Dedikasi Dr. Robert Montgomery terhadap dunia bedah jantung dilatarbelakangi perjuangan hidupnya melawan gangguan terhadap organ vital tersebut.
“Saya mengalami tujuh kali serangan jantung dan bahkan hampir mati sebelum saya memenuhi syarat untuk didaftarkan sebagai calon penerima jantung cangkok. Anda tahu, Anda harus benar-benar sakit untuk masuk daftar itu,” jelasnya.
Menurutnya, mereka yang terdaftar pun belum tentu tertolong karena begitu langkanya organ tersebut. Fakta menunjukkan, hanya sepertiga dari orang-orang dalam daftar itu yang akhirnya benar-benar menjalani transplantasi. Dua per tiga lainnya, kata Montgomery, menjadi terlalu sakit untuk mendapatkan manfaat dari transplantasi atau meninggal.
Montgomery sendiri selamat dan hidup dengan jantung orang lain yang dicangkokkan ke tubuhnya pada 2018. Pengalaman itu mendorong Kepala Institut Transplantasi Langone di New York University ini mendedikasikan hidupnya untuk mengatasi kelangkaan organ vital. Tidak hanya jantung, tapi juga organ-organ vital lain, seperti ginjal.
Salah satu fokus Montgomery adalah xenotransplantasi, yakni proses transplantasi organ hewan ke manusia. Melalui rekayasa genetika, ia ingin mengembangkan organ-organ vital hewan sehingga bisa dimanfaatkan manusia.
Sejauh ini, ia telah mengujicobakan jantung dan ginjal dari babi yang gennya telah dimodifikasi untuk mencegah timbulnya reaksi penolakan dari tubuh manusia. Hasilnya, cukup menggembirakan, namun masih jauh dari harapan.
Tim Capuano, putra Alva Capuano, menceritakan bagaimana jantung babi selama tiga hari pada tahun 2022 berfungsi di tubuh ibunya yang menjadi objek uji coba xenotransplantasi setelah mengalami kerusakan otak permanen.
“Semuanya sangat sukses dalam hal data yang bisa dikumpulkan. Jantung terpompa dan berjalan lancar sepanjang periode 72 jam hingga uji coba berakhir,” jelasnya.
Pada tahun 2023 Montgomery dan timnya melakukan transplantasi ginjal babi pada seorang pria yang sudah dinyatakan mati otak. Organ itu berfungsi selama dua bulan dan tubuh pria itu tidak menolak kehadiran organ hewan tersebut. Montgomery mengatakan ini hanyalah awal dari pencarian solusi terhadap masalah global.
“Ini adalah satu langkah maju dalam mencari solusi bagi kekurangan organ di seluruh dunia. Saya pikir langkah selanjutnya adalah, Anda tahu, melakukan uji coba tersebut pada manusia yang masih hidup,” komentarnya. [ab/uh]