Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengawasi peluncuran pada Selasa (21/11) itu. Media pemerintah mengatakan satelit mata-mata itu mencapai orbit secara sukses.
Kim ingin serangkaian satelit mata-mata untuk memantau AS dan pasukan sekutu di kawasan itu. Tetapi hal itu bergantung pada jumlah dan kualitas foto-foto yang dihasilkan satelit-satelit itu.
Sebelumnya tahun ini, pihak militer Korea Selatan telah menemukan keeping-keping dari satelit Korea Utara yang jatuh ke samudra. Katanya perangkat itu “tidak memiliki manfaat militer.” Namun hal itu bisa diperdebatkan kata analis Tianran Xu dari Open Nuclear Network. “Saya rasa sebuah satelit dengan kemampuan yang mendasar bisa merupakan langkah pertama atau sedikit meningkatkan kesadaran situasional Korea Utara,” jelasnya.
Meskipun peluncuran Selasa sudah diduga sebelumnya, peristiwa ini tetap memicu peringatan dan perintah evakuasi singkat di Jepang selatan.
PM Fumio Kishida mengecam langkah itu.
“Sekalipun maksudnya adalah meluncurkan satelit, menggunakan teknologi misil balistik merupakan pelanggaran dari resolusi DK PBB. Ini juga merupakan masalah serius yang sangat berpengaruh pada keselamatan rakyat kami,” sebutnya.
Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol sedang melakukan kunjungan kenegaraan ke Inggris. Sebagai tanggapan, Yoon memberi persetujuan untuk menghentikan secara parsial persetujuan militer antar Korea.
Persetujuan tahun 2018 itu ditandatangani selama masa diplomasi yang jarang terjadi di antara kedua negara Korea itu.
Diplomasi itu pendek umurnya dan Korea Utara tidak lama kemudian melanjutkan provokasi militernya termasuk uji persenjataan.
Lebih banyak peluncuran akan berlangsung, kali ini dari sisi Korea Selatan. Bulan ini, Korea Selatan merencanakan meluncurkan satelit mata-mata buatannya sendiri yang pertama menggunakan roket SpaceX. [jm/lt]