Setidaknya dua orang telah meninggal akibat sengatan panas atau heatstroke di sebuah kota di China. Selain itu, lebih banyak warga lagi yang jatuh sakit, karena suhu di pesisir timur berkisar sekitar 40 derajat Celcius selama delapan hari.
Selama tiga hari ke depan, sebagian besar wilayah di selatan Sungai Yangtze, yang bermuara di laut di Shanghai, diperkirakan akan mengalami suhu panas yang berkisar antara 37C-39C, dengan suhu di beberapa bagian Provinsi Anhui, Jiangsu dan Zhejiang melebihi 40 derajat celsius, kata para peramal cuaca pada Kamis (8/8).
Setelah mengalami cuaca terik yang terpanas dalam sejarah modern pada Juli, China dilanda panas ekstrem, terutama di bagian timur dan selatan negara tersebut. Ibu kota Provinsi Zhejiang, Hangzhou, mencatat suhu tertinggi dalam sejarah sebesar 41,9C pada 3 Agustus.
Layanan darurat di Shenzhen, kota berpenduduk 18 juta orang di Provinsi Guangdong, mengatakan mereka telah melakukan 88 panggilan darurat ke rumah karena penyakit yang berhubungan dengan panas pada 1-6 Agustus.
Dua pria, satu berusia 50-an dan satu lagi berusia 60-an, kemudian meninggal, menurut sebuah pernyataan yang dirilis Rabu (7/8) malam.
China tidak memberikan jumlah kematian akibat cuaca panas, meskipun media dalam negeri kadang-kadang melaporkan jumlah korban jiwa, mengutip otoritas setempat.
Pada 2022, China dilanda gelombang panas terburuk sejak 1961, dengan banyak wilayah di negara tersebut mengalami musim panas selama 79 hari dari 13 Juni hingga 30 Agustus. China tidak merilis jumlah kematian resmi. [ft/rs]
https://www.voaindonesia.com/a/china-umumkan-kematian-pertama-akibat-sengatan-panas-/7734462.html