Jakarta, CNN Indonesia —
Sejumlah wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) disebut punya potensi diguyur hujan ringan mulai hari ini, Jumat (6/10) hingga setidaknya sepekan ke depan. Berikut rinciannya.
Hal tersebut diungkap Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam sebuah unggahan di Instagram berjudul “Prakiraan Hujan Wilayah Jabodetabek” yang diunggah Kamis (5/10).
Dalam unggahan itu, BMKG menyampaikan prediksi akumulasi curah hujan selama 24 jam, mulai dari 6 sampai 12 Oktober 2023.
Berikut rincian prakiraan cuaca Jabodetabek sepekan ke depan:
6 Oktober pukul 07.00 WIB – 7 Oktober pukul 07.00 WIB
Secara umum berawan, namun Bogor, Depok, Tangerang, Jakarta Selatan, Jakarta Timur berpotensi hujan ringan.
7 Oktober pukul 07.00 WIB – 8 Oktober pukul 07.00 WIB
Secara umum cerah berawan.
8 Oktober pukul 07.00 WIB – 9 Oktober pukul 07.00 WIB
Secara umum berawan, namun Bogor, Depok, Tangerang, Jakarta Selatan, Jakarta Timur berpotensi hujan ringan.
9 Oktober pukul 07.00 WIB – 10 Oktober pukul 07.00 WIB
Secara umum cerah berawan.
10 Oktober pukul 07.00 WIB – 11 Oktober pukul 07.00 WIB
Secara umum cerah berawan, namun Bogor berpotensi hujan ringan.
11 Oktober pukul 07.00 WIB – 12 Oktober pukul 07.00 WIB
Secara umum berawan, namun Bogor, Depok, Tangerang, Jakarta Selatan, Jakarta Timur berpotensi hujan ringan.
Kondisi di wilayah lain
Selain Jabodetabek, merujuk Prospek Cuaca Seminggu ke Depan Periode 6 hingga 12 Oktober 2023, sejumlah wilayah lain di Indonesia juga diprediksi bakal diguyur hujan dalam sepekan ke depan.
“Berdasarkan prediksi kondisi global, regional, dan probabilistik model diprakirakan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat terdapat di wilayah Aceh, Sumatra Utara, Riau, Sumatra Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua Barat, dan Papua,” demikian laporan BMKG.
BMKG mengungkap sejumlah faktor signifikan yang memengaruhi kondisi cuaca di Tanah Air ini.
Pertama, anomali suhu di Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, yang ditunjukkan lewat Southern Oscillation Index (SOI), Indeks NINO 3.4, dan Dipole Mode Index (DMI), tak berpengaruh banyak pada peningkatan curah hujan di RI.
BMKG menunjukkan nilai SOI sejauh ini mencapai-12,6, Indeks NINO 3.4 yang mencapai +1,37, dan Dipole Mode Index (DMI) +1,69. “Tidak signifikan,” tulis BMKG.
Kedua, fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) aktif pada kuadran 7 (Western Pacific) dalam kondisi Netral. Hal ini menunjukkan kondisi yang tidak signifikan untuk wilayah Indonesia hingga sepekan ke depan.
Ketiga, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuator diprakirakan aktif di Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Bengkulu, dan Papua.
Keempat, gelombang Kelvin terpantau aktif di wilayah Sumatra Utara dan Riau dalam sepekan ke depan.
“Faktor-faktor tersebut mendukung potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut,” tulis BMKG.
Selain itu, sirkulasi siklonik terpantau berada di Samudera Pasifik utara Papua yang membentuk daerah pertemuan/perlambatan kecepatan angin (konvergensi) di Samudera Pasifik utara Papua.
Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang dari Perairan sebelah barat Aceh hingga Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, dari Kalimantan Timur bagian selatan, Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Barat, Kalimantan Utara bagian utara;
Sulawesi Tengah bagian selatan, Sulawesi Barat bagian utara, Maluku Utara, dari Papua bagian tengah hingga Papua Barat.
“Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi tersebut,” pungkas BMKG.