendefinisikan manusia modern. Salah satu temuan besar kami adalah bahwa faktor risiko utama COVID parah adalah varian gen yang diturunkan dari Neanderthal,” kata Zeberg.
“Dan kami percaya satu juta orang telah meninggal [dengan Covid] karena varian gen itu.”
Menurutnya, tanpa pengurutan genom Neanderthal oleh Pääbo, “kita tidak akan mengetahuinya (varian gen Covid) hari ini”.
Penghargaan Nobel sendiri merupakan penghargaan yang paling prestise dalam masing-masing bidang.
Beberapa tokoh terkenal pernah memenangkannya seperti Alexander Fleming untuk bidang kedokteran, Ernst Chain dan Howard Florey untuk penemuannya di bidang penisilin, dan Ronald Ross untuk penemuannya di bidang malaria yang ternyata disebabkan oleh nyamuk.
Pengumuman penghargaan Nobel biasanya diumumkan secara bergantian per harinya per bidang selama sepekan; Nobel bidang Fisiologi dan Kedokteran pada Senin, fisik pada Selasa, Kimia pada Rabu. Selanjutnya, Nobel untuk bidang Sastra, Perdamaian, dan Ekonomi akan berlangsung dari Kamis dan seterusnya.
Nobel untuk bidang Fisiologi dan Kedokteran telah diberikan 112 kali sejak pertama kali pada 1901. Penghargaan itu telah diraih oleh 224 ilmuwan, 12 di antaranya perempuan.
Penghargaan Nobel diinisiasi oleh Alfred Nobel sebelum ia meninggal pada 1896. Dia menyisakan mayoritas uangnya untuk mendirikan penghargaan ini yang diberikan kepada orang-orang yang memberikan kontribusi luar biasa di bidang fisika, kimia, kedokteran, sastra dan perdamaian.
Tahun lalu, Nobel di bidang kedokteran dimenangkan oleh David Julius dan Ardem Patapoutian. Keduanya diganjar penghargaan berkat hasil karyanya di bidang sensor sentuh, temperatur dan rasa sakit.
(lth/lth)