KOMPAS.com – Mendengarkan lagu melalui AirPods disebut dapat merusak otak. Efek buruk dari AirPods ini dikatikan dengan radiasi elektromagnetik non-ionisasi (EMF) yang umum terdapat dalam perangkat elektronik.
AirPods merupakan produk nirkabel buatan Apple yang memancarkan radiasi frekuensi radio, sejenis medan elektromagnetik tingkat rendah yang disebut sebagai EMF, yang menurut sebagian besar ilmuwan tidak berbahaya.
Pemerintah di berbagai negara telah menetapkan batasan radiasi frekuensi radio dapat dipancarkan pada setiap produk elektronik. Hasil pengujian menunjukkan AirPods memiliki angka di bawah batas itu, yang artinya aman.
Namun, bagaimana kekeliruan informasi soal AirPods ini menyebar?
Sebaran hoaks di media sosial
Sebuah video yang diunggah oleh pengguna Instagram ini pada Selasa (2/8/2022), mengatakan bahwa banyak yang bertanya padanya mengapa memilih menggunakan headphone dengan kabel daripada memakai AirPods.
“Jawabannya cukup sederhana, karena AirPods pada dasarnya menggerakkan otak Anda,” katanya.
Dia menyebut bahwa AirPods memancarkan tingkat EMF yang sangat tinggi. Untuk memperkuat klaimnya, narator video mengutip artikel pada 2019 mengenai lebih dari 250 ilmuwan memperingatkan EMF dari perangkat nirkabel seperti AirPods Apple yang menimbulkan risiko kanker.
Narasi lainnya diunggah oleh akun Twitter ini, yang menyatakan bahwa AirPods memiliki EMF lebih tinggi dan berisiko mengakibatkan kanker.
Memahami petisi secara keliru
Memang betul ada petisi dari 250 ilmuan di 40 negara terkait radiasi perangkat elektronik, namun petisi itu dimaknai secara keliru.
Petisi yang dikirim sekelompok ilmuwan kepada kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) itu mengungkapkan kekhawatiran mereka terkait keamanan peningkatan paparan medan elektromagnetik dari perangkat elektronik dan nirkabel pada manusia.
Diketahui, petisi itu awalnya dikirim pada 2015 dan diperbarui pada 2019 untuk menambah penandatangan dan mengubah nama penerima.
Sementara, AirPods baru pertama kali diperkenalkan setahun setelah petisi dibuat. Laman resmi Apple mengumumkan peluncuran AirPods pada 7 September 2016.
Adapun petisi itu juga tidak secara spesifik menyebut AirPods atau headset bluetooth lainnya.
AirPods dinyatakan aman
Seorang profesor emeritus bioteknologi di University of Pennsylvania, Kenneth Foster yang telah mempelajari efek kesehatan energi frekuensi radio sejak awal 1970-an, tidak menemukan keselarasan antara klaim dan fakta di dunia kesehatan.
“Klaim menakutkan video itu sangat tidak konsisten dengan pandangan lembaga kesehatan,” kata Kenneth, dilansir dari Politifact, Kamis (4/8/2022).
Di Amerika Serikat (AS), terdapat Komisi Komunikasi Federal (FCC) yang mengawasi energi frekuensi radio dalam tingkat penyerapan spesifik (SAR), pada produsen perangkat ponsel.
Komisi Internasional untuk Perlindungan Radiasi Non-Pengion (ICNIRP) merekomendasikan batasan radiasai 2 watt per kilogram untuk setiap perangkat elektronik. Khusus untuk perangkat nirkabel, memiliki batas 1,6 watt per kilogram.
Radiasi yang dikategorikan sebagai EMF frekuensi tinggi atau pengion yang dihasilkan oleh hal-hal seperti sinar-X dan sinar gamma, dan EMF frekuensi rendah hingga menengah, atau nonionisasi.
Perangkat nirkabel seperti perangkat Bluetooth, headphone nirkabel, laptop, dan ponsel memancarkan EMF nonionisasi sebagai radiasi frekuensi radio atau dapat disebut RF.
FCC menekankan bahwa tidak ada bukti risiko kesehatan apa pun dari perangkat nirkabel. Adapun energi RF yang dilepaskan oleh earpiece nirkabel jauh lebih rendah daripada dari ponsel, sehingga mengurangi paparan total ke kepala seseorang.
Terkait AirPods dan penyakit kanker, Kompas.com pada 5 Januari 2022, pernah menulis tentang SAR pada AirPods berdasarkan laporan evaluasi FCC pada 2019.
AirPods memiliki SAR masih lebih kecil dari batas SAR yang ditetapkan sehingga dinyatakan aman.
Selama produk elektronik tidak melebihi batas yang ditetapkan, maka sangat kecil kemungkinan radiasi dari benda tersebut memengaruhi kesehatan atau memicu kanker.
Pada 2016, WHO juga menyatakan, berdasarkan tinjauan mendalam dari literatur ilmiah, WHO menyimpulkan bahwa bukti saat ini tidak mengkonfirmasi adanya konsekuensi kesehatan dari paparan medan elektromagnetik tingkat rendah.
Namun, ada beberapa kesenjangan dalam pengetahuan tentang efek biologis dan perlu penelitian lebih lanjut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Kompas.com News Update”, caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.