Dipimpin oleh pembangkit listrik tenaga surya baru, dunia menambah energi terbarukan dengan kecepatan luar biasa pada 2023, sebuah tren yang kalau diamplifikasi akan membantu Bumi beralih dari bahan bakar fosil dan mencegah pemanasan global yang parah serta dampaknya.
Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA) memproyeksikan lebih dari 440 gigawatt energi terbarukan dihasilkan sepanjang 2023, lebih dari kapasitas energi gabungan Jerman dan Spanyol.
China, Eropa dan AS masing-masing mencatat rekor dalam pemasangan sistem tenaga surya pada tahun ini, demikian menurut Badan Energi Terbarukan Internasional.
Namun kinerja China jauh meninggalkan negara-negara lain, menghasilkan antara 180 sampai 230 gigawatt. Eropa sendiri memproduksi 58 gigawatt.
Pembangkit listrik tenaga surya adalah metode produksi listrik paling murah di sebagian besar negara di dunia. Harga panel surya turun 40 persen sampai 53 persen di Eropa selama 2023 dan kini berada pada harga terendahnya.
Di AS, California adalah negara bagian dengan sumber energi surya terbesar, disusul oleh Texas, Florida, North Carolina dan Arizona.
Sebagian besar pertumbuhan ini, lebih dari 58 gigawatt, dihasilkan di China, demikian penelitian oleh Wood Mackenzie.
China akan melampaui sasarannya yang ambisius pada 2030 untuk menghasilkan 1200 gigawatt listrik dari sumber energi surya dan angin. Jika semua proyek yang direncanakan berhasil dibangun, maka target itu akan tercapai lima tahun lebih awal, kata Global Energy Monitor.
Insentif dari pemerintah negara bagian maupun federal sangat berpengaruh pada pertumbuhan tenaga surya di AS, kata Daniel Bresette, presiden Environmental and Energy Study Institute.
Undang-undang (UU) Penurunan Inflasi berdampak kuat pada investasi di sektor ini.
“Lebih dari 60 fasilitas pembangkit listrik tenaga surya telah diumumkan selama tahun 2023,” kata Abigail Ross Hopper, presiden dan CEO dari Solar Energy Industries Association.
Di sektor tenaga angin atau bayu, dunia telah menambah energi angin yang mampu menyediakan listrik untuk 80 juta rumah tangga pada 2023.
Sebagian besar pertumbuhan ini, lebih dari 58 gigawatt, dihasilkan di China, demikian penelitian oleh Wood Mackenzie.
China akan melampaui sasarannya yang ambisius pada 2030 untuk menghasilkan 1200 gigawatt listrik dari sumber energi surya dan angin. Jika semua proyek yang direncanakan berhasil dibangun, maka target itu akan tercapai lima tahun lebih awal, kata Global Energy Monitor.
Di tengah-tengah usaha untuk membuat sektor transportasi lebih ramah iklim, tren kendaraan listrik juga mengalami percepatan pada 2023. Satu dari lima kendaraan yang terjual sepanjang 2023 diperkirakan adalah kendaraan listrik, kata IEA. Ini juga berarti tahun yang memecahkan rekor untuk sektor industri baterai listrik.
Lebih dari 43,4 miliar dolar telah dibelanjakan untuk produksi baterai serta pendauran ulang baterai di AS. Ini juga berkat UU Penurunan Inflasi yang diprakarsai pemerintahan Presiden Biden, kata Atlas Public Policy.
Hal ini menyebabkan AS bersaing secara setara dengan Eropa, tetapi masih tertinggal oleh China
Sementara untuk pabrik baterai besar, yang disebut gigafactory, sampai November, tercatat AS dan Eropa sedang membangun 38 buah, demikian menurut Benchmark Mineral Intelligence. Di sisi lain, China sedang membangun 295 gigafactory. [jm/rd]